84

4.4K 851 128
                                    

Beberapa jam lalu, Jaemin mengirimi pesan pada Renjun dan Jeno yang menunggu di kursi depan Ilulissat bahwa akan ada yang datang menjemput mereka terlebih dahulu sebelum mereka bisa masuk ke ruangan.

Tidak satupun dari mereka yang menseriusi omongan Jaemin soal jemput-menjemput itu, karena ya, mungkin Jaemin memang sudah meminta satu karyawan di tempat itu untuk mengantar mereka ke salah satu ruangan yang dimaksud? Tidak ada yang dirasa aneh sampai ada yang melangkah ke depan mereka dengan sapaan, "Hai, Jeno."

Sebagai yang disapa, Jeno tentu mengenali. Begitu juga Chenle yang ada di pangkuannya, "Lho? Kak Lucas? Sedang apa di sini?"

Ya, itu Lucas. Mahasiswa FH yang menempati kamar kost di sebelah Jeno. Orang yang juga disenangi Chenle sampai kadang dia ini suka hilang sendiri hanya untuk diketemukan sudah tidur siang di kamar orang ini tanpa sengaja.

Dan dia sekarang ada di sana juga dengan senyum muram. Senyum yang tidak pernah terlihat pada wajah orang ini yang biasanya seperti matahari.

Lucas hendak menjawab, tapi Jeno keburu disikut Renjun. "Kenapa, Njun?"

"...kamu kenal?"

"Hm? Kenal. Kak Lucas ini tinggal di sebelah kamarku."

Renjun lalu menutup mulutnya dengan tangan, menyembunyikan kagetnya. Dia ingat. Dia ingat dengan sangat jelas, orang ini yang waktu itu dia lihat bersama Jaemin di kost Jeno!

Eh, tapi tidak tau juga sih. Renjun kurang begitu percaya diri tentang kemampuannya mengingat wajah orang. Kemungkinan orang ini bukan orang yang waktu itu dia lihat, seharusnya juga masih ada....

"Salam kenal, Renjun. Namaku Lucas," kata orang itu sambil mengulurkan tangan pada Renjun yang tersentak karena dia mengetahui namanya. "Maaf tiba-tiba, tapi aku di sini untuk menemani Chenle di luar sementara kalian berdua masuk ke ruangan tempat Nana menunggu."

Tapi ternyata dia yang malah benar-benar menyebut nama Jaemin di sana. Nama panggilannya, pula.

Tapi tadi dia bilang apa?

"Menemani Chenle di luar? Buat apa?" Jeno tanpa sadar mengencangkan pelukannya pada Chenle. "Eh, bukan! Kenapa kakak bisa tau...—??"

"Penjelasannya bakal lama kalau sekarang! Tapi singkatnya, ya, aku tau kalian di sini sedang ada rencana bertemu seseorang, dan ya, aku juga tau pasti Nana sudah bilang kalau akan ada yang mendatangi kalian di sini sebelum kalian bisa masuk ke dalam...."

...tepat. Tidak ada yang salah dari kata-katanya. Jaemin tidak mengatakan apa-apa tentang Lucas yang akan menjemput, mungkin itu karena dia tau Jeno akan dapat dengan cepat menerima bahwa Lucas, orang yang sudah dikenalnya baik pada Chenle, bisa dipercaya.

Sempat Jeno senang karena akhirnya rencana untuk mempertemukan Chenle dengan Mark itu dibatalkan, tapi ternyata dia senang terlalu cepat.

Lucas kemudian menjelaskan tugas masing-masing mereka begitu rencana sudah berjalan.

Renjun dan Jeno akan masuk ke ruangan, hanya berdua, dengan Renjun sebagai juru bicara dan Jeno yang mengamati. Di sana, sudah ada Mark dan Jaemin yang menunggu. Lalu, Lucas sendiri akan menunggu di luar bersama Chenle, sampai nanti ada instruksi baru lagi dari Jaemin.

"Dengan catatan," Lucas menjeda, memastikan Renjun dan Jeno masih mendengarkan. "Apapun yang Nana akan lakukan nanti, Jeno terus jadi pengamat. Sedetik pun kamu tidak boleh melepaskan pandangan dari 'dia' begitu kamu memasuki ruangan. Paham, Jeno?"

Jeno menelan ludah sambil mengangguk mantap, walaupun tidak begitu yakin juga karena ini baru pertama kalinya dia lihat si tetangga ternyata bisa seserius ini.

[✓] decathect ; norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang