69

5.2K 893 104
                                    

Tiap pekan berganti, tidak ada lagi kesempatan bersantai-santai. Kalimat ini berlaku untuk semuanya, tak hanya Renjun yang disibukkan ujian, tapi juga Jeno yang baru saja menerima lagi tugas kelompok dari dosennya yang hampir tidak pernah memunculkan batang hidungnya di kelas.

"Jadi, tugasnya kira-kira sudah dibagi seperti ini. Untuk pembagiannya mau seperti apa? Pilih sendiri atau ladder?"

"Ladder! Biar adil!" Jawab beberapa orang dari kelompok, yang akhirnya diikuti karena tidak ada lagi yang menjawab.

Dengan selesainya melakukan ladder, kumpulan orang yang membentuk lingkaran tidak beraturan itu langsung membubarkan diri. Semua sudah mendapatkan tugasnya masing-masing, jadi tidak ada yang perlu dibicarakan lagi.

Jeno juga langsung merapikan tasnya sambil menghela napas lega karena dia beruntung sekali tidak mendapat bagian editor. Dia kurang bisa menagih-nagih teman sekelompok yang belum mengumpulkan tugas bagiannya, dan bagusnya, orang yang menjadi editor untuk tugas ini orangnya sangat vokal.

"Pokoknya, aku cuma bakal terima tugas kalian paling lambat lusa, hari sabtu, jam 6 sore! Lebih dari itu, jangan harap nama kalian akan ditulis! Tertanda, Kim Yerim!"

"Iya, berisik!!"

"Biarin!!"

Jeno menertawakan itu dari ambang pintu, diikuti Yeeun, teman dekatnya di kelas.

"Jen, hari ini ada rencana?" Tanyanya, yang dilanjutkannya dengan pertanyaan lain, "Mau ikut karaoke dengan yang lain? Kamu sudah lama tidak ikut kumpul dengan anak kelas."

"Tidak ada sih, tapi kalau karaoke, aku rasa aku tidak akan ikut."

"Kenapa?"

"Tidak apa-apa. Aku malu kalau disuruh bernyanyi, walaupun hanya karaoke...."

Yeeun menarik senyum iseng, lalu menyikutnya tiba-tiba, "Dasar, jaga imej, ya? Siapa sih, yang kamu suka di kelas? Yeri? Heejin? Atau malah...aku? AHAHA!"

Jeno hanya balas tertawa, karena semua nama yang disebutkan Yeeun itu adalah nama anak-anak yang sudah memiliki pacar dari tingkat atas. Yeeun mungkin menyebutkan nama mereka dan juga dirinya sendiri hanya untuk membuat Jeno menggelengkan kepala.

"Ayolah, ikut saja! Atau kalau tidak mau karaoke, ikut makan juga tidak apa-apa!"

"Kenapa sih, memangnya? Kalian kurang orang?"

"Ya bukan begitu... Cuman, ya... Kamu jadi terlihat memisahkan diri dari kelas." Yeeun memajukan bibirnya, bingung juga menjelaskan alasannya tanpa ingin menyinggung. "Aku sih paham, kamu sekarang sedang dibuat sibuk karena kamu harus menjaga keponakan yang pernah kamu bawa ke kelas itu, tapi aku rasa, kamu tidak perlu sejauh itu mengorbankan waktu pribadimu, lho? Kamu juga harus tetap bergaul dengan yang lainnya!"

Keponakan. Jeno melempar pandangan ke tempat lain waktu Yeeun menyebut soal Chenle sebagai keponakannya. Benar, Yeeun tidak tau apapun soal Chenle, dan sepertinya Jeno memang tidak berencana membuatnya tau. Jeno tidak ingin membuat lebih banyak lagi orang luar terlibat.

Jeno menyadari, dia akhir-akhir ini memang jadi tidak sesering dulu ikut kumpul dengan teman-teman dari kelasnya, tapi dia berusaha mengesampingkan pikiran itu dengan asumsi tak ada seorangpun juga yang sadar dia menghilang. Sakit, tapi itu selalu jadi caranya melarikan diri. Dan mengetahui ternyata mereka menyadari itu, Jeno jadi merasa senang sendiri.

Yeeun menyadari Jeno tidak begitu menolak, jadi dia segera memanggil gerombolan laki-laki di kelas untuk menarik Jeno ikut mereka makan, lalu dilanjut karaoke. "Jangan biarkan Lee Jeno kabur lagi, guys!!"

"Siap!!"

Jeno hanya tertawa, karena benar sekali, dia tidak menolak.

...
...

[✓] decathect ; norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang