49. Sheila

409 97 11
                                    

"Morning sunshine...," Shandy mengecup mesra pipi Sheila. Kedua lengan pria itu sudah melingkar sempurna pada pinggang cewek itu. Lalu satu tangannya bergerak masuk ke balik piyama Sheila dan mengelus lembut perut cewek itu.

"Tidur nyenyak?" tanya Sheila dengan senyum cantik menghiasi wajahnya.

"Tentu saja... tidurku selalu nyenyak beberapa hari ini," jawab Shandy. Pria itu terus memberikan kecupan di pipi Sheila. Sheila sedikit menjauhkan wajahnya dari Shandy. Cewek itu melonggarkan pelukan Shandy dari pinggangnya. Membuat sang pria menatap bingung padanya.

"Aku lagi siapin sarapan buat kamu... mending kamu duduk dulu deh jangan ganggu aku masak gini," ucap Sheila menjelaskan alasannya melepaskan diri dari pelukan Shandy.

Bukannya menuruti permintaan Sheila, Shandy justru mematikan kompor. Pria itu menarik tubuh Sheila menjauh dari kompor dan mendudukkan tubuh mungil itu pada kitchen isle. Selanjutnya pria itu duduk di kursi di depan Sheila. Kedua lengannya kembali memeluk pinggang ramping cewek itu. Lalu, Shandy mendekatkan telinganya pada perut Sheila.

"I can't wait for this baby," bisik Shandy. Ini adalah kegiatan yang sudah seminggu sering dilakukan oleh Shandy. Mendengarkan suara perut Sheila seolah yang didengarnya adalah suara jantung si bayi.

Iya, sudah seminggu berlalu sejak Sheila mengatakan perihal kehamilannya. Dan selama seminggu itu, Shandy selalu menghabiskan waktu di apartemen bersama Sheila. Pria itu sedang menikmati kebahagiaan karena saat ini, ia adalah calon ayah.

Shandy memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, karena itulah dia ingin menyaksikan setiap hal yang terjadi pada Sheila dan juga janin yang dikandung oleh cewek itu. Bahkan, sejak mendapatkan berita kehamilan tersebut, Shandy jadi rajin membaca banyak buku tentang bayi. Pokoknya, pria itu juga ikut mempersiapkan diri untuk menyambut calon anaknya itu.

Sheila mengusap puncak kepala Shandy yang masih setia menyandar di perutnya. Bisa dirasakannya Shandy yang mengecup permukaan perutnya itu.

"Kapan kamu konsul lagi?" tanya Shandy.

"Masih dua atau tiga minggu lagi,"

"Aku ingin ikut. Aku ingin mendengar suara detak jantungnya juga seperti apa wujudnya," ucap Shandy dengan senyum lebar dan kedua bola mata yang berbinar.

Sheila menangkup wajah Shandy. Ditelitinya wajah tampan pria itu. "Akhir-akhir ini kamu selalu tersenyum,"

"Tentu saja... aku sedang bahagia, sunshine... I can't describe how happy I am...,"

"I know... I know," ucap Sheila. Cewek itu mengecup bibir Shandy singkat lalu mendorong tubuh pria itu.

"Aku tahu kamu bahagia sekali, tapi sekarang aku butuh makan... baby butuh asupan," ucap Sheila sembari memanyunkan bibirnya. Bertingkah seperti anak kecil.

"Astaga! Aku melupakan hal itu. Baiklah... aku akan membuatkan segelas susu untuk mu, sunshine...," ucap Shandy yang membantu Sheila turun dari kitchen isle. Lalu pria itu menyibukkan diri membuatkan segelas susu hamil untuk Sheila.

***

Bibir Sheila melengkung membentuk sebuah senyum saat kedua bola matanya menatap sebuah toko yang menjual perlenglapan bayi. Tanpa disadarinya, kedua langkah kaki cewek itu pun berjalan secara otomatis memasuki toko tersebut.

Dengan berjalan pelan, Sheila meneliti setiap benda dalam ukuran mungil dan menggemaskan terpajang dengan rapi di dalam toko tersebut. Binar bahagia terpancar jelas dari kedua bola mata cewek itu.

Jemari Sheila meraih sepasang sepatu bayi yang terlihat sangat lucu karena ukurannya hanya separuh telapak tangan cewek itu. Ia merasakan tekstur lembut dari bahan sepatu tersebut.

Girls ! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang