part 27

162 20 6
                                    

Jangan lupa vote and coment yaa guysssss

Author POV

Shiela menghirup udara segar sedalam-dalamnya. Seakan-akan dirinya baru saja kehilangan oksigen.

Dingin menusuk kulit Sheila. Namun dia memilih untuk tidak memakai baju berlengan panjang ataupun sweater. Ternyata hukumannya justru membuat dia merasakan lebih baik. Suasana perkampungan yang tenang dan sejuk memang sangat dia idamkan.

"Sheila masuk, ayoo sarapan dulu neng." Teriak omanya dari jendela yang terbuat dari kayu.

Sheila masuk ke dalam rumah dengan gaya kuno. Masih menggunakan bilik di sebagian tempatnya. Sheila ikut duduk bersama sang oma.

"Ayoo makan, oma udah buatin kamu goreng ayam sama sambel terasi. Sok atuh dimakan."

"tahu aja. Aku udah kangen sambel oma."

Mereka makan di sebuah bale yang di pakai untuk makan bersama. Dulu tempat ini adalah tempat favorit alm kakeknya. Biasanya jika selesai berkebun omanya selalu lesehan di sini.

Keluarga Sheila mempunyai peternakan sapi perah. Mereka memproduksi susu sapi untuk di jual. Biasanya susu sapi tersebut di jual ke luar kota dan sudah mempunyai pelanggan di pribumi. Biasanya salah satu karyawan akan keliling untuk mengantarkan susu sapi tersebut.

"Oma hari ini mau ke peternakan ga?"

"Paling nanti siang sebentar, kenapa kitu. Kamu mau ke sana?"

"Pengennya sih gitu."

"Yaudah, kamu ke sana aja. Sekalian nanti kamu ketemu sama neng Riska. Dia yang kelola perusahaan kita. Oma ga sanggup buat kelola sendirian."

"Ok siap Oma."

Sheila pergi sendirian ke tempat peternakan sapi tersebut. Dengan kamera vintage milik omanya.

"Eh ada neng Sheila. Apa kabar neng?"

"Baik mang, mau kemana? Banyak amat bawa susu sapinya."

"Biasa ini mau keliling kampung."

"Ikut dong."

"Yasudah atuh, ayo."

Mereka jalan kaki. Sheila sibuk mengabadikan beberapa kerbau yang jalan di giring oleh pengembala. Biasanya kerbau di sini di pakai untuk bajak sawah. Membantu Patani.

"Di Jakartamah engga ada yah neng,"

"Hehe ga ada mang, ada juga mobil yang saling salip."

"Tinggal di sini aja atuh neng."

"Pengennya sih gitu mang, ada yang survei kalau tinggal di perkampungan itu membuat kita awet muda loh."

"Haha, awet muda mah kalau banyak duit neng. Kalau boke mah masih muda aja udah keriput."

Sheila hanya tertawa menangapinya. Mereka berhenti di dua rumah yang berhadapan. Yang satu ada banyak tanaman bunga di halaman rumah tersebut. Dan satu lagi. Rumah yang banyak buah anggurnya.

"Mang, Sheila mau kasih susu ini ke rumah yang banyak pohon anggur yah."

"Ouh yasudah mamang ke sini dulu." Sheila pergi ke rumah yang banyak pohon anggurnya. Sementara mang Iman pergi ke rumah yang banyak bunganya.

"Permisi."

"Eh iya, ada apa ya neng."

"Ini Bu mau kasih susu sapinya."

"Tumben bukan mang iman. Kemana memangnya?"

"Itu ke rumah sebelah Bu, ouh iya saya boleh tidak Bu memfoto buah anggur punya ibu."

"Ouh boleh ko neng, kamu memang siapa yah? Orang pindahan."

"Saya cucu pemilik peternakan Bu."

"Yaampun, sugan teh saha. Meni cantik pisan."

"Makasih Bu," Sheila langsung mengambil gambar. Dia mengambil foto menghadap arah rumah yang banyak tanaman bunga itu. Seorang remaja pria terambil gambarnya dari belakang. Setelah di zoom dia merasa kenal dengan lelaki tersebut. Namun Sheila takut salah. Tapi, dia belum lupa dengan potongan rambut yang sama seperti milik Duta.

Sheila menyadarkan dirinya. Duta sudah menjadi bagian dari masa lalu yang harus dia lupakan.

Ucapan terima kasih yang keluar dari mulut Sheila mengakhiri perjalanan dirinya mengantarkan susu sapi segar tersebut.

Suka ga???

Sheila on Duta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang