86. Reina

447 94 11
                                    

Sudah lima hari Reina kembali dari Praha. Dan besok adalah keberangkatannya untuk kembali ke Indonesia demi menghadiri pernikahan Mas Remi lusa nanti. Ada banyak yang harus ia persiapkan untuk kembali ke Indonesia. Beberapa barang yang akan diperlukannya selama di Jakarta nanti, juga kesiapan hati untuk bertemu Kiano. Sudah pasti dia akan bertemu dengan Kiano saat pulang nanti. Apalagi Mas Remi sudah mengatakan kalau ia meminta Kiano untuk menjadi salah satu bestman di pernikahannya.

Cewek itu menghela napas sembari menatap kondisi kamar apartemennya yang cukup berantakan dengan banyak barang. Dia terlalu malas untuk mengepak barang yang akan dibawanya. Separuh dirinya ingin segera kembali ke Jakarta, tapi separuh lainnya berat untuk meninggalkan Verona. Ah bukan, lebih tepatnya belum siap untuk bertemu Kiano.

Ia melirik jam dinding yang sudah menunjukkan jam makan siang. Saking terlalu sibuk melamun, ia tidak sadar kalau perutnya perlu diisi makanan. Reina segera beranjak meninggalkan kamarnya yang masih berantakan. Ia memutuskan untuk mengunjungi Sheila lalu mengajak cewek itu menikmati makan siang di salah satu kedai pasta favorit mereka.

Cukup lama Reina menekan bel pintu apartemen Sheila sampai akhirnya nanny Silvia membukakan pintu untuknya.

"Sheila ada?"

"She's in her room," ucap nanny Silvia sembari mempersilahkan Reina masuk.

"What is she doing there? Sleeping?" tanya Reina.

"Hanya istirahat... but not sleeping,"

"I'll get her... aku ingin menikmati makan siang di luar,"

"She'll like it," ucap nanny Silvia.

Reina pun segera menuju kamar Sheila. Cewek itu mengetuk pelan pintu kamar yang tertutup tersebut. Ia menunggu respon dari Sheila beberapa saat. Keningnya berkerut saat tak kunjung mendapatkan respon dari Sheila.

"Sheila? It's me... are you sleeping? Let's have lunch outside," ucap Reina yang kembali mengetuk pintu kamar tersebut. Masih tak ada respon. Ia mencoba memutar knop pintu yang ternyata tidak dikunci dari dalam. Dibukanya perlahan pintu kamar tersebut, lalu ia menilik ke dalamnya.

"Sheila?" panggil Reina.

"Reina!" teriak Sheila yang suaranya berasal dari kamar mandi. Dengan segera Reina menghampiri cewek itu. Kedua bola mata Reina membulat sempurna begitu mandapati keadaan Sheila yang terduduk di atas kloset.

"My water broke," ucap Sheila memperjelas keadaan dirinya.

"Oh my God!" sahut Reina. Cewek itu dengan panik segera membantu Sheila keluar dari kamar mandi.

"Nanny Silvia, please call ambulance!" teriak Reina dengan panik.

"Aku sudah telepon. Dan mereka sedang perjalanan ke sini," ucap Sheila pelan sembari menahan perih pada perutnya.

"Dimana perlengkapan melahirkanmu?" tanya Reina.

"Di lemari,"

Dengan segera Reina langsung membuka lemari dan mengelurkan satu tas besar yang berisi perlengkapan Sheila juga calon bayi untuk dibawa ke rumah sakit. Nanny Silvia menatap panik melihat keadaan Sheila.

"Tunggu di sini, aku akan meminta bantuan," ucapan Reina yang kemudian langsung pergi meninggalkan apartemen Sheila. Cewek itu menekan bel apartemen tetangganya berulang kali.

"Hey... calm down," sapa si dokter muda yang akhirnya membukakan pintu untuk Reina.

"William... Air ketuban Sheila pecah. Kita harus segera membawa dia ke rumah sakit," ucap Reina langsung.

Girls ! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang