Part 12 (s)

166 18 1
                                    

Author POV

Hampir seminggu dari kejadian itu, Duta dan Sheila tidak bertemu.

Bukan dengan sengaja menjaga jarak, tapi Sheila merasa bingung, harus bersikap  bagaimana. Di sisi lain, dia merindukan sang sahabat. Namun, Sheila takut jika Duta masih marah terhadapnya.

Sheila mencoba berpikir positif, hari ini dia berniat untuk naik bus. Selagi menunggu bus, dia memainkan handphonenya. Mengecek sosial media Duta, siapa tau lelaki itu sedang aktif.

"Kak Sheila ngapain di sini?" Tanya seseorang setelah Sheila menegakan  wajahnya, teelihatlah  Agas, teman Duta.

"Eh Gas, iya biasa lagi nunggu bus," ucap Sheila diiringi dengan Agas yang duduk disebelahnya.

"Ouh gitu, mau kemana? Mau pulang yah?" Remaja laki-laki itu berbasa-basi. Dia memang tertarik dengan Sheila.

Sheila pun tersenyum, mendengar agas yang sedikit cerewet menurutnya.

"Tadinya iya, tapi Aku udah seminggu gak ketemu Duta, jadi mau nyoba buat ketemu dia dulu hari ini."

"Wah kebetulan banget kalau gitu, Saya sama Duta mau ketemu hari ini. Kita ada jadwal latihan bareng,"

"Ouh ya, Aku boleh ikut gak?"

"Ya boleh lah,"

*****

Di sinilah mereka, Shiela berjalan di sebelah Agas. Dia masih ingat bahwa ini studio yang sama ketika Duta mengajaknya untuk menunggu dia latihan.

Awalnya Sheila ingin menyapa Duta, tapi diurungkan niatnya itu. Ketika Sheila melihat Duta sedang memegang tangan perempuan yang seminggu yang lalu bertemu dengannya sedang bersama Duta, wanita yang kartu namanya Duta buang ke tong sampah. Sheila hanya tersenyum kecut, lelaki dan segala tipu muslihatnya.

Agas yang melihat itu pun langsung tidak enak hati pada Sheila. Sebagai laki-laki Agas bisa merasakan ada yang beda dari tatapan Sheila untuk Duta. Mungkin Sheila ataupun Duta tidak menyadarinya, namun lelaki itu  tau betul arti dari tatapan Sheila saat ini.

"Hay guysssss, Gue bawa cewe cantik dong!" teriak Agas membuat seisi ruangan itu melihat ke arahnya dan Sheila, secara refleks Duta melepas tangannya yang sedang memegang tangan Nabila, dia sedang mengajarkan cara bermain gitar,

"Widih Kak Sheila, ajegile si Agas, tadi pagi sama Nura, sekarang malah gandeng Kak Sheila," ucap Agil, yang sangat peka terhadap keadaan.

"Ngapa sih Lu, eh Duta biasa aja dong ngeliat Sheilanya, tenang dia ke sini mau nemenin Gue, bukan nyariin Lu," ucap Agas sedikit terkesan dingin, menebarkan aura peperangan.

Duta yang paham akan maksud Agas pun merubah ekspresinya menjadi datar. Lelaki itu menaikan bahunya.

Selang setengah jam mereka latihan, baik Duta maupun Sheila sesekali mencuri pandang dan satu kali bertemu pandang. 

Sheila merasa risih dengan tatapan Duta yang tajam, sesekali Duta melihat kearah teman duetnya dengan tatapan memuja, ketika kembali melihat Shiela ada tatapan intimidasi di sana.

Shiela muak dengan Nabila yang sangat terlihat caper ketika bernyanyi, sesekali perempuan itu memegang tangan Duta bahunya juga.

Sheila berdecih kemudian meninggalkan ruangan itu. Dalam hatinya dia berkata. Pantas ngilang seminggu, taunya udah ada yang baru.

Ternyata Sheila membeli minuman di tempat makan yang disediakan oleh studio musik ini.

Dia memesan jus alpukat. Lalu meminumnya hampir setengah gelas. Jelas saja dia haus. Dia 'kepanasan'

Seseorang datang dan duduk di hadapannya. Dia sangat apal dengan wangi parfumnya. Sheila memalingkan wajahnya dan melihat ke arah lain pandangan.

Duta memegang dagu Sheila agar wanita itu  menatap wajahnya.

"Marah?"

"Enggak, udah selesai latihannya? Agas mana? Aku mau pulang sama dia."
Tanya Sheila sambil berdiri, namun Duta menggagalkan usahanya. Akhirnya Sheila terduduk kembali.

"Maaf ya, kemarin handphone aku ilang, makanya gak bisa ngabarin kamu." Terlihat seperti seorang kekasih yang memberikan penjelasan bukan.

"Oh ya, hp ilang kemarin, terus yang punya hp udah ilang dari seminggu yang lalu." Sheila masih kekeh dengan keketusannya.

"Aku sibuk kemarin-kemarin."

"Sibuk sama cewe haha"

"Enggak!" kali ini Duta yang berkata dengan tegas dan dingin.

"Terus ke mana?"

"Aku ada urusan."

"Hmmm"

"Hmmm doang?"

"Ya mau gimana lagi dong, aku pergi dulu ya, kasian Agas nyariin."

"Gak boleh, kamu pulang bareng aku." Sambil mencekal tangan Sheila.

"Gak bisa,lepasin tangan aku."

"Gak mau, ayo pulang!" Duta kemudian menarik tangan Sheila sampai parkiran di sana ternyata ada Nabila, mungkin refleks Duta melepaskan cekalan tangannya.

"Duta kamu pulang sama siapa? Aku boleh ikut kan?"

"Nah iya lu boleh ikut, kebetulan Gue bareng Agas kesininya."

"Sheila!" kali ini Duta menggeram, membuat Shiela sedikit takut.

"Gue balik bareng Shiela, kalau mau ikut ayo."

"Yaudah ayo," ucap Nabila dengan ceria, kemudian berjalan dan masuk ke dalam mobil Duta, ingat Nabila duduk di kursi depan samping pengemudi.

"Masuk!"  perintah Duta dingin, akhirnya Sheila pun  menuruti keinginan Duta.

Di perjalanan sebenarnya Sheila sangat bosan. Sesekali Duta melihat kearahnya melalui kaca yang ada di depannya.

Sepanjang perjalanan Nabila mengoceh ini itu yang hanya ditanggapi sesekali oleh Duta.

Perjalanan membosankan itu dilalui Shiela dengan tidur.

Sheila on Duta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang