41

7.4K 1.5K 65
                                    

Berminggu-minggu berlalu setelah Renjun dan Jeno mulai kembali sering berkunjung.

Memasuki pertengahan tahun, ujian semester pun sudah selesai mereka tempuh dengan tidak lupa saling memberi dukungan yang pada saat itu terbatas hanya lewat telfon, lantaran jadwal yang padat dari keduanya benar-benar seolah tidak membolehkan bertemu. Chenle pun sampai harus menginap di rumah gurunya, kak Ten, selama mereka sibuk dengan urusan kuliahnya masing-masing.

Ya, masa yang melelahkan. Tapi semua usaha seolah terbayarkan ketika Jeno berkata, "Ayo, kita bertiga ke rumahmu akhir pekan ini," pada Renjun yang waktu itu sedang membantu Chenle mengeringkan rambutnya sehabis mandi. "Sudah lama kan kamu tidak pulang? Aku yakin orangtuamu juga ingin bertemu Chenle lagi."

Orangtua. Renjun tidak bisa menahan dirinya untuk tidak segera mengiyakan ajakan Jeno dengan luar biasa semangat. Saking semangatnya, dia sampai membenamkan wajahnya di pucuk kepala Chenle yang rambutnya masih lumayan basah ---yang mana pada akhirnya malah membuatnya dapat keluhan berbunyi nyaring seperti, "Mama!! Geli!!"

Ah, Chenle bisa terus mengerang kegelian karena Renjun yang masih ingin terus memelukinya kesenangan, tapi percayalah, Renjun akan terus melakukan itu sampai akhirnya dia sadar dia harus segera beranjak dan mengemasi barang-barangnya, setelah mengoper handuk kecilnya ke Jeno supaya dia melanjutkan kegiatannya mengeringkan rambut si kecil.

Ada satu hal yang membuat Renjun sangat bersemangat sampai-sampai dia memutuskan untuk mengeluarkan tas kepunyaannya yang paling besar untuk membawa baju-bajunya. Tidak seperti kunjungan yang terakhir di mana mereka menyempatkan waktu untuk pulang ke rumah, kali ini mereka pulang dalam rangka melepas penat setelah ujian. Mereka bisa menetap lebih lama!

"Cie, yang mau ketemu mama papanya lagi. Senangnya kelihatan banget tuh," celetuk Jeno yang sesekali melihat ke arah Renjun melalui ekor matanya ---tangannya ini tertahan dengan urusan rambut Chenle yang ternyata lumayan tebal. "Kalau aku ajak pulangnya ke rumah orangtuaku, kamu bakal sesenang ini juga, nggak?"

Renjun menoleh dengan cengiran, "Iya! Kan ketemu calon mertua!" lalu mulai kembali asik memilah pakaian, tidak merasa perlu menanggapi decihan gemas Jeno yang sampai hari ini pun masih belum terbiasa dengan tingkah Renjun kian harinya.

Pada hari biasa, Renjun akan merasa semua gerak-gerik Jeno mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar pasti bisa dia komentari. Tapi kali ini waktu pikirannya diiming-imingi dengan kemungkinan bisa kembali pulang ke rumah di mana dirinya itu disambut hangat oleh kedua orangtuanya, Renjun akan dengan mudah meminta Jeno menyimpan celetukan-celetukannya untuk lain hari entah kapan.

.
.
.

tbc

a/n.

ku baru dapet hidayah (?)
udah gitu doang dulu ya ku ngetiknya kaku banget ini hadeh udah lama ga ngefenfik cia cia

kita mau pulang ke rumah yuwin 😝 siapa yg mau ikuttt yang ga mau ikut tetep harus ikut 🤪

[✓] decathect ; norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang