Part 63

117 13 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak teman-teman

Duta memencet bel rumah Sheila. Setelah beberapa kali, barulah seseorang datang membukakan pintu.
"Duta, ada apa?" tanya Sheila seolah kaget. Padahal dia sempat melihat, bahwa Duta masuk ke rumah yang bersebrangan dengannya.

"Aku mau jelasin sesuatu sama Kamu," ujar Duta. Lelaki itu kebingungan, mencari tempat yang pas untuk mengobrol. 

"Mamahku lagi gak di rumah. Jadi, gak boleh bawa lelaki masuk ke dalam rumah." Alasan.  Tadi siang Duta melihat lelaki keluar dari rumah Sheila. Alasan sebenarnya adalah Sheila masih kesal, kalau mau cari pacar, harusnya jangan yang rumahnya depan rumah dia kan bisa.

"Aku pegel. Belum kuat berdiri lama."

Sheila melewati Duta, lalu duduk di kursi teras.

"Aku pikir, setelah ketemu pacar. Kamu udah sehat, tadi juga kuat bawa banyak belanjaan." Duta tersenyum, lalu bergabung untuk duduk.

"Kamu cemburu ya?"

"Enggak!"

"Kalau cemburu juga gak apa-apa, gratis khusus buat kamu."

"Gak penting."

"Oh gitu, ya aku paham. Yang penting kan cowok yang tadi siang ke sini kan?"

"Kok jadi bahas itu. Kenapa kamu cemburu?"

"Iya." Singkat, padat, dan jelas. Namun mampu membuat Sheila dag-dig-dug. Mungkinkah ini yang disebut kejujuran yang menyenangkan.

Sheila masih berusaha untuk mempertahankan raut wajahnya, untuk terlihat biasa saja. Dia tidak ingin sampai terlihat salah tingkah.

"Kamu sepertinya belum sembuh. Ngaco kalau ngomong."

"Salah kalau Aku cemburu?" Melihat raut wajah Duta yang terlihat sangat serius membuat Sheila kebingungan dalam  bersikap.

"Kalau Aku bilang iya?"

"Kenapa?" Pertanyaan dijawab dengan pertanyaan.

"Harusnya aku yang tanya, kenapa repot-repot cemburu segala. Kamu gak harus cemburu sama aku, sementara kamu udah punya pacar. Belajar jadi  playboy dari mana?" Sheila menjadi naik pitam, kala ingat perempuan yang bersama Duta. Dia kesal, perempuan itu harus diakui lebih cantik darinya.

"Dia bukan pacar Aku, tapi Mbak angkat Aku, adiknya Bang Roy." Penjelasan ini, cukup membuat Sheila merasakan malu.

"Ba-ng Roy?" Tanya Sheila sembari terbata. Sementara Duta mengangguk.

"Iya, dan dia nyuruh aku, ngundang kamu, untuk ikut acara bakar-bakar, malam ini. Kamu mau kan?"

"Aku diundang?" tanya Sheila kebingungan.

"Iya. Mereka udah tau, kalau kamu perempuan Aku."

Sheila membulatkan matanya,

"Perempuan kamu? Apa maksudnya? Gila kamu ya. Mana bisa begitu."

"Maaf, maksudnya teman perempuan aku. Mereka tau, aku pernah bawa kamu ke warnet."

Sheila yang tadinya tegang. Justru melemas sekarang. Apakah dia akan dinikahkan paksa karena datang ke kamar Duta? Dia bahkan melakukan perbuatan kurang menyenangkan pada wanita itu. Kenapa dia masih baik, untuk mengundang bakar-bakaran.  Ini bukan jebakan kan?

"Tenang. Mereka orang baik. Mbak Lila emang seneng ngerjain orang, dia agak jahil. Tapi dijamin asik banget orangnya." Penjelasan Duta, tidak membuat otaknya bekerja sejalan dengan pikiran Duta.

"Kayaknya, Aku gak bisa, soalnya besok sekolah."

"For your information, besok tanggal merah."

Skak mat. 

Suara mobil yang datang ke rumah Sheila membuat Duta berdiri dari duduknya. Ketika lelaki itu turun dari mobil, Duta baru sadar, bahwa lelaki ini, sama dengan lelaki yang tadi siang, dan lelaki yang dia takutkan bisa merebut hati Sheila. Ketika dirinya melihat lelaki ini di hari ulang tahun Sheila.

"Aku dan yang lain, tunggu kehadiran kamu jam 8 malam. Aku pulang dulu, jangan masukin  sembarangan laki-laki ke dalam rumah."

Duta pergi, dia bahkan tidak menyapa Saga. Dia memang belum tau, kalau Sagalah yang menyelamatkannya. Sementara Sheila, dia jadi tidak enak hati, atas kelakuan Duta yang satu ini.

Sheila on Duta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang