Kalau sudah benci, apapun yang dikatakan dan dilakukan seseorang pasti akan terlihat sangat menyebalkan, mau hal itu benar ataupun salah. Renjun juga sama. Dia benci pada Mark, walaupun rasa bencinya itu pertama muncul tidak lebih dari sekadar rasa kesal. Mark yang nada bicaranya selalu terkesan merendahkan, untuk lebih percaya setiap kata yang orang itu lontarkan, Renjun rasa itu hal sulit.
Tapi....
"Jeno masih hidup, lho?"
Omongan yang satu itu, Renjun benar-benar mengharapkan semoga kali ini Mark tidak mengada-ada.
Sedari kepulangan Mark dan Lucas dari apartemennya, Renjun terus berusaha menyambungkan semua pecahan informasi tentang Jeno yang selama ini sudah dia kumpulkan satu persatu. Dia susun semuanya, tanpa ada yang terlewat dan juga tidak menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan yang muncul setelah semua poinnya tersusun.
Dengan wajah sumringah, Renjun mengucapkan kesimpulan sementara yang dia dapat, "... Apa itu artinya... masa depan sudah berubah?"
Terhadap konklusi Renjun, Jeno belum merasa bisa berkomentar apa-apa. Dia masih kepikiran soal Chenle yang tadi sempat menyusul Mark dan Lucas keluar karena katanya ada sesuatu yang ingin dia tanyakan.
Tidak, Jeno tidak sempat memastikan apa jelasnya hal yang ingin Chenle tanyakan, jadi yang membuatnya khawatir tidak berkaitan dengan itu. Jeno khawatir karena setelahnya, Chenle terus mengurung diri di kamar dan belum keluar bahkan setelah dua jam berlalu.
"...no! Jeno!" Panggilan Renjun sedikit mengagetkan Jeno yang pikirannya tertuju pada Chenle. "Kamu dengar tidak sih? Aku sedang mengajakmu bicara!"
"Oh, ya, ya. Aku dengar... Uh... Apa tadi?"
Dia tidak mendengar, jelas sekali. Tapi tidak masalah. Renjun tidak keberatan untuk mengulang, "Masa depan sudah berubah! Pasti begitu! Dan itu karena kamu sudah tidak merokok lagi!" Dia genggam tangan Jeno dan membawanya menempel pada kulit wajahnya, "Oh, Jeno... Aku senang sekali! Walaupun si sialan Mark itu yang memberitau soal ini, aku tetap senang memikirkan kalau... Kalau ternyata kita tidak salah langkah... Dari awal aku sudah tidak setuju kamu merokok, tapi aku tidak menyangka kalau memang rokokmu itu yang jadi akar dari masalah kita selama ini!"
Rokok, ya. Bisa jadi sih, karena berita ini datangnya pas sekali setelah Jeno sukses lepas total, tapi Jeno tidak pernah ingat dia seterikat itu pada rokok... Sekali lagi, orangtuanya benci rokok. Memang hanya ibunya saja sih, tapi di belahan dunia manapun, pembenci rokok pasti bisa ditemukan bahkan dalam lingkaran terkecil orang-orang. Hal itu sudah cukup menumbuhkan pikiran bahwa rokok adalah hal buruk. Ya, hal buruk yang pada akhirnya tetap dia lakukan.
Reaksi yang diberikan Jeno kurang memuaskan bagi Renjun. Hei, ini berita besar! Masa depan sudah berhasil mereka ubah! Renjun sudah menyampaikannya dengan sangat bersemangat, tapi Jeno hanya membalas sekenanya. Apa Renjun sesenang itu juga karena dia sekalian mengatai Mark dan kata-katanya waktu itu? Apa tepatnya? Hmm... Ada beberapa hal yang tidak dapat diperbaiki bahkan dengan mesin waktu sekalipun? Ya, memang mesin waktu tidak mengubah apapun. Yang mengubah adalah mereka sendiri. Memikirkan itu, bagaimana caranya Renjun tidak merasa ingin meloncat dan membuka sebotol whiskey yang disimpan di kulkas lalu merayakannya sampai pagi?
Tapi Renjun tidak terpikirkan tentang adanya hal lain yang membuat Jeno bahkan tidak fokus sejak awal, hingga akhirnya Jeno memberitau, "Chenle masih di kamarnya."
Chenle! Benar juga. Dia belum keluar lagi dari kamarnya setelah kembali dalam keadaan menangis. Mereka sama-sama tidak tau jelasnya kenapa Chenle begitu kembali dari menyusuli Mark dan Lucas di lift, datangnya dengan memasang wajah banjir airmata, tapi Renjun pikir lagi, mungkin saja itu tangisan haru yang penuh kejutan karena... Jeno! Jeno yang diketahuinya sudah mati, sekarang sudah berhasil diselamatkan! Ya, pasti Chenle terharu! Renjun merasa dapat mengerti perasaannya kalau saat ini dia memilih ingin sendiri, tapi juga, mereka semua belum makan malam. Dalam kamus Renjun, tidak boleh ada yang namanya dengan sangat sengaja melewatkan makan malam. Jadilah dia buru-buru memesan makan dari toko-toko di lantai bawah, hitung-hitung sebagai perayaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] decathect ; noren
FanfictionJeno yakin dirinya adalah lelaki baik-baik. Dia selalu mendengarkan kata-kata orangtuanya untuk tidak memperlakukan orang sembarangan. Kalaupun pada akhirnya dia melanggar, dia tau dia harus bertanggung jawab. Makanya waktu tiba-tiba ada anak kecil...