Teressa tersentak saat merasakan tangannya digenggam. Cewek itu menoleh dan mendapati Tristan yang meraih piring bersih dari tangannya. Well, Teressa sedang mencuci peralatan makan yang kotor setelah makan malam tadi.
"Kembalilah fokus pada mencuci piring. Aku bantu mengeringkannya...," bisik Tristan. Teressa jelas tahu maksud dibalik tingkah Tristan saat ini. Iya, tentu saja semua ini adalah sandiwara karena mereka sedang berada di rumah Bunda. Malam ini mereka menikmati makan malam bersama di rumah Bunda juga akan menginap di sini nantinya.
"Aku... bisa menyelesaikan semuanya sendiri, mas...," ucap Teressa berharap Tristan akan meninggalkannya sendirian di dapur.
Tristan menghentikan kegiatannya sesaat dan menatap istrinya secara saksama. "Teressa... aku hanya memainkan peranku sebagai seorang suami yang membantu istrinya mencuci piring. Ada yang salah?"
Teressa menelan ludahnya. Dalam batinnya, ia sudah menjerit melampiaskan amarahnya. Namun tidak pada wajahnya. Pada wajah anggun itu hanya tampak ekspressi datar. Perlahan, Teressa menyunggingkan sebuah senyum tipis. "Terima kasih mau membantuku, mas...," ucap Teressa pelan bahkan hampir seperti berbisik.
"Ini hanya pekerjaan sepele," sahut Tristan membalas senyuman Teressa. Detik berikutnya, pria itu mendaratkan sebuah kecupan singkat pada pipi kiri Teressa. "Jangan tegang, Teressa... ada Tiara yang sedang menuju ke sini," bisik Tristan.
Dan benar saja, setelah Tristan membisikkan itu terdengar sebuah komentar dari adik perempuan Tristan. "Mas Tristan sama mbak Teressa... nempel terus kayak perangko...," Tiara mengambil segelas air minum.
"Kenapa? Pengen?" sahut Tristan.
"Kalau dapet cowoknya yang posesif kayak mas Tristan, ogah dah... makasih... mending jomblo gue," Tiara tersenyum sinis. Kemudian mahasiswi tingkat akhir fakultas kedokteran itu pun melenggang pergi meninggalkan pasangan suami-istri tersebut.
"Apa ada yang salah kalau aku posesif pada istri sendiri?" tanya Tristan pada Teressa. Pertanyaan itu jelas membuat Teressa terdiam karena tidak tahu harus memberikan jawaban seperti apa. Alih-alih menjawab pertanyaan Tristan, Teressa segera menuntaskan cucian di depannya.
"Biar aku saja yang menyelesaikan sisanya," ucap Teressa sambil mengambil alih lap yang ada di tangan Tristan. Kemudian cewek itu segera mengelap piring-piring yang bersih tersebut lalu menyusunnya pada rak piring.
Teressa menatap Tristan sekilas. "Mas mau dibuatkan teh apa nanti?" tanya cewek itu.
"Hmm... sepertinya peppermint tea untuk malam ini...," sahut Tristan. Iya, suami Teressa itu sangat menyukai artisan tea. Baik di rumah mereka atau rumah Bunda juga rumah orang tuanya selalu menyediakan berbagai macam stok artisan tea.
"Nanti akan aku buatkan menjelang tidur...," sahut Teressa. Kemudian cewek itu berdiri canggung lantaran Tristan terus menatapnya. Ia menunggu kalimat-kalimat perintah lainnya yang akan diutarakan oleh Tristan.
"Teressa...," suara Bunda berhasil mencairkan suasana canggung di antara pasangan suami-istri itu.
"Iya, Bunda?" dengan segera Teressa mendekati Bunda dan meninggalkan Tristan. Dalam hatinya ia sangat bersyukur dengan kehadiran Bunda. "Ada apa?" tanya Teressa langsung.
"Duduk lah disini... Bunda akan mengajarimu cara merajut. Setidaknya kamu harus belajar bagaimana membuat sweater bayi yang hangat untuk calon anak kalian nantinya...," ucap Bunda sembari menarik tangan Teressa dan membuat menantunya itu duduk di sampingnya. Bunda juga sudah menyerahkan dua jarum rajut kepada Teressa.
Teressa terdiam. Kedua bola mata cewek itu melirik suaminya yang ikut duduk di ruang keluarga itu. Sedangkan Tristan tampak sangat santai mendengarkan setiap penuturan Bunda. Bahkan pria itu juga menunggu tak sabar untuk melihat Teressa yang belajar merajut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girls ! [COMPLETED]
General Fiction3 wanita dipertemukan secara tak sengaja. 3 wanita dengan cerita mereka. 3 wanita dengan masalah menyangkut satu hal yang sama : CINTA. . . BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN !! . . . kehaluan lainnya dari author . Vote and Comment sangat dipersilahkan