Sheila kembali ke rumahnya, awalnya Duta ingin mengantar Sheila untuk pulang. Namun Bang Roy menelponnya, bahwa dia harus keluar kota, akhirnya Sheila di sini sekarang, berjalan di trotoar.
Sebuah mobil berhenti dan mengklakson, membuat Sheila menoleh ke sumber suara.
Tinn
Tinn
Setelah melihat ke arah mobil, dia meyadari sesuatu, bahwa itu mobil sang mamah, Sheila berjalan, lalu mendekati mobil tersebut, kemudian masuk ke dalam mobil. Duduk di kursi depan penumpang.
“Assalamualaikum, Mah.” kebiasaan Sheila mengucap salam, dan bersalaman.
“Waalaikumsalam, ko kamu udah pulang?” Tanya sang mamah aneh, karena ini baru jam 12 siang. Biasanya Sheila akan pulang pukul 2 siang normalnya, jika tidak ada acara.
“Iya Mah, biasa ada rapat," ucap Sheila setenang mungkin, dengan pandangan lurus ke depan.
“Yaudah, ayo kita makan siang dulu!” Ajak sang mamah.
“Aku udah makan mah." Mamahnya heran, mengisyaratkan sebuah tatapan, bertanya makan di mana.
“Di war-kop eum itu warung upnormal mah."
“Ouh yaudah, mamah juga udah makan tadi,” ucap mamahnya. Sheila hanya mengangguk.
“Sheila, hari ini kamu dapet nilai berapa?” sheila meringis mendengar pertanyaan dari mamahnya.
“Gak ada nilai mah, tadi Cuma nyatet aja."
“Oh yaudah, tapi inget loh Sheil, kamu harus masuk PTN taun harus kaya-“
“Iya mah, aku tau,” ucap Sheila lesu, pasalnya dia sudah tau bahwa dia akan dibanding-bandingkan dengan anak dari rekan kerja mamahnya.
Atmosfer di mobil seketika menegang.
Sesampai di rumah sheila langsung masuk ke kamarnya dan mengunci pintu di sana. Dia duduk di kasur dan mengarah ke jendela, air matanya mulai mengalir, dia mengambil satu boneka untuk menutupi wajahnya, agar suara tangisnya tidak terdengar sampai keluar kamar. Tangan kiri yang awalnya memegang bantal menjadi memegang kepalanya.
Sakit di kepalanya membuat dia harus meremas rambutnya dengan kuat. Andai saja sosok seorang papah ada di dekatnya saat ini, mungkin dia akan merasa lebih aman.
Sheila merebahkan badannya, hampir setengah jam dia merasakan nyeri akhirnya tertidur. Sheila terlelap dengan mata yang masih menangis dan masih menggunakan seragam sekolahnya tanpa membuka sepatunya terlebih dahulu.
Hari sudah menunjukkan pukul 18;00, adzan magrib sudah berkumandang sheila bangun lalu ke kamar mandi. Setelah selesai mandi, dia bersiap untuk solat magrib.
“Sheila, ayo makan malam,” Sheila membuka pintu lalu turun dari tangga. Mamahnya sudah menunggu di ruang makan.
Sheila duduk, lalu makan dengan diam. Jarang mereka berbicara walau di rumah hanya berdua selain assisten rumah tangga.
Setelah dua suap sheila merasakan sakit di perutnya.
“Mah aku ke kamar mandi dulu ya,” tanpa menunggu jawaban dari mamahnya sheila langsung masuk kamar mandi, setelah selesai.
Sheila keluar lalu mules di perutnya kembali datang. Sampai lima kali sheila bulak-balik kamar mandi.
“kamu salah makan kali hari ini.” Mamahnya mengeluarkan opininya.
Sheila baru ingat, bahwa dia makan di warteg tadi siang. Sheila mengambil minyak angin pemberian mamahnya.
“Yaudah aku masuk ke kamar dulu ya mah,” ucap Sheila, sambil membawa minyak angin tersebut.
Dia sedang menghirup minyak angin tersebut. Namun suara panggilan dari handphonenya membuat sheila harus mengangkat telepon tersebut.
“Hallo, ada apa Duta?” sheila menjawab panggilan duta, lalu bicara to the points, sebenarnya dia masih sangat kesal, karena duta dia harus terkena diare.
“Cuma mau mastiin kalau kamu ga diare gara-gara makan makanan warteg,”
“Ya enggaklah, aku biasa aja ko,”
“Yakin?”
“Iya, lagian ga ada kerjaan banget kamu. Tanya begitu, ga penting banget sih,”
“Yaudah kalau gitu aku Cuma mastiin aja, selamaty malam …” belum sempat duta melanjutkan ucapannya sebuah suara terdengar di handphonenya.
“Sheila gimana masih sakit ga perutnya?” teriak mamah sheila.
Membuat wajah Sheila menjadi merah seperti tomat, karena menahan malu. Dia tau betul pasti duta mendengar ucapan mamahnya barusan.
“Jangan lupa minum obat kak," ucapan Duta, seperti suara ejekan untuknya.
Bip
Baru saja Sheila ingin membalas. Namun Duta terlebih dahulu mematikan teleponnya membuat sheila geram sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sheila on Duta (SELESAI)
Teen FictionFollow dulu sebelum baca Gebetan akan selalu kalah dari mantan terindah! Warning! Cerita ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta. Jadi jangan berani-berani untuk menjiplak.