54

6.3K 1.1K 59
                                    

"Tante Nana?"

Jeno menganggukkan kepalanya, menjawabi Chenle yang baru saja diberitau soal chat-nya dengan Jaemin barusan. Chat yang isinya dimulai dengan Jaemin menanyakan sedang di mana Jeno sekarang berada, lalu berujung menjadi Jaemin yang bilang kalau dia akan menyusul ke sana, ke tempat Jeno, hanya untuk melihat Chenle.

Darimana kamu tau aku membawa Chenle ke kelas? Begitu Jeno bertanya, dalam chat-nya.

Siapa lagi coba kalau bukan dari Renjun? Begitu Jaemin menjawab, masih dalam chat-nya juga.

Jeno sama sekali tidak menyangka dia akan menerima chat dari Jaemin lagi setelah pertemuan terakhir mereka sedikit menimbulkan perasaan tidak nyaman, di mana Jeno masih terlihat berkeras Jaemin mengenal seseorang bernama Mark. Padahal, Jaemin sendiri sudah membantah, tapi Jeno masih saja bertanya dengan sedikit terdengar menuduh.

Tapi mungkin fakta tentang Jaemin mengiriminya chat hari ini adalah hal bagus, menurut Jeno. Karena kalau ada satu hal yang bisa membuat Chenle kembali banyak tertawa seperti biasanya, Jeno yakin Jaemin juga termasuk sebagai kandidat terkuat.

"Tante Nana mau ke sini, mau nemuin Lele, katanya. Dia tanya Lele mau dibelikan apa biar sekalian?"

Chenle sekilas terlihat mencerah. Sekilas, memang, tapi Jeno melihatnya dengan sangat jelas. Jaemin ternyata memang adalah jawabannya.

Mau susu, kata Chenle setelah berpikir sebentar. Chenle tiap pagi biasa minum susu, tapi hari ini tidak, dan Jeno-lah yang salah. Waktu pagi tadi Jeno menjemput Chenle di apartemen Renjun, dia sudah dititipi Renjun untuk mampir beli susu kotakan dulu sebelum masuk kelas. Katanya, susu yang biasa di-stoknya di kulkas bersama sudah habis dan dia belum sempat beli baru, jadi katanya mending sekalian Jeno saja yang belikan.

Tapi apa? Jeno malah lupa.

Jeno tertawa miring seakan meledek dirinya sendiri seraya mengetikkan permintaannya itu pada Jaemin. Dosanya hari ini sudah cukup banyak, karena tadi dia berbohong pada Renjun waktu ditanyai apa dia sudah melakukan satu-satunya misi hari ini ---membelikan Chenle susu. Dan Jeno berani-beraninya menjawab sudah.

Tak berapa lama, Jeno mendapat balasan lagi dari Jaemin. Katanya, dia sudah ada di depan kelas, jadi dia menyuruh Jeno membawa Chenle keluar.

"Kenapa nggak masuk aja? Kamu nggak ada kenalan di sini?" Kata Jeno pada Jaemin begitu sudah berada di luar, alih-alih menyapanya dengan ucapan klasik 'apa kabar' dan 'lama tidak bertemu'.

Jaemin hanya menunjukkan senyum jahil di wajahnya dan sekotak susu stroberi di tangannya, "Justru gara-gara di dalam kemungkinan ada yang aku kenal, aku jadi nggak mau masuk. Lagi nggak mood basa-basi!"

"Tante Nana!" Chenle memanggil, meminta sosok tinggi di depannya itu berjongkok supaya tinggi mereka tidak jauh berbeda dan dia tidak lagi harus mendongakkan kepala. Dia tunjuk tangan Jaemin, "Mau susu."

Jaemin tertawa pelan lalu mulai berinisiatif sendiri membukakan bungkusan sedotan yang tertempel pada sisi kotak, sementara Jeno rasanya sudah ingin menjitak Chenle atas caranya meminta titipan pada Jaemin tadi yang sebenarnya tidak sopan ---oh, Jeno meminta Jaemin membelikan susu itu juga sebenarnya sedikit tidak bisa dibenarkan, tapi ya sudahlah.

"Sudah lama aku nggak ketemu Lele! Terakhir kayaknya sebelum ujian... Lama sekali." Jaemin mencubit pelan pipi Chenle yang terasa lembut di jarinya, terlebih Chenle juga tidak terlihat kesal wajahnya disentuh-sentuh. "Lele kangen sama aku, nggak?"

"Biasa aja."

"Ehh? Cuma aku yang kangen?"

Jeno tidak menyambar masuk ke dalam pembicaraan mereka berdua yang sebenarnya juga tidak terlihat seperti percakapan karena Chenle tidak membalas ---mulutnya penuh susu, dia tidak bisa menjawab omongan Jaemin dengan mulutnya penuh seperti itu---. Pemandangan seperti ini sudah biasa buatnya, di mana Jaemin akan selalu bertingkah gemas dengan Chenle.

"Oh iya, Jen." Jeno mengedipkan matanya waktu dirasa Jaemin memanggil padanya. "Aku dengar dari Renjun soal gurunya Chenle. Kak Ten ya, namanya?"

Sempat bingung Jeno tadi, kenapa intonasi Jaemin seolah tiba-tiba terdengar serius, membuat Jeno sedikit penasaran apa yang ingin Jaemin tanya. Soal Ten rupanya. "Iya, kenapa?"

"Cepat jenguk bisa ya? Bareng Renjun juga. Kurasa, kak Ten juga butuh dukungan kalian sekarang." Jaemin lalu menyebutkan soal bagaimana Renjun tadi sempat terlihat menahan diri soal sesuatu. "Dia seperti ingin menjenguk tapi juga ada yang menahannya untuk itu. Ada apa ya kira-kira?"

Jujur, mendengar pertanyaan 'ada apa' dari Jaemin sekarang ini rasanya buat Jeno terdengar aneh, karena Jeno rasa, tidak ada apa-apa yang harus sampai Jaemin tanyakan seperti itu.

Tapi memang Jeno pikir lagi, setelah mereka sempat bermalam di rumah sakit menunggui Ten, Jeno sadari Renjun sedikit lebih diam juga, seperti Chenle tapi juga tidak sampai sediam Chenle.

Ah, Jeno menghela napas. Semua orang bertingkah aneh dan tak biasa, sementara dia ditinggal sendirian dengan ketidakpekaannya terhadap sekitar. "Oke, aku bakal ajak Renjun ke tempat kak Ten dekat-dekat ini," katanya, lalu merogoh isi kantong celananya. "Ini, ganti susu tadi. Terima kasih ya. Dan tolong jangan bilang-bilang Renjun, aku bisa dimarahi."

Jaemin tertawa lalu menerima uang yang disodorkan Jeno. "Jadi pengen ngaduin! Aku juga pengen lihat kamu dimarahi Renjun!"

"Aduh, tolong ya...."

.
.
.

Tbc.

A/n.

Ges aku mau bilang!! Yang berasa waktu itu pernah baca chapter 'empat delapan', SEISI-ISINYA CHAPTER ITU TUH APRIL MOP DOANG YA!!! 😢😢🤣🤣🤣😭🤣🤣

Aku nulis di bawah a/n waktu itu 😭 itu april mop tapi ya emang a/n nya juga yg sok sokan marah misuh misuh  gitu sih jadi kayaknya pada ngira april mopnya itu cuma yg a/n ya 😢😛

jadi yang soal yuta pengen jual chenle ke lembaga penelitian gitu tuh ga beneran aih 😭 yuta ga jahat 😭 yuta bukan kriminal 😭

[✓] decathect ; norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang