18

10.7K 2.1K 285
                                    

Beberapa hari setelah Chenle ikut Jaemin, Jeno perhatikan keadaan Renjun berangsur membaik.

Jeno terakhiran ini selalu menyempatkan diri untuk mengecek keadaan Renjun di kamarnya. Entah untuk sekadar berkunjung atau sekalian membawakan makanan. Yang pasti, untuk selalu mengarahkan motornya ke apartemen Renjun dulu sebelum ke tempat yang lain sudah seperti hal yang dilakukannya secara otomatis.

Khusus hari ini di mana kelas siang dibatalkan dan Renjun juga ada ujian praktikum, Jeno memutuskan untuk menjemputnya saja sekalian, lalu mengantarnya pulang. Yah, dari luar memang Renjun terlihat biasa saja, tapi nafsu makannya terus turun ---makanya Jeno jadi yang paling panik soal membawakan makanan, karena Renjun ini jadi sering lupa makan kalau tidak diingatkan!

"Selesai ujian jam berapa?" Tanya Jeno pada Renjun lewat sambungan telfon. "Aku siang tidak ada jadwal apa-apa. Aku jemput saja ya?"

"Tapi aku tidak tau ini akan selesai jam berapa... Aku sepertinya dapat kloter terakhir."

"Tidak apa-apa. Aku tungguin. Semangat."

Lalu telfonnya ditutup. Dia sengaja tidak memperpanjang, karena nanti dia malah mengambil waktu yang seharusnya bisa digunakan Renjun untuk belajar.

Dan lagi, dia juga ada janji untuk ketemu Jaemin di dekat kostnya. Untuk apa? Menjemput Chenle.

Kata Jaemin, Chenle sudah ribut kangen mamanya dari semalam. Katanya, dia kangen tidur di sebelah mamanya yang kadang akan tanpa sengaja memeluknya.

Jeno merasa kangennya Chenle ini datangnya pas juga. Karena hari ini,  Renjun ujian. Itu artinya, setelah ujian, dia bisa sedikit santai-santai. Sepertinya tidak masalah kalau hari ini mereka bertiga pergi makan di luar. Jeno yakin Renjun butuh refreshing juga.

Jeno lalu mengarahkan motornya ke lokasi yang diberikan Jaemin. Jeno belum pernah melewati jalan itu sebelumnya karena berlawanan arah dengan jalan ke kostnya dan juga apartemen Renjun.

Waktu sampai di depan minimarket yang dijadikan tempat janjian, Jeno sempat menunggu beberapa menit sampai Jaemin keluar dari dalam minimarket, dengan Chenle dalam gandengan. "Le, itu papa udah dateng jemput!" Kata Jaemin sambil menunjuk Jeno.

Chenle langsung terlihat bersemangat. Dia berhamburan ke dalam rentangan tangan Jeno yang menyambut. "Papa jemput Lele?? Iya?? Papa jemput Lele??"

"Iya! Papa dateng jemput Lele yang udah nangis-nangis ribut kangen sama mamanya!" Jeno ngusak rambut Chenle sambil tertawa, karena Chenle sepertinya habis dibelikan es krim oleh Jaemin, jadi sudut-sudut mulutnya bernoda. Jeno menoleh pada Jaemin, "Oh, iya. Aku lupa minta nomor rekeningmu."

Jaemin membulatkan matanya. "Rekening? Buat apa?"

"Tentu saja biaya kamu menjaga Chenle. Kulihat, kamu memberikan Chenle macam-macam."

"Kalau untuk makanan beratnya sih, aku tidak keberatan. Tapi kalau yang seperti es krim dan snack, itu aku sendiri yang ingin membelikan. Tidak usah repot-repot!"

Jeno memutar mata. "Terserah, lah. Pokoknya nanti aku minta nomor rekening," tukasnya. "Terus? Katanya ini dekat kostan-mu. Di mana?"

"Ya lumayan dekat. Lihat gang itu?" Jaemin menunjuk ke gang kecil di seberang jalan. "Dari gang itu tidak jauh ke dalamnya. Dekat."

"Hmm. Ya sudah. Kita duluan ya, abis ini masih jemput Renjun. Makasih, lho." Jeno mengangkat Chenle supaya dia duduk di depan. "Lele juga. Bilang makasih."

"Makasih tante Nana!!" Chenle melambaikan tangannya pada Jaemin yang balas tertawa pada panggilan barunya.

Di jalan, Jeno terus mendengarkan cerita Chenle selama tinggal dengan Jaemin.

[✓] decathect ; norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang