Menghitung mundur menuju hari H, Chenle meminta untuk diantar bertemu mantan gurunya di rumahnya. Renjun langsung menghubungi orangnya lewat chat, tapi katanya sang guru sedang bepergian dengan suami selama beberapa hari.
"Iya, kak. Minggu depan Chenle akan pulang, dan dia bilang dia ingin ambil foto-foto yang banyak dengan kak Ten dan om Taeyong juga untuk dibawa pulang. Kira-kira sempat tidak ya?" Jelas Renjun saat Ten bertanya ada apa. Ten berikutnya sempat diam, lalu bilang dia akan memajukan kepulangan dengan alasan urusan yang membuatnya pergi juga bukan hal penting. Dari nada bicaranya yang terdengar sedikit turun-naik, Renjun menyadari kalau Ten sebenarnya terpukul mendengarnya. Ya, mendengar Chenle akan kembali ke waktu asalnya.
Di hari yang sama pula, mereka bertiga sedang berada di perjalanan menuju rumah orangtua Jeno dengan mobil. Jaehyun dan Doyoung, mereka juga sudah dikabari tentang rencana kepulangan Chenle, dan yah... Mereka langsung menyuruh Jeno membawa Chenle berkunjung, "Ajak Chenle ke sini, cepat!! Nggak mau tau, pokoknya cepat!!" Uh, bahkan Jaehyun yang biasanya tenang dalam setiap kondisi, bisa-bisanya mengeraskan suara di telfon... Padahal Jeno sengaja menelfon ke nomor ayahnya karena mengira beliau akan lebih mudah diajak bicara, tapi ya... Begitulah.
"Mama, lihat!" Pekik Chenle yang duduk di kursi belakang pada Renjun. "Aku punya cincin, lebih banyak dari punya mama."
Oh, dia membicarakan snack ring keju yang tadi dia beli saat mampir di minimarket. Dia sematkan 3-4 snack itu di jari-jari tangannya, lalu dipamerkannya pada Renjun yang membalas dengan tertawa geli. "Wah, iya, benar! Lebih besar juga ya, cincinnya Lele?" Dengan lihai, Renjun coba ambil satu buah ring dari jari Chenle, lalu memakannya. "Hmm... Lebih enak juga, lho, daripada punya mama! Mau lagi dong? Punya mama tidak enak soalnya."
"Ih, jangan dimakan!" Chenle langsung menyematkan snack-nya lagi sebelum kembali dengan agenda pamernya, tapi kali ini pada Jeno, "Pa, lihat. Aku punya cincin. Lebih banyak dan lebih besar juga daripada punya papa."
"Nanti ya, Le. Papa lagi nyetir," respon Jeno, sedikit terlambat dari yang seharusnya. Itu karena Jeno merasa dia masih belum semahir itu menyetir, jadi dia tidak bisa terlalu percaya pada dirinya sendiri dia bisa mengalihkan atensi sejenak tanpa takut tiba-tiba menabrak sesuatu. "Ke mama saja, coba. Ma, tuh, Lele punya cincin apa tuh, coba dilihat."
"Tadi sudah ke mama! Sama mama malah dimakan!" Tapi berikutnya juga Chenle mulai memakan satu persatu snack cincinnya, menyisakan sudut mulutnya belepotan bumbu oranye.
Ngomong-ngomong, ini bisa dibilang pertama kali mereka pergi sejauh ini dengan mobil. Biasanya mereka berkunjung ke rumah orangtua Jeno dengan kereta, tapi karena yang terakhir dirasa serba susah untuk ke mana-mana tanpa mobil, Jeno kali ini memutuskan untuk memberanikan diri menyetir jauh. Renjun yang biasanya juga lebih bisa rileks dan tidur begitu sudah masuk jalan tol, sekarang masih terjaga karena khawatir terjadi sesuatu di luar dugaan terburuk.
"Kamu kalau mau tidur, tidur saja," tapi kata Jeno begitu, yang tentu saja diiyakan Renjun tanpa dilaksanakan. Selain karena alasan yang sudah disebutkan di atas, dia juga ingin mengambil banyak foto candid Jeno sedang menyetir dengan baju hitam lengan pendek yang jarang-jarang sekali dia kenakan.... Pemandangan macam ini harus diabadikan!
Ckrek! Ckrek!
Renjun terkikik saat Jeno menyadari Renjun memfotonya. "Fokus ke jalan! Nanti nabrak, lho!"
"Duh, aku sadar kamera, sayang!"
Memang! Renjun tau itu. Kemarin malam saat dia melihat-lihat foto di galerinya lagi, dia menyadari Jeno selalu bisa melihat ke arah kamera bahkan pada saat harusnya foto itu tidak terfokus padanya.
Terus begitu, sampai tak terasa setengah perjalanan dihabiskan dengan protesan Jeno pada Renjun untuk berhenti memfotonya di saat-saat menegangkan —menyetir. Dia merasa semua fotonya pasti aib karena penuh ekspresi yang tidak bisa dikontrolnya sepenuhnya, yang mana salah besar. Renjun sampai bingung foto mana yang harus dia hapus untuk melegakan storage hapenya karena dia tak sengaja mengambil terlalu banyak....
"Itu kakek!" Pekik Chenle heboh sambil menempelkan wajahnya pada kaca mobil, saat mobil mulai memasuki garasi dan dia lihat ada siapa di teras depan. Begitu mobil selesai diparkirkan, Chenle buru-buru membuka pintu dan turun, berlarian ke dalam pelukan kakeknya yang sepertinya memang sudah menunggu kedatangan mereka. "Kakek! Mau lihat cincinku?"
"Tidak sih, tapi mungkin nenekmu mau."
Renjun tertawa datar mendengar bagaimana Jaehyun menjawab, sementara Jeno langsung saja bicara, "Bilang saja 'mau', ayah! Dia lagi senang pamer cincin keju!"
"Lihat bibirnya yang oranye juga ayah sudah tau kok. Tapi ibumu dari pagi sudah murung, jadi lebih baik semuanya cepat masuk saja."
...
...
..."Oh, Chenle... Cucuku...," Doyoung yang tadinya sedang sibuk di kamarnya, dengan langkah tergesa langsung mendekat pada Jaehyun yang menggendong Chenle. Dia rebut Chenle dari Jaehyun, lalu diciumnya pucuk kepala, "Aduh, ini habis makan apa sih, kok belepotan? Ciki, ya? Mending makan yang benar dulu yuk! Kakekmu tadi sudah masak, sudah panggang kue pie juga!"
Terbit liur Chenle saat mendengar kata kue pie, "Mau, mau! Mau pie-nya aja!"
Renjun membuang napas lega melihat Chenle yang benar-benar menerima sayang dari Doyoung. Memang, perlakuan seperti itu selalu Doyoung berikan setiap mereka berkunjung dan juga saat mereka yang dikunjungi, tapi rangka kunjungan ini berbeda dengan kunjungan sebelum-sebelumnya sehingga Renjun sempat mengira akan ada perlakuan yang juga berbeda di sana.
Jeno juga sama. Jaehyun menanyainya beberapa hal. Kabar, pekerjaan, rumah, dan... Rokok.... "Sudah tidak, ayah... Aku juga kurang suka...," Jeno menjawab dengan jengah karena Jaehyun bertanya dengan sedikit ngotot. "Ibu tidak tau kan?"
"Ayah tidak rela, lho, ya kalau sampai nanti kamu boleh merokok tapi ayah tidak. Kalau bukan gara-gara ibumu, ayah sekarang masih bisa menghabiskan sepuluh kotak sehari!"
"...! Bagus begitu dong! Paru-paru ayah pasti sudah membusuk sekarang kalau ibu dulu tidak meminta ayah berhenti!"
Uh, bodoh sekali pembicaraan ini. Jaehyun iri pada Jeno karena Renjun sempat tidak melarang soal dirinya mulai merokok. Padahal, Jeno pertama merokok juga bukan hal yang pernah Renjun setujui. Tiba-tiba saja waktu itu Renjun menemukan 2-3 puntung rokok di tempat sampah dibarengi dengan beberapa potong baju Jeno menguarkan bau asap rokok.
Jaehyun juga sempat menanyai beberapa hal pada Renjun, yang jatuhnya seperti basa-basi saja karena keduanya masih benar-benar canggung. Renjun sudah mulai terbiasa memanggil Doyoung 'ibu', mengikuti Jeno, tapi sampai sekarang dia masih menghindar untuk banyak terlibat dengan Jaehyun supaya dia tidak perlu memanggilnya 'ayah'. Jadi saat Jaehyun mengajaknya bicara, Renjun... Menarik ujung baju Jeno supaya dia tidak ke mana-mana....
"Ayah rencananya mau mengadopsi anjing dari teman kantor. Ras... Apa ya, bacon...."
"Bacon mah babi!" Jeno yang sewot. Renjun juga menahan-nahan, jadi dia lega Jeno sudah mewakilkan.
"Apa, ya... Mirip itu namanya. Ah, ayah lupa."
"Bichon, mungkin? Bichon frisé?" Renjun menebak, yang sepertinya benar karena Jaehyun kemudian bilang si bacon-bacon itu anjing ras kecil. "Wah, menyenangkan sekali, nanti di sini akan ada anjing... Aku tidak kaget kalau nanti," jeda sejenak. Renjun menelan ludah, "...kalau nanti, 'ayah' akan memanggilnya Bacon...."
Hm. Jaehyun tersenyum dan memunculkan lesung pipinya saat Renjun dengan malu-malu akhirnya memanggilnya dengan panggilan yang seharusnya dia juga sudah terbiasa. Mungkin, mungkin, Jaehyun sengaja membahas soal rencananya mengadopsi anjing supaya Renjun bisa lebih santai bicara dengannya, "Ide bagus. Nanti saat kalian datang lagi ke sini, Bacon akan jadi yang pertama menyambut kalian di teras."
"Hei, sini! Kalian makan juga! Nanti pie-nya dihabiskan Chenle semua, jangan protes ya!" Doyoung yang memanggil, gemas karena para orang dewasa lainnya sama sekali belum ada yang melangkahkan kaki ke ruang makan. Sambil tertawa-tawa, Jaehyun menggiring anak dan menantunya memenuhi panggilan.
.
.
.
.Tbc.
A/n. Chapter filler mulu ye 🗿 tapi apakah kalian tida ingin liat lele main sama kakek jae dan nenek doy dulu 🗿 liat ayah jae dan injun bonding 🗿 apakah tida ingin 🗿
Btw how do u stay productive during pandemic??? 🙁a mind to share??
—7 mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] decathect ; noren
FanfictionJeno yakin dirinya adalah lelaki baik-baik. Dia selalu mendengarkan kata-kata orangtuanya untuk tidak memperlakukan orang sembarangan. Kalaupun pada akhirnya dia melanggar, dia tau dia harus bertanggung jawab. Makanya waktu tiba-tiba ada anak kecil...