45

7.1K 1.4K 65
                                    

Sebelum ini, Renjun ingat kalau mamanya sebenarnya mengajukan request khusus supaya Chenle tidak memanggilnya 'nenek' atau semacamnya ---seperti Ten. Renjun memang mengiyakan, tapi dalam hati, dia sama sekali tidak berencana mengatakannya pada Chenle.

Dan Renjun rasa, untuk tidak mengatakannya itu merupakan keputusan tepat. Dia tau mamanya ini mudah sekali berubah pikiran.

"Uhhh, cucuku sudah datang!" kata Winwin segera setelah Yuta keluar dari mobil sambil menggendong Chenle dengan satu tangannya. Winwin berlari kecil sambil merentangkan tangannya, "Mana cucu nenek?? Sini, sini, nenek mau cium!!"

"Cium kakeknya dulu, baru----"

"Nga. Mending kamu masuk aja ke dalem, makan. Aku udah masak." Terus dia ngerebut Chenle dari tangan Yuta. Yuta cuma bisa nangis dalam hati.

Renjun menghela napas melihat tingkah kedua orangtuanya yang masih saja sempat-sempatnya melucu bahkan waktu Chenle sebenarnya setengah tertidur. Tadi jalanan macet sehingga jadi banyak berhenti. Mungkin itu membuat Chenle bosan.

Jeno? Ah, orang itu sama saja. Dia masih sibuk merenggangkan tubuhnya dengan mata masih segan terbuka. Renjun jadi membawakan tas Jeno turun dari mobil.

"Lanjut tidur di kamarku aja ya, Jen. Atau mau makan dulu? Katanya mama udah masak." Renjun mengajak Jeno masuk ke dalam.

Jeno menggeleng lalu menguap untuk yang terakhir. "Udah cukup kok tidurnya. Makan aja deh mending."

Renjun mengangguk paham. Kalau  dia tidak sedang membawa banyak barang, dia akan sekalian menepuk punggung Jeno supaya orang yang lebih tinggi darinya ini lebih cepat bangun.

Jeno berjalan sendirian ke ruang makan, berharap menemukan Winwin dan Chenle di sana, tapi ternyata yang ada malah si om.

"Kamu lagi," kata si om setengah kecewa karena yang datang menemuinya pertama kali di rumah bukan Renjun, tapi Jeno. "Sini, makan. Yang masak bukan aku tapi kalau sekarang."

Sekarang? Oh, Jeno hampir lupa, terakhir kali dia menginap di sana kan yang masak si om ya. Jeno cuma balas mengangguk lalu menyanggupi tawarannya untuk ikut makan.

Tapi baru Jeno selesai mengambil seporsi makan, Yuta, si om ini langsung berdiri sambil membawa piringnya, lalu berkata pada Jeno, "Di teras aja makannya. Sambil cari angin."

Jeno mengernyit. Makan kok sambil cari angin? Tapi pada akhirnya dia menurut saja pada tuan rumah.

.
.
.

tbc

a/n.

semoga batagor bisa menghilangkan kebiasaan buruknya suka update pendek pendek

kek enak aja gitu lho ges kalo update pendek tu. jadi berasa rajin update padahal aslinya mah tindak!!! kecurangan!!!HA!HA!HA!

[✓] decathect ; norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang