"Rei?"
Suara Kiano membuyarkan lamunan Reina. Mereka baru saja mengantar Teressa pulang setelah setengah hari ini menemani cewek itu pergi ke Bogor menemui seorang dokter kandungan di sana. Ya, Teressa positif hamil dan usia kandungannya memasuki minggu keempat.
"Kepikiran sama temen elo tadi yah?" tanya Kiano basa-basi memulai obrolan. Semenjak meninggalkan rumah Teressa tadi, keadaan di mobil memang sangat hening.
"Iya," jawab Reina singkat. Cewek itu memfokuskan pandangannya keluar jendela, tak berniat sedikit pun menoleh pada Kiano.
"Elo sayang banget sama Teressa sampai kepikiran gini,"
Reina mendengus pelan. Cewek itu melirik Kiano sekilas. "Gue kan emang gitu, kalau udah sayang yah sayang banget,"
Bam! Keadaan di dalam mobil menjadi benar-benar senyap begitu kalimat tersebut keluar dari bibir Reina. Memperparah kecanggungan yang ada di antara keduanya. Kiano sadar kalau cewek di sampingnya itu tengah menyindir dirinya.
"Iya, Reina selalu sayang sama banyak orang...," respon Kiano akhirnya. Cowok itu mengulurkan tangannya lalu mengelus puncak kepala Reina pelan. Membuat Reina menoleh sekilas pada cowok itu.
"Bisa berhenti di mini market depan. Ada yang mau gue beli," titah Reina.
Tanpa mengucapkan apapun, Kiano pun segera menepikan mobilnya di depan mini market yang ditunjuk oleh Reina. Cewek itu segera turun dan masuk ke dalam mini market tersebut. Kiano memperhatikan Reina yang sibuk menyusuri tiap rak yang ada di dalam supermarket tersebut. Bukan tidak ingin membututi Reina, tapi Kiano lebih memilih menunggu di dalam mobil. Sibuk merangkai kata untuk setiap penjelasan yang akan ia utarakan pada cewek itu. Hingga kemudian Reina kembali masuk ke dalam mobil.
"Udah?" tanya Kiano basa-basi. Reina hanya bergumam. Kiano pun kembali menjalankan mobilnya menuju rumah Reina yang hanya berjarak lima belas menit dari mini market tersebut.
"Elo punya korek api?" tanya Reina saat mobil Kiano sudah berhenti dengan sempurna di depan rumahnya.
"Buat apa?"
"Punya atau nggak?" tanya Reina lagi. Kiano pun langsung membuka laci dashboard lalu mengeluarkan sebuah korek api gas.
"Nih," Kiano menyerahkan korek api tersebut pada Reina. Cowok itu memperhatikan Reina yang membongkar kantong belanjaan di pangkuannya.
"Happy birthday... sorry cuma ada ini di mini market," Reina menyodorkan sepotong strawberry cream cake yang diatasnya ditancapkan tiga lilin kecil dengan api menyala. Cowok itu jelas dibuat speechless dengan kejutan sederhana tersebut.
"Ditiup lilinnya, jangan cuma dilihatin gini doang," ucap Reina mengingatkan lilin kecil yang mulai mengecil karena terbakar oleh api. Kiano segera meniup lilin tersebut hingga padam.
"Nggak make a wish dulu?" tanya Reina.
"Nggak perlu. Semua wishes gue udah terpenuhi," jawab Kiano.
"Oh... gitu...," respon Reina seadanya. Kemudian ia menyimpan kembali strawberry cream cake tersebut ke dalam kantong belanjaannya. Membuat kedua alis Kiano saling bertautan memperhatikan tingkah Reina.
"Rei, itu kan kue ulang tahun gue, kok elo simpen lagi sih?" tanya Kiano.
Kedua alis Reina saling bertautan. Cewek itu menoleh ke Kiano. "Kue ulang tahun elo? Siapa bilang? Gue beli sendiri buat gue nikmatin sendiri. Kebetulan aja gue lihat lilin kecil Makanya gue beli terus gue suruh elo yang niup. Jangan kepedean deh,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Girls ! [COMPLETED]
General Fiction3 wanita dipertemukan secara tak sengaja. 3 wanita dengan cerita mereka. 3 wanita dengan masalah menyangkut satu hal yang sama : CINTA. . . BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN !! . . . kehaluan lainnya dari author . Vote and Comment sangat dipersilahkan