11

11.3K 2.2K 96
                                    

"Ya ampun." Haechan membekap mulutnya sendiri dari ambang pintu kamar Jeno, saat matanya mulai menangkap pemandangan seorang anak kecil sedang makan dengan tenang di kasur yang dia ketahui memang milik Jeno (siapa lagi?).

Haechan menatap balik pada Jeno dengan tatapan yang sulit diartikan. Dan itu membuat Jeno juga risih. "Apa? Kan tadi aku sudah jelaskan...."

"...aku kira kepalamu sudah terlalu rusak karena tugas perundang-undangan atau apapun itu."

"Hah? Aku bukan anak hukum...." Jeno hampir mengumpat waktu tahu Haechan ternyata tidak banyak bertanya dan terlihat sangat mudah menerima ceritanya itu gara-gara dia sebenarnya tidak percaya apa yang dibicarakan Jeno soal kedatangan anak dari masa depan itu sungguhan.

Jeno lalu mendorong Haechan masuk ke kamarnya yang kali ini tumben-tumbennya terlihat sungkan.

Jeno tidak menyalahkan Haechan kalau dia sungkan. Karena selain Chenle, si anak kecil, di sana juga ada seorang lagi yang seumuran mereka sedang menyuapi Chenle makan.

"Masuk, sini. Maaf ya, aku belum sempat merapikan kamar." Orang itu, Renjun, langsung berdiri dan menyingkirkan barang-barang yang kira-kira makan tempat.

"Kamu siapa ---aduh! Jeno, kenapa menginjak kakiku!"

"Aku kan tadi sudah menjelaskan panjang lebar! Satupun tak ada yang kau ingat, ha??"

"Ya bagaimana lagi! Aku kira kamu sudah gila, aku jadi tidak bisa benar-benar mendengarkan!"

"Sudah gila ---kamu di sini yang gila!!"

Mereka terus adu mulut tanpa menyadari Renjun mulai terlihat kesal. Mereka lupa ya, di sana ada Chenle?

"Ma, kenapa orang itu bilang papa gila?"

Jeno dan Haechan langsung menghentikan hardikan mereka pada satu sama lain waktu suara nyaring Chenle terdengar. Jeno menutup mulutnya sendiri, kaget, dia sudah menambah kosakata jelek dalam kamus anaknya.

Haechan, Haechan juga melakukan hal yang sama, tapi dengan alasan yang berbeda. "...d-dia memanggilmu papa...," katanya. "Jeno dipanggil papa... Oh, tidak ---rasanya bulu-bulu di leherku berdiri semua... Ya Tuhan!! Kenapa ini menggelika---bhp!!"

"Berisik, Chan!" Jeno membekap mulut Haechan untuk yang kesekian kalinya hari ini, karena dia sendiri mulai merasakan ada aura tidak enak yang menguar dari Renjun waktu mendengar omongan Chenle.

"Kalian," panggil Renjun dengan suara berat. "Kalo mau berantem, di luar!"

Lalu Jeno segera menggiring Haechan keluar dari sana, sebelum mulai merasakan keanehan seperti... Kenapa dia diusir dari kamarnya sendiri?!

.
.
.
.
Tbc.

A/n. Kalo yg ini sependek apa ges???

[✓] decathect ; norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang