"Yah, ketauan? Ahaha!"
Renjun merengut melihat Jaemin hanya tertawa mendengar tuduhannya yang berbunyi 'kamu bohong soal Jeno sakit ya?'. Bukannya mengaku salah atau apa, dia malah tertawa.
Dari hari minggu, tepatnya di kost Jeno, Renjun sudah bertekad akan menghadang Jaemin secepat mungkin soal kebohongan Jeno sakit. Entah bagaimana caranya, pokoknya Renjun ingin menemuinya langsung saja daripada lewat telfon. Begitu pikirnya di tengah-tengah kegiatannya memasak seadanya sementara Jeno dan Chenle asik mengomentari acara TV khusus hari minggu.
Dan kebetulan sekali mereka bertemu di toko roti saat jam makan siang. Renjun ke sana dengan teman-teman kelasnya karena mereka ke sana hanya untuk membeli sedikit lalu kembali ke kelas. Beda halnya dengan Jaemin yang memang duduk sendiri di meja yang disediakan toko.
"Maaf ya. Soalnya waktu ada seminar dari fakultas, aku lihat Jeno kayak lagi banyak bengongnya. Terus waktu aku tanya, dia bilang kalian lagi berantem," kata Jaemin, masih diselingi tawa geli.
"Berantem? Dia bilang begitu?"
"Hmm... Nggak sih. Tapi pokoknya aku ngerasa dia rada ngasih kesan kalian lagi ribut. Yah, intinya kelihatan lah. Tapi aku benar kan? Kalian kemarin ada masalah dan itu gara-gara kamu."
Renjun menelan ludah. Dia lupa Jaemin ini orangnya peka. "Kok tau?"
"Yah, kita udah temenan lama, Njun. Masa aku nggak tau sih."
"Ya tapi kan setidaknya kamu bisa menjelaskan dengan lebih detil lagi soal gimana caranya kamu bisa berpikir begitu...." Karena tebakannya itu benar-benar tepat hingga rasanya itu sudah bukan tebakan lagi. Itu hasil analisis, dan Renjun sudah jadi kelinci dalam eksperimennya.
Jaemin hanya tersenyum sambil memberitau Renjun kalau teman-temannya sudah memanggil padanya. "Tuh, nanti ditinggal. Semangat lecture-nya ya. Aku sih udah selesai kelas~"
"Sombong!!" Kata Renjun sebelum akhirnya menyusul rombongan, meninggalkan Jaemin yang asik tertawa sambil menikmati pesanannya.
Oh, leganya dia, Renjun datang ke sana beramai-ramai sampai-sampai Renjun jadi tidak bisa leluasa bercakap-cakap dengannya. Karena akan sedikit bahaya bagi Jaemin kalau Renjun terpikir untuk bertanya kenapa dia duduk di sana sendirian.
Sebenarnya kalaupun Renjun bertanya pun Jaemin bisa menjawab dengan jawaban klasik. Dia sedang menunggu seseorang. Tapi Jaemin juga tidak mau Renjun malah jadi banyak bertanya padanya soal siapa yang sedang ia tunggu.
"Oi, sori telat."
Jaemin hanya melirik pada orang yang baru saja datang. Dia tidak membalas apapun.
"Hei? Jangan marah sih. Tadi dosennya lama jadi baru keluar."
"Bohong banget. Tadi aku liat ada teman gengmu baru lewat. Kelas udah selesai dari tadi kan?"
Orang yang tadi itu hanya tertawa canggung lalu duduk di kursi kosong depan Jaemin duduk. "Ya iya sih tapi sumpah tadi aku udah dateng lebih cepet. Pas aku mau nyamper ke sini, eh kamu juga disamperin sama yang kecil itu tadi."
"Namanya Renjun, kak. Dia teman sekolahku." Jaemin menyesap kopinya sambil membenarkan omongan temannya itu soal Renjun. "Kak Lucas mau pesan makan dulu nggak? Aku cuma mau bicara sedikit aja sih, tapi mumpung udah jam makan siang, mending sekalian makan aja."
"Kalau tau begitu kenapa kita nggak ketemuannya di EmCeDe aja sih...."
"Mager. Jauh. Ini lebih deket kalo dari kampus."
Lucas hanya mengendikkan bahu sebelum beranjak ke kasir dan memesan, meninggalkan Jaemin yang jadi menangkup kedua pipinya dengan tangan sambil melihat ke luar toko berharap menemukan sesuatu yang kira-kira dapat membuat mood-nya membaik.
.
.
.
.Tbc
A/n. Hae. 538 words niy
Next chap panjang ko ges. Nembus 900 🤓✊ beneran panjang jadi komennya banyakin jdjdjd ntar sore yaw kalo aku bosen he
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] decathect ; noren
Fiksi PenggemarJeno yakin dirinya adalah lelaki baik-baik. Dia selalu mendengarkan kata-kata orangtuanya untuk tidak memperlakukan orang sembarangan. Kalaupun pada akhirnya dia melanggar, dia tau dia harus bertanggung jawab. Makanya waktu tiba-tiba ada anak kecil...