A/n. Biar ga makin pusenkkk, tokoh tokoh yang dari masa depan (kecuali Chenle) di narasi ditulisnya miring yak! Tapi di dialog ngga!
.
.
.
.
.
.
."...PAPA...!! PAPAAA!!"
Tangisan Chenle yang tak terkendali itu benar-benar menyita perhatian. Perhatian Renjun, Jeno, dan juga... Jeno yang saat ini memeluk Chenle sambil terus mengusap belakang kepalanya. Renjun melihatnya, bagaimana gestur-gestur yang ditampilkan Jeno itu juga sebenarnya dapat diartikan sebagai dirinya juga menahan tangisan yang bebannya sama beratnya.
"...Lele...." Begitu suara samar bisiknya. "...anakku... Akhirnya...."
Ah. Rengkuhan yang luar biasa dalam. Apalagi, baik yang merengkuh maupun yang direngkuh, keduanya sama-sama masih terus menggali lebih dalam lagi rasa memiliki itu. Rasa yang selalu ikut datang saat berpelukan.
Rasa itu juga ada saat Renjun menggenggam tangan Chenle sedari mereka sampai di parkiran tadi. Dia terus menggandengnya dan tak sekali pun terlepas. Rasa memiliki yang begitu menggiurkan baginya, langsung hilang bersamaan dengan Chenle melepaskan tautannya untuk memberi sosok papanya yang sebenarnya itu rasa yang sama.
Renjun tanpa sadar jadi memperhatikan tangannya. Jari-jemarinya. Ya, dia memperhatikan jarinya yang barusan masih terisi itu dengan perhatian yang kelewat penuh, sampai-sampai dia juga tidak menyadari apa saja yang terjadi hingga semua orang yang ada di sana saat ini sudah berada di posisinya masing-masing.
Mungkin yang pertama Renjun sadari ada pergerakan adalah Jaemin. Temannya itu terus-terusan memijat pelipis Mark, suaminya, yang keluhan sakitnya berangsur-angsur berkurang. Dia sempat juga bercerita pada Renjun dan Jeno tentang bagaimana parahnya kondisi Mark pada awalnya, yang sampai saat ini sebenarnya dia juga tidak mengerti.
"Kak... Masih sakit?" Jaemin bertanya dengan sangat khawatir. Stress benar-benar terlihat memenuhi wajahnya, membuat penasaran Renjun dan Jeno sebenarnya kondisi parah Mark yang diceritakan itu separah apa sampai bahkan Jaemin pun dibuat takut. "Kakak...."
"Sudah mendingan, Jaem... Maaf membuatmu khawatir."
Jaemin menggelengkan kepalanya, tidak mau mendengar Mark minta maaf atas sesuatu yang jelas bukan salahnya. Mark sakit, apa itu salah? Tidak, tentu tidak. Jaemin menggeleng lagi sebagai penekanan, dan terus mencoba untuk membuat Mark nyaman di sebelahnya.
"Tapi yang sebenarnya bermasalah di sini...," Mark mendelik ke arah lain. Tepatnya, ke arah orang yang berwajah sama dengannya itu, tapi lebih tua. Mark. Dia sedari tadi terlihat sibuk sendiri mengutak-atik laptopnya sampai-sampai yang menjadi musik latar di ruangan itu adalah bunyi tombol-tombol keyboard yang ditekan. "...kamu. Apa yang kamu lakukan?"
Mark terkekeh, tau benar pasti dia yang saat ini sedang disodorkan pertanyaan. "Aku? Aku sedang mengerjakan tugasku. Ini juga bagian dari protokol perjalanan waktu hari ini," jawabnya setelah sempat melirik sedikit pada Mark. Layaknya menjawab dengan atensi penuh pada Mark itu bukan hal penting.
"Bukan! Maksudku, kenapa di sini hanya aku yang merasa sakit?! Aku tau sakit kepalaku ini karena kamu ada di sini! Bukannya kalian bilang, fitur keselamatan sudah ditambahkan ke mesin waktu?!" Lalu Mark menunjuk pada Jeno, yang kemudian membuat Renjun memberinya tatapan tidak suka, "Dan kenapa Jeno bisa baik-baik saja, padahal Jeno dari masa depan juga ikut datang ke sini...?!"
Renjun hampir menyela. Dia tidak suka mendengar Mark seolah ingin Jeno juga merasa sakit, tapi Mark menjawab lebih dulu, "Memang sudah ada kok. Safety system. Dua-duanya sudah ada, dan berfungsi baik. Buktinya adalah, ya, Jeno tidak merasa sakit atau apapun itu. Tidak ada kelainan padanya sama sekali dan kalian bisa lihat itu," katanya dengan senyum menyebalkan. Senyum yang Renjun tau memang adalah senyum khas Mark Lee yang dia kenal, "Lalu kalau kasusmu sih... Kamu sakit karena memang aku tidak mengaktifkan satu fitur yang harusnya bisa melindungimu dari efek samping safety system —aku sengaja tidak mengaktifkan temporary cloning. Itu karena awalnya aku berniat membuatmu mati di sini supaya Jaemin bisa kubawa ke masaku tanpa ada gangguan."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] decathect ; noren
FanfictionJeno yakin dirinya adalah lelaki baik-baik. Dia selalu mendengarkan kata-kata orangtuanya untuk tidak memperlakukan orang sembarangan. Kalaupun pada akhirnya dia melanggar, dia tau dia harus bertanggung jawab. Makanya waktu tiba-tiba ada anak kecil...