Jeno menyimpan banyak ingatan masa kecil bersama ibunya. Bisa dibilang, Jeno ini memang anaknya penurut dan berbakti kepada orang tua. Hampir tidak pernah dia dengan sengaja menolak ketika diminta membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Contohnya, dia juga ingat dia sering membantu melipatkan pakaian sementara ibunya menyetrika sambil bernyanyi-nyanyi lagu yang tidak pernah dia dengar sebelumnya. Dan sesekali juga ibunya akan berceletuk apapun yang tiba-tiba dia ingat di tengah kegiatannya menyetrika.
"Sebenarnya, ini masih lama," kata Doyoung pada suatu malam, ditemani Jeno yang tangannya tidak berhenti melipat berpotong-potong pakaian. "Tapi Jeno, ibu kepikiran. Kamu sadar tidak sih, tiap ibu marah sama kamu, ibu pasti bakal pergi? Entah ke luar rumah atau masuk kamar lalu tidur, tapi pokoknya ibu bakal jauh-jauh dari kamu, mau kamu menangis sekeras apapun juga."
Uh. Iya, atau tidak ya? Jeno tidak terlalu ingat dia pernah dimarahi, tapi iya, dia ingat dia pernah membuat ibunya marah dan ibunya tidak berkata apa-apa. Padahal, dia menangis sangat kencang yang bahkan sampai keesokannya pasti ada tetangga yang datang bertanya.
"Soalnya itu diajarkan nenekmu. Katanya, kata-kata orang tua pasti bakal diingat anak, jadi kalau marah, daripada kecolongan bicara yang tidak-tidak, lebih baik tidur. Atau kalau tidak bisa tidur, ya lakukan apa saja kek yang pokoknya bisa membuat lupa kalau sedang marah. Kamu tau sendiri kan kalau orang sudah marah, mulut dan tangan bisa sekejam apa?"
Dari pembicaraan waktu itu, Jeno mengerti kalau ibunya ingin memberi pelajaran yang akan sangat penting untuk diingat dan dilakukan di kemudian hari. Jeno dulu hanya menganggukkan kepala, sambil dalam hati dia berpikir hal seperti itu tidak mungkin terjadi. Tidak ada orang tua yang akan memaki anaknya, apalagi sampai memukul. Dia berpikir begitu karena orang tuanya memang tidak pernah berlaku demikian padanya.
Bertahun-tahun setelahnya yaitu sekarang, Jeno yang penurut itu sudah menikah, juga sudah berkeluarga. Dia juga selalu mengingat baik-baik ajaran ibunya untuk tidak memaki ataupun main tangan pada anak. Ya, pada Chenle. Mungkin memang Chenle saat ini bukan anak yang benar-benar dia dapatkan dari hasil pernikahannya sekarang, tapi anak tetap saja anak. Jeno yang memang sehari-harinya hampir tidak pernah marah jadi merasa ajaran ibunya yang satu itu adalah ajaran paling mudah untuk dia lakukan.
Tapi sayangnya, Jeno terlalu menyepelekan ajaran itu sampai-sampai dia lupa untuk berbagi dengan Renjun, istrinya, yang malam ini baru saja memaki dan hampir memukul anak yang sekarang menangis deras dalam pelukannya.
Chenle menangis sambil terus mengucak-ucak matanya, "Huu...." Jeno merasa sangat sakit mendengar isakannya yang terdengar ditahan walaupun sia-sia. Dia yakin, pasti Chenle menangis karena melihat mamanya marah dan memakinya, tapi Chenle bilang bukan begitu. Dia menangis bukan karena itu, "Kenapa papa tadi pukul mama...? Huu... Minta maaf sama mama...!"
Jeno menghela napas. Rupanya Chenle menangis karena dia melihat Jeno menampar Renjun, "Iya, papa pasti bakal minta maaf, tapi nanti. Tidak sekarang. Mau bagaimanapun, mamamu juga salah."
Chenle menggeleng kuat-kuat, bahkan terlihat memberontak untuk melepas pelukan Jeno. "Tidak! Mama tidak salah apa-apa! Mama benar, kalau begini terus, papa akan pergi lagi!" Dia memukul-mukul dadanya sendiri, "Pukul aku! Pukul aku juga! Kalau papa mau marah, marahnya sama aku, jangan sama mama!"
Huft. Kenapa ya? Chenle benar-benar tidak menyukai pikiran soal Jeno marah pada Renjun. Dia benar-benar tidak terima melihat wajah Renjun tadi saat Jeno menamparnya, yang benar-benar sarat kebingungan dan tidak percaya. Semua di sana memang gagal mencerna kenapa bisa-bisanya seorang Jeno sampai menampar, tapi Jeno sendiri juga termasuk. Dia tidak percaya dia telah menampar Renjun dengan tangannya sendiri. Tangannya yang sampai sekarang pun terasa gemetar cukup jadi bukti.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] decathect ; noren
FanfictionJeno yakin dirinya adalah lelaki baik-baik. Dia selalu mendengarkan kata-kata orangtuanya untuk tidak memperlakukan orang sembarangan. Kalaupun pada akhirnya dia melanggar, dia tau dia harus bertanggung jawab. Makanya waktu tiba-tiba ada anak kecil...