3. Teressa

1.6K 195 13
                                    

Teressa menyunggingkan senyum tercantik yang dimilikinya pada siapa saja yang menyapa dirinya. Keanggunan terpancar dari caranya bertingkah laku. Bahkan banyak anak-anak panti asuhan itu tampak begitu menyukai kehadiran Teressa di tengah-tengah mereka. Teressa seperti malaikat yang dikirim Tuhan setiap satu bulan sekali untuk memberikan sedikit kebahagian pada anak-anak panti asuhan 'Kasih Bunda' tersebut. Iya, saat ini Teressa sedang berada di acara kegiatan amal yang diadakan oleh mertuanya.

"Lihat Teressa... selalu terlihat cantik dan anggun seperti biasanya. Bahkan caranya memberikan kasih sayang kepada anak-anak disini sangat tulus seperti seorang malaikat...," bisik-bisik itu selalu mengusik indera pendengaran Teressa.

"Sayangnya sudah satu tahun pernikahan mereka, tapi belum juga dipercaya untuk memiliki momongan," bisik-bisik lainnya pun kembali mengusik pendengaran Teressa. Tapi, Teressa sudah kebal dengan semua itu. Karena itulah senyum anggun itu masih tetap menghiasi wajah cantik Teressa.

"Sebentar lagi Tristan akan menyelesaikan study-nya. Setelah itu ia akan kembali ke Jakarta dan mereka bisa lebih fokus membahas perihal momongan. Mereka memang menunda momongan karena kesibukkan Tristan di Paris...," ini adalah suara Bunda yang selalu memberikan pembelaan untuk Teressa. Dan seperti itu juga jawaban diplomatis yang akan Teressa ucapkan kalau ada yang bertanya perihal momongan pada dirinya.

Tapi sialnya, jangankan membahas masalah 'momongan', membahas masalah pernikahan mereka saja tidak pernah. Karena tiap kali bertemu, Teressa dan suaminya hanya akan membahas perceraian yang akan mereka ajukan pada tahun ketiga umur pernikahan mereka.

Perhatian Teressa teralihkan saat merasakan ponselnya bergetar di dalam tas. Dengan segera ia mengeluarkan ponsel tersebut. Sebuah panggilan dari suaminya. Teressa mendengus pelan. Suaminya itu selalu tahu waktu yang tepat untuk menghubunginya. Dengan segera Teressa menggeser tombol hijau pada layar ponselnya.

"Halo...," sapa Teressa.

"Kamu ada di kegiatan amal bersama Bunda?"

"Iya," jawab Teressa.

"Oke... aku alihkan ke video call yah... kita mengobrol di depan para ibu anggota yayasan...,"

Teressa menghela napas pelan. Tentu saja, Tristan hanya akan menghubungi dirinya untuk melakukan sandiwara bersama. Menuruti perintah Tristan, Teressa merubah panggilan tersebut menjadi panggilan video call.

"Hai sayang... lagi ada dimana?" ucap Tristan langsung begitu wajah Teressa muncul pada layar ponselnya. Memulai sandiwara mereka.

"Aku di kegiatan amal bersama bunda, mas... kamu sedang apa? Bukankah ini sudah malam?" tanya Teressa dengan wajah khawatirnya. Oh tentu saja ini hanya sandiwara yang dilakukannya.

"Rindu kamu, sayang... karena itu aku mau lihat kamu dulu sebelum tidur...,"

Teressa tersenyum tipis. Kalimat itu hanyalah sebuah kebohongan yang wajib diucapkan diantara mereka.

"Aku juga kangen sama kamu, mas... cepet pulang," Teressa juga mengucapkan kebohongan yang sama seperti biasanya.

"Teressa...," suara Bunda mengalihkan perhatian Teressa dari layar ponselnya. "Apa itu Tristan yang telepon?"

"Iya, Bunda... ah, mas Tristan mau ngomong sama Bunda," Teressa menghampiri Ibu mertuanya itu. Cewek itu pun segera menyerahkan ponselnya pada Bunda.

"Bunda... Tristan kangen sekali sama Bunda,"

Bunda tertawa pelan mendengar penuturan putta sulungnya itu. "Jangan begitu... nanti Teressa cemburu kalau kamu juga kangen sama Bunda...,"

"Teressa nggak akan cemburu Bunda... karena dia tahu kalau rasa kangen aku ke dia lebih besar dari kangen aku ke Bunda... justru aku takut kalau Bunda yang cemburu sama Teressa,"

Girls ! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang