77

5.2K 856 171
                                    

Kepala lembaga Mark Lee.

Mark tertawa mendengar Lucas memanggilnya seperti itu. Bukan apa-apa sih, tapi kalian harus lihat tampang seperti apa yang Lucas tampilkan saat ini. Dia memanggil Mark dengan wajah yang benar-benar tidak senang.

"Kamu tiba-tiba menyuruhku mundur dari lab gara-gara katamu, aku harus menjaga Nana sementara kamu sibuk menjilat orangtuanya. Karena aku sangat tau bagaimana kamu dari dulu mengincar posisi itu, aku bahkan sampai meninggalkan penelitianku sendiri yang sudah kurancang tiga tahun demi ke Korea dan memantau Nana. Rutin, Mark. Aku selalu melapor padamu soal Nana tanpa ada gagal, tapi sekarang untuk mendengar ternyata kamu sudah berhasil jadi kepala lembaga, aku mendengar kabar itu dari orang lain. Dasar tidak tau diri."

Lucas masih ingat frustrasi yang dia rasakan waktu itu, saat dia lihat suasana di lorong gedung laboratorium yang seperti sedikit lebih tegang saat ada Mark di sebelahnya. Memang dia tau, semua yang jadi kandidat penerus itu pasti disegani, tapi terakhir dia di sana, tak ada orang yang akan sampai membungkukkan badannya pada Mark hanya karena kebetulan berada di lift yang sama. Barulah setelahnya dia dengar dari orang-orang di kafetaria soal Mark yang terlihat seperti orang yang berbeda setelah berhasil lulus uji kompetensi.

"Segala pakai mengatai Nana cengeng," kata Lucas sambil memfokuskan konsentrasinya pada jalanan yang mulai penuh tapi masih lancar. "Padahal kita sampai menghabiskan hampir seminggu di Kanada, itu karena ada yang menangis dua hari di lab-nya dan baru berhenti melakukan itu karena akhirnya pingsan. Coba, apa Tuan kepala lembaga ini tau siapa yang kumaksud?"

"Jangan panggil aku begitu kalau kamu tidak terbiasa, Lucas. Aku pun tidak terbiasa mendengarnya." Mark melempar pandangannya ke jalan, tau Lucas pasti mendengus mendengar omongannya yang mungkin terdengar menyebalkan. "Lagipula... Aku masih belum terpikirkan cara supaya aku bisa mengundurkan diri tanpa membuat orangtua Jaemin marah."

"Ya makanya, kenapa kamu sampai mau mengundurkan diri?? Kamu mengorbankan banyak hal untuk posisi itu, dan sekarang setelah berhasil, kamu ingin buang semuanya?? Buat apa??" Di sana, Lucas butuh mengingatkan dirinya berkali-kali untuk tidak menginjak gas terlalu keras lantaran emosi terhadap Mark. "Aku bicara di sini bukan hanya sebagai asistenmu, Mark. Aku juga temanmu, dan aku tau seberapa inginnya kamu dulu mendapatkan posisi penerus... Kamu sampai selama itu meninggalkan Nana ya demi itu!! Jangan sampai hilang arah, Mark! Dan aku bahkan tidak tau apa yang kira-kira membuatmu bisa tiba-tiba seperti ini."

Ya, tepat. Dia tidak tau. Dan Mark memaklumi ketidaktahuan Lucas ini, karena dia memang tidak cerita.

Belum. Belum cerita.

Mark sebenarnya sempat memikirkan apa Lucas bisa mengerti kalau dia menjelaskan. Memang, setelah apa yang Mark lakukan padanya dulu demi mendapatkan posisi yang sekiranya bisa membuat orangtua Jaemin mengakuinya, dia tidak bisa meminta lebih lagi pada Lucas yang juga telah membantunya dalam banyak hal.

Tapi Lucas bilang, dia temannya. Dan Mark tidak ingin makin membatasi haknya sebagai teman lebih dari ini dengan membuatnya terus mengomelinya tanpa tau apa permasalahannya.

Begitu sampai di kamar apartemen yang masih terdapat banyak kardus belum dibuka, Mark senang Lucas ternyata masih berminat membicarakan lebih panjang lagi topik barusan.

"Ayolah, Mark! Aku cuma mau tau kenapa omonganmu tiba-tiba berubah!" Lucas mulai terpikir untuk membanting pintu untuk menekankan dia tidak akan diam dalam waktu dekat. "Dan lagi, kamu sampai mendaftarkan rancangan temuan macam mesin waktu, itu pasti karena kamu sangat ingin menyingkirkan pesaing lain kan? Sebesar itu keinginanmu dapat posisi, sampai sengaja merancang temuan macam mesin waktu yang sudah pasti akan ditertawakan...."

Sengaja merancang temuan yang pasti akan ditertawakan. Ya, mesin waktu memang temuan yang seperti itu apalagi kalau diajukan untuk ajang yang memiliki tenggat waktu. Tapi Mark tidak punya pilihan lain saat melihat ternyata orangtua Jaemin merencanakan sesuatu semenjijikkan uji kompetensi yang diikuti banyak ilmuwan lain untuk mendapatkan sumbangan prototipe temuan baru atas nama lembaga, dan Jaemin bahkan digunakan sebagai hadiah sampingan.

[✓] decathect ; norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang