83

4.1K 787 48
                                    

Jeno dapat merasakan perutnya penuh.

Jeno aslinya bukan orang yang segemar itu makan banyak, yang sebenarnya juga menjadi keuntungan buatnya sebagai anak kost yang keuangannya butuh perhatian khusus. Dia juga bukan pemilih soal makanan, sehingga makanan apa yang ada, dia tidak pernah merasa kurang.

Tapi sedari mereka sampai di sana, di depan Mark, Jeno terus memenuhi mulutnya dengan makanan sebanyak yang dia bisa, supaya dia punya alasan untuk tidak ikut menimbrung obrolan.

Mark juga rupanya menyadari keabsenan dirinya dalam pembicaraan itu, yang akhirnya Jeno putuskan untuk buat saja alasan yang terdengar tidak begitu pintar, seperti dia ini terlalu lapar dan kebetulan dia tidak ahli multitasking. Entah Mark benar menganggapnya serius atau tidak, tapi Mark tidak berkomentar lebih jauh.

Pertemuan mereka ini sudah ditunggu-tunggu sejak lama, hanya demi dia, Renjun, juga Jaemin bisa bicara dengan Mark tentang banyak hal yang sekiranya mereka nanti bisa jadikan pertimbangan untuk menentukan di pihak mana Mark ini berdiri. Lalu kenapa Jeno malah berupaya untuk tidak bicara dengan Mark?

Sederhana. Ada peran khusus untuk Jeno di sana, yaitu untuk memerhatikan semua pergerakan yang diperlihatkan Mark, tak peduli sekecil apapun. Ya, mereka berbagi tugas. Jeno memerhatikan, Renjun memancing, sementara Jaemin, ya, yang memberi izin. Mark ini sebenarnya kasihan sih, Jeno akui. Dia diperlakukan layaknya tersangka kasus luar biasa berat di mana Jeno, Renjun, dan Jaemin adalah detektifnya. Mark ini mereka siram dengan banyak dugaan yang menetapkan dirinya ini bersalah.

Tapi memang benar adanya Mark sedang mereka curigai layaknya dia ini terdakwa. Mark sejauh inilah yang memegang kesempatan terbesar untuk jadi terdakwa dalam kasus yang tengah mereka selidiki ini, dan semua kecurigaan yang ada tidak bisa mereka abaikan begitu saja.

Jaemin juga tadi memberi komando sekali lagi, yang seharusnya adalah komando terakhir hari ini.

'Titip kak Mark', yang Jeno yakini sebagai 'awasi kak Mark'.

Sebenarnya tidak ada artian khusus dari komando yang ini. Jeno juga dari pertama duduk di sana sudah terus memerhatikan Mark tanpa henti. Jeno lihat semua perubahan ekspresi yang ditunjukkan Mark tiap Renjun melontarkan pertanyaan-pertanyaannya. Jeno lihat semua gerakan tangan Mark tiap dia mulai menyentuh Jaemin yang ada di sebelahnya. Jeno lihat semua.

Tapi komando Jaemin yang barusan itu adalah komando terpenting yang sempat mereka tentukan sehari sebelumnya, di mana Jaemin klaim akan dikeluarkan kalau nantinya mereka benar-benar tidak bisa membuat Mark kelepasan bicara apapun yang kira-kira mengarah pada proyeknya tentang penjelajahan waktu. Semacam trump card. Bisa juga dibilang aba-aba untuk bersiap, supaya Jeno tidak hilang fokus ketika nanti terjadi apa-apa.

Jeno. Iya, hanya Jeno. Karena Renjun punya tugas lain lagi di sana, yang membuat Renjun juga dari tadi menarik napas dalam.

"Hmm...."

Jeno lihat Mark menatap malas pada jam yang ada di hapenya.

"Ada apa, kak?" Renjun memaksakan senyum. Dia yang sadar peran sebagai juru bicara, tidak berpikir dua kali untuk terus mengajak Mark berbincang. "Jaemin lama ya?"

"Ya, sudah 10 menit Jaemin ke toilet. Apa ada masalah ya?"

"Kalau kataku, Jaemin mungkin lagi sesi selfie di toilet, kak! Kak Mark tau instagram-nya kan? Story-nya kan sering sekali selfie pakai cermin toilet!" Percayalah, Renjun tidak mengada-ada. "Dan kita memutuskan makan di sini karena Jaemin suka sekali tempat ini. Jaemin sangat aktif kepanitiaan, dan katanya, divisinya sering kumpul di sini juga untuk rapat."

Mark menganggukkan kepalanya, terlihat sangat tertarik dengan penuturan Renjun soal Jaemin. Wajahnya masih terlihat sangat mengantuk, tapi juga bisa dilihat dengan sangat jelas, dia meminta Renjun bicara lebih banyak lagi. "Ya, aku sering lihat instagram-nya. Oh, tapi jangan bilang-bilang padanya ya."

"Eh? Soal kak Mark sering lihat instagram-nya? Kenapa?"

"Karena aku mengaku tidak punya instagram. Aku melihat-lihat Instagram-nya pakai akun bodongan."

Eh... Renjun tertawa datar, tidak yakin apa dia bisa menyanggupi permintaan macam itu dari Mark. Jujur, dalam hati, Renjun sudah berencana membocorkannya nanti pada Jaemin kalau dia sudah kembali.

Tapi Jaemin tidak kunjung kembali. Tidak aneh kalau Mark pun jadi merasa ada yang salah, karena bahkan untuk Renjun dan Jeno yang sudah tau apa yang akan Jaemin lakukan nanti, menurut mereka, Jaemin sudah terlalu lama dari rencana.

Renjun juga sudah tidak tau apa yang bisa dia katakan lagi pada Mark. Dari awal juga dia merasa, perannya sebagai juru bicara itu terlalu berat karena dia sadar, dia ini tidak pandai basa basi. Dia tau sendiri kalau misal dia bisa berada dalam pembicaraan yang nyaman, itu berarti lawan bicaranyalah yang pintar membawa obrolan. Sepintar itu sampai Renjun bisa merasa betah berbincang.

Jeno menyadari Mark makin tidak tenang di sana karena Jaemin yang terlalu lama. Kalau dibiarkan begitu saja, dia tau Mark pasti akan menyusul Jaemin ke toilet, dan kemungkinan besarnya, itu malah akan menghancurkan apapun yang Jaemin sedang persiapkan di luar.

Baru saja Jeno akan melakukan sesuatu untuk menahan Mark tetap di sana, mulai terdengar suara lain di luar.

"Tante Nana?"

Renjun tanpa sadar mengepalkan tangannya.

Suara itu terdengar makin jelas di luar, yang pastinya bisa Mark dengar juga di sana. "...'tante Nana'...?" Dia mengernyit, merasa lucu sekali mendengar ada anak kecil di luar yang mencari-cari tantenya yang kebetulan bernama sama dengan nama panggilan Jaemin.

"Tante Nana...???"

Suara itu lagi. Renjun menarik napasnya sambil mengingatkan pikirannya tentang apa yang harus dia lakukan, "W-wah? Anak kecil itu mencari orang yang namanya Nana juga! Kebetulan sekali... Ya kan kak?"

"Ya, aku sampai curiga apa ini sebenarnya tanda aku juga harus menyusul Jaemin seperti anak kecil itu mencari tantenya."

"Eh... Tidak usah, kak... Lebih baik kita tunggu di sini saja. Ya kan, Jeno?"

"Ya. Ya, tentu saja. Jaemin bukan anak kecil lagi. Sesi pemotretannya hari ini cuma sedikit lebih lama dari yang biasa."

Renjun mencubiti Jeno karena pemilihan kata 'sesi pemotretan' untuk Jaemin yang mereka tebak sedang sibuk berselfie di toilet, tapi Jeno memintanya berhenti dengan sambil memberi pengertian bahwa dia juga sedang melaksanakan perintah Jaemin yang terakhir tadi untuk mengawasi Mark tanpa henti walaupun sesuatu terjadi nanti.

Dan untuk saat ini, Jeno yakin, kalau memang nanti akan ada sesuatu, ...—

Cklek.

"Tante Nana...??"

...itu pastilah saat pintu terbuka, dan Chenle muncul dari sana.

.
.
.

Tbc

—17 agustus '19

[✓] decathect ; norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang