28

10.5K 1.9K 291
                                    

"Ahh, kenapa rasanya hari ini melelahkan sekali...." Renjun merenggangkan tubuhnya begitu sampai di kamar apartemennya. Tadi dia dan Jeno sudah mengantar Jaehyun dan Doyoung kembali ke hotel setelah sempat membicarakan soal sekolah Chenle. "Untung ibumu ada kenalan guru SD yang bisa dimintai tolong. Jadi kita tidak perlu memalsukan dokumen banyak-banyak."

Jeno yang baru saja masuk ke ruangan hanya mengangguk setuju, memikirkan bagaimana pertimbangan yang dibuat ibunya sampai bisa diambil solusi seperti itu.

'Ibu memang tidak pernah tertarik sesuatu yang seperti ini, tapi ibu tau keberadaan Chenle di sini pasti tidak permanen,' kata Doyoung pada Jeno dengan suara rendah, supaya Renjun tidak dapat mendengar. 'Ibu sebenarnya bisa mengurus surat-surat Chenle, tapi kalau waktu surat-suratnya sudah hampir selesai lalu Chenle tiba-tiba kembali ke masanya, kita bisa dikira melakukan sesuatu yang mencurigakan. Itu bahaya'.

Ternyata benar. Ibunya satu pemikiran. Chenle mungkin saja akan tiba-tiba pergi dari sana, kembali ke masa di mana dia dilahirkan.

Jeno yakin, dia bisa lupa membahas soal sekolah Chenle karena dalam hati, dia tidak bisa menjamin Chenle akan tetap di sana sampai minggu depan.

"Jeno, kenapa bengong?"

Pikiran Jeno yang tadi rasanya seperti berputar-putar dan berat itu langsung buyar waktu Renjun tiba-tiba mendekatkan wajahnya. "...kamu mengagetkanku."

Renjun mengernyit. Dia tidak merasa habis melakukan hal yang aneh sampai-sampai Jeno bisa bilang dia mengagetkannya. Renjun pun memutuskan untuk tidak menggubrisnya lebih jauh, "Besok kamu ada kelas siang kan? Aku besok full seharian, jadi besok Chenle akan dijaga Jaemin." Renjun mengusap kepala Chenle yang sedaritadi asik makan donat yang dibelikan Jaehyun. "Chenle juga tadi bilang sudah kangen tante Jaemin kan?"

Chenle memamerkan deretan giginya. "Kangen tante Jaemin!" Lalu dia memeluk Renjun, tidak mempedulikan tangannya yang kotor. "Tapi tetap lebih mau sama mama."

Renjun tertawa lalu membalas pelukan Chenle. Mereka terlihat sangat senang memiliki satu sama lain.

Melihat itu, Jeno juga merasakan hatinya menghangat. Pikiran bahwa Chenle tidak selamanya bersama mereka membuatnya ingin lebih menghargai waktunya sekarang.

Jeno sudah akan pamit kembali ke kost-nya waktu tiba-tiba Chenle menceritakan apa saja yang dia sukai dari tante Jaemin-nya.

"Tante Jaemin sering membelikanku kue tiap ke rumah," kata Chenle dengan semangat. "Tante Jaemin juga yang biasanya bakal menemaniku kalau mama lagi marah."

"Marah? Marah kenapa?" Renjun merasa dirinya itu bukan tipe yang mudah marah.

"Marah sama om Mark."

Om Mark. Tidak seperti Renjun, Jeno pernah mendengar nama itu sebelumnya dari Chenle juga. Niat Jeno untuk pulang langsung hilang entah ke mana. Sekarang dia lebih memilih untuk duduk di kursi putar meja belajar Renjun, ingin mendengar lebih jauh apa yang akan diceritakan Chenle.

"Om Mark itu siapa memang?" Tanya Renjun yang juga jadi penasaran. Dia tidak pernah punya kenalan bernama Mark, dan dia tidak kepikiran bisa memiliki kenalan sedekat itu sampai bisa memarahi.

"Om Mark itu...." Chenle melihat ke langit-langit. "...siapa ya?"

Renjun terus berusaha memancing Chenle untuk cerita. Selama ini, dia dan Jeno tidak pernah mencari tau apa yang kira-kira membuat Chenle datang ke masa lalu karena pada hari pertama mereka bertemu Chenle, pertanyaan-pertanyaan itu hanya dijawab dengan satu kalimat yang tidak pernah berganti; dia mau menetap di masa lalu.

"Lele, ingat-ingatlah... Om Mark itu siapa?" Renjun membawa Chenle ke atas pangkuannya tapi itu sama sekali tidak memberinya hasil. Chenle hanya melihat langit-langit ruangan. Renjun mengalihkan pandangannya pada Jeno, "Jen, kamu pernah dengar soal om Mark?"

[✓] decathect ; norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang