Sudah sebulan Sheila dan Duta berteman. Namun Duta tidak pernah mengajaknya untuk keluar, hanya untuk sekedar main bersama. Bahkan Duta akan marah ketika Sheila sengaja datang mendatanginya. Jangan salah sangka dulu. Sheila bukan wanita tidak baik, Sheila terlalu polos, karena tidak pernah main di luar.
Mereka hanya berkomunikasi lewat telepon. Itu pun Sheila yang mengabari duluan. Jika tidak, ya tidak akan ada kabar dari Duta. Ternyata rasa senang yang berlebihan tidak baik, buktinya setelah Sheila begitu bahagia bisa berteman dengan Duta, dia juga menjadi terlalu kecewa hanya karena tidak diberi kabar. Padahal mereka tidak pacaran, kenal saja baru.
Sheil berpikir Duta begitu tertutup, padahal mereka sudah bersepakat untuk berteman. Sheila menjadi kesal sendiri. Dia mencari cara. Dan akhirnya menemukan ide.
saat ini Sheila sudah waktunya pulang sekolah. Dia sengaja tidak minta untuk dijemput. Sheila ingin menemui Duta, jangan menganggap bahwa Sheila anak yang tidak baik. Dia hanya penasaran Kepada seorang Duta Mahardika.
Sheila mengambil telepon genggamnya. Kemudian mencari kontak Duta, lalu menelponnya.
"Hallo"
"......"
"Kamu di mana?"
"....."
"Ouh engga kok, iya ini aku mau pulang."
Duta tidak memberi tahu di mana dia berada, Sheila kekeh untuk menemui Duta. Dia pergi ke rumah pohon. Namun tidak ada hasil, Duta tidak ada di sana. Sheila pun menyerah. Dia tidak tau di mana Duta, bahkan alamat rumahnyapun Sheila tidak tau.
Sebenarnya Sheila anak yang sangat baik dan tidak pernah main ke dunia luar yang liar. . Hidupnya hanya rumah-sekolah-toko buku-rumah sahabat-mall begitu terus.
Sheila memutuskan untuk pulang. Karena handphone nya lowbat dia tidak bisa memesan ojol. Memberanikan diri untuk naik angkot. Dia sering naik bus tapi untuk naik angkot hanya dalam keadaan kepepet saja. Menurut mamahnya naik angkot banyak resikonya. Tapi. Tidak ada pilihan lain.
Cuaca yang panas, membuat mukanya memerah dan wajahnya berkeringat. Keadaan angkot tidak terlalu penuh menyelamatkan dia dari rasa sesak. Saat lampu merah, angkot itu berhenti. Sheila masih menunduk dengan membaca novelnya.
Seseorang masuk ke dalam angkot. Dengan membawa gitar nya. Kemudian, orang itu bernyanyi.
"Melihat tawamu, mendengar senandungmu, terlihat jelas di mataku warna-warna indahmu, menatap langkahmu, meratapi kisah hidupmu, terlihat jelas bahwa hatimu, anugerah terindah yang pernah kumiliki."
Semua yang ada di mobil tersebut terhanyut dalam alunan nada dan suara yang indah. Lampu merah pun berubah menjadi hijau. Sebuah tangan menyodorkan plastik, berharap nyanyiannya tadi menghibur dan mereka menghargai usahanya.
Sheila merogoh kantong nya memberikan uang lima ribu kepada pengamen tersebut.
"Makasih"
Tunggu. Suara ini...
Sheila langsung menegakkan wajahnya. Hampir membulatkan matanya dengan sempurna."Duta"
"Sheila"
Duta segera turun dari angkot tersebut, Sheila pun ikut turun, lalu mengejar duta. Karena terburu-buru Sheila hampir saja tertabrak.
Membuat dia harus di maki-maki oleh pengendara motor dan mobil yang ada dengan bising kelakson yang membuat dia panik. Salah Sheila memang, karena dia tidak menyebrang di jembatan penyebrangan.
Sheila tidak menghiraukan hal tersebut dia pun tetap menyebrang lalu menaiki jembatan penyebrangan disana duta masih mencoba untuk lari. Tadi langkahnya terhenti karena melihat Sheila hampir saja tertabrak.
"DUTA TUNGGU"
Mereka ada di jembatan penyebrangan sekarang, duta berhenti. Dia tidak tega melihat Sheila sudah hampir kehilangan banyak oksigen nya karena berlari.
"Pulang ka!" Duta memerintah Sheila.
"Aku udah nyari kamu kemana-mana."
"Buat apa?"
"Apa ketemu sama Teman harus ada alasannya?" Tanya Sheila dengan kesal.
"Buang rasa penasaran Kaka sama saya."
"Aku tulus berteman dengan kamu"
"Jangan gila, saya sudah kasih hati jangan minta jantung."
"Aku masih waras, saya cuma mau berteman apa salah?"
"Jauhi saya, masih baik saya selalu angkat telepon dari Kaka"
"Aku tau kamu baik, aku ga takut ko berteman sama kamu. Tolong bawa aku keluar dari zona nyaman ini"
Duta menyadari dari satu bulan mereka berkomunikasi, bahwa Sheila memang anak yang penurut tapi juga keras kepala sama seperti dirinya.
Maka dari itu duta menyerah membiarkan Sheila untuk menyerah dengan sendirinya.
"Yasudah ayo ikut saya ngamen." Ucap duta sambil membisikkan kata ngamen.
"Ngamen?"
"Kenapa? Takut ? Pulang gih"
"Enggak! Ayo saya ikut"
Mereka berjalan, sebenernya Sheila ragu dengan keputusannya untuk ikut mengamen, namun sudah menjadi pilihannya. Diapun harus menjalani. Asap kendaraan membuat dia terbatuk.
Uhuk
Uhuk
Duta tidak mau ambil pusing, tetap berjalan. Namun Sheila berjalan terlalu lambat membuat dia harus menarik tangannya. Bukan menarik, eum seperti menggenggam mungkin.
Sheila hanya diam, mengikuti kemana duta pergi. Mereka menaiki mobil angkot lalu menyanyi. Kemudian turun lagi. Itu di lakukan sampai tiga kali.
Duta tidak tega melihat Sheila seperti akan pingsan. Dia pun menyudahi dan pergi ke mini market. Duta menyuruh agar Sheila menunggu di luar.
Duta keluar dari mini market tersebut, mereka duduk di depannya. Duta mengeluarkan air memberikan pada sheila. Lalu, mengeluarkan tisu selagi tarisa minum duta mengelapkan tisu itu di wajah Sheila.
Membuat Sheila menjadi salah tingkah. Lalu memegang tangan duta.
"Aku bisa sendiri"
"Baguslah, ga ngerepotin jadinya"
"kamu hari ini ga sekolah?"
"Enggak"
"Kenapa ?"
Terdengar suara handphone duta, dia pun langsung mengambilnya dari kantong celananya. Lalu mengangkat panggilan tersebut.
"Hallo, iya bang ok, iya bentar lagi ke situ" duta mematikan panggilan tersebut.
"Hari ini cukup ka. Mari saya antar Kaka pulang"
Waktu menunjukan pukul 5 sore. Sheila pun mengangguk. Mereka pergi ke rumah sheila dengan berjalan kaki karena cukup dekat jaraknya. Lagi pula duta tidak membawa motor.
"Makasih udah nganterin pulang, abis ini mau kemana"
"Ga masalah buat tuan putri yang keras kepala. Saya harus ke warnet."
Ucap duta dengan datar lalu meninggalkan Sheila.
![](https://img.wattpad.com/cover/171164670-288-k827204.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sheila on Duta (SELESAI)
Teen FictionFollow dulu sebelum baca Gebetan akan selalu kalah dari mantan terindah! Warning! Cerita ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta. Jadi jangan berani-berani untuk menjiplak.