137

2.7K 427 64
                                    

A/n. Baru applied di chapter ini dan ke depannya, tapi jaemin yang masdep juga italic aja deh. Wkwkwk maap labil

.
.
.

"Haha. Renjun, kamu jahat ya?"

Mark terkekeh saat tak ada lagi yang bersuara setelah mendengar apa yang dituturkan Renjun. Mark... Menelantarkan Jaemin bahkan sampai Jaemin meninggal? Semua tau Mark itu memang suka sibuk sendiri, tapi... Separah itukah?

"Apa? Apanya yang jahat?"

"Ya, kamu jahat. Ceritamu di sini jelas-jelas hanya cerita yang bagaimanapun pasti memojokkan aku, padahal cerita panjang milikmu itu sama sekali bukan jawaban dari pertanyaan Jeno."

"...memojokkan?" Renjun terdengar sangat tidak senang tentang pemilihan kata Mark terhadapnya, "Kalau memang kamu tidak bersalah, harusnya kamu tidak perlu merasa dipojokkan. Kamu bicara seperti itu juga sudah jelas-jelas kamu mengaku—...."

"Kalau begitu harusnya kamu juga cerita soal kamu yang terus-terusan datang padaku, bertanya soal mesin waktu yang sudah aku bilang gagal tapi kamu tidak pernah percaya," dia bangkit dari duduknya hanya untuk memberi tatapan sinis pada layar, tau jelas lawan bicaranya dapat melihatnya dari jauh, "...tentang kamu yang terus memaksaku membuat mesin waktu karena kamu ingin menyelamatkan orangtuamu. Seharusnya kamu juga cerita soal itu."

Memaksa Mark membuat mesin waktu....

Renjun merasakan beberapa bulir keringatnya jatuh. Hal yang sedang dibicarakan mereka-mereka yang dari masa berbeda, juga terjadi di masa ini. Renjun juga pernah mendatangi Mark, menanyakan soal mesin waktu karena ingin mengulang ke masa di saat orangtuanya masih hidup.

"Di sini juga terjadi, kan? Jaemin, juga Chenle... Mereka juga harusnya tau itu."

Jaemin menelan ludah. Dia memang tau itu karena dia juga mendengar sedikit banyak pembicaraan Renjun dan Mark yang keduanya sama-sama tersulut emosi. Walaupun Mark tidak pernah benar-benar menjelaskan konteksnya pada akhirnya, tapi Jaemin sudah lumayan bisa paham garis besarnya.

Mark memasang tampang tak mau kalah, mungkin karena dia menebak, Renjun dari masanya juga dari tadi sudah merasa menang. Renjun bisa melihat bagaimana semua yang ada bersamanya sekarang memandang pada Mark dengan tatapan menyalahkan. Tatapan tidak percaya, ternyata Mark bisa sekejam itu, sedingin itu.

"...lalu? Tidak ada yang bisa mengubah fakta kamu memang sudah menelantarkan Nana."

"Kamu tau jelas aku sibuk seperti itu karena pekerjaanku yang ada hubungannya dengan mesin waktu. Dengan kamu memaksa aku membuat mesin waktu, itu juga caramu berkontribusi terhadap aku yang 'menelantarkan' Jaemin!"

"Tapi kamu tidak pernah mengiyakan aku! Jangan coba-coba melimpahkan kesalahanmu pada orang lain!"

"Itu karena kamu bilang kamu ingin menyelamatkan orangtuamu! Aku membuat mesin waktu bukan dengan tujuan—"

"CUKUP...!!"

Siapa yang berteriak? Siapa yang memotong perdebatan Mark dan Renjun dengan teriakan yang benar-benar terdengar... Marah?

Oh. Jeno, rupanya. Jeno yang lebih dewasa. Dia marah. Jeno marah!

"Mark, kamu yang barusan bilang waktu kita tidak banyak, tapi kamu sendiri malah meributkan yang tidak perlu!" Dia bicara pada Mark tanpa sebutan 'kak' di depannya. Sepertinya memang Jeno di masa depan sudah tidak memanggil Mark dengan embel-embel apapun, tapi karena Jeno di masa ini masih, dia berusaha menyesuaikan saja, "dan kamu, Renjun, kalau memang harusnya ada yang kamu ceritakan, jangan sengaja dibuang hanya untuk melindungi dirimu sendiri! Kamu sudah putuskan untuk menjelaskan di sini, jadi lakukan yang benar!"

[✓] decathect ; norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang