Teressa menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Memantapkan hati untuk menemui suaminya yang sudah menunggu di area kedatangan domestik. Sebuah senyum ia paksa untuk tersungging menghiasi wajahnya. Sebelum menemui suaminya, ia harus memastikan bahwa keadaan dirinya terlihat cukup normal dan tidak mencurigakan.
Menemukan Tristan di tengah kerumunan orang yang menanti di area kedatangan domestik bandara bukanlah hal yang sulit. Pria itu berdiri dengan penampilan sempurna dan cukup mencolok untuk menarik perhatian setiap orang yang melewatinya. Sebuah coat berwarna coklat tersampir sempurna pada tubuhnya. Sebuah kacamata menghiasi wajah tampannya memberikan kesan maskulin pada sosok itu. Dan lagi, sebuah senyum yang otomatis tercetak di wajahnya begitu melihat sosok Teressa berjalan ke arahnya. Semakin menarik minat banyak orang untuk melihat siapa yang mampu membuat pria itu tersenyum bahagia.
Begitu jarak di antara mereka hanya tinggal satu langkah lagi, Tristan memperkecil jarak tersebut dengan merengkuh tubuh mungil Teressa ke dalam pelukannya. Pria itu juga langsung memberikan sebuah kecupan di puncak kepala Teressa. Meski awalnya cukup kaget dengan tindakan suaminya itu, tapi akhirnya Teressa melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Tristan. Membalas pelukan yang diberikan oleh suaminya itu.
Tristan lebih dulu melepaskan pelukannya. Ditatapnya secara saksama wajah sang istri. Satu tangannya bergerak menyelipkan anak rambut ke balik telinga Teressa.
"How's your holiday?" tanya Tristan.
"Fun enough," jawab Teressa.
"Ayo pulang. Aku tahu kamu pasti capek," ucap Tristan sembari menggandeng tangan Teressa dan satu tangan lainnya menarik koper milik Teressa.
"Mas?"
"Hm?"
"Boleh pulang ke rumah Bunda? Aku baru ingat kalau hari ini jadwal pulang ke rumah Bunda,"
Tristan melirik Teressa sekilas. "Apa kamu nggak capek? Kita bisa melewati hari ini dan menggantinya lain waktu,"
"It's okay... aku nggak apa-apa kok... justru aku nggak enak kalau kita melewati jadwal hari ini," jawab Teressa. "Lagi pula... aku mau kasih oleh-oleh buat Tiara langsung,"
"Oke, kita langsung ke rumah Bunda," jawab Tristan langsung menyetujui permintaan istrinya itu tanpa berpikir lebih lama lagi.
***
Tristan dan Teressa adalah dua orang yang bekerjasama melakukan sebuah sandiwara yang mampu menipu banyak orang. Sudah banyak kebohongan yang mereka lakukan bersama dalam memainkan lakon pada panggung pernikahan. Jadi, merupakan satu hal mudah bagi Tristan menyadari kalau ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh Teressa.
Hal pertama yang sangat jelas terlihat dari tingkah Teressa adalah membiarkan Tristan menggenggam tangannya saat mereka beberapa kali berhenti karena lampu merah. Teressa yang biasanya, tidak akan mau melakukan skinship jika bukan karena tuntutan sandiwara di depan orang lain.
Lalu selanjutnya, Teressa jadi sedikit lebih diam dari biasanya. Bahkan beberapa kali Tristan mendapati istrinya itu tampak melamun sebentar. Selama beberapa detik, Teressa akan fokus memikirkan sesuatu dan tidak memperhatikan sekitarnya. Seperti saat ini, Teressa kembali melamun dengan menatap keluar jendela kamar.
Tristan berjalan perlahan mendekati istrinya itu. Tanpa menimbulkan sedikit suara, ia melingkarkan kedua tangan kokohnya pada pinggang ramping Teressa. Pria itu juga mendaratkan sebuah kecupan singkat pada pipi Teressa lalu menopangkan dagunya pada pundak cewek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girls ! [COMPLETED]
General Fiction3 wanita dipertemukan secara tak sengaja. 3 wanita dengan cerita mereka. 3 wanita dengan masalah menyangkut satu hal yang sama : CINTA. . . BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN !! . . . kehaluan lainnya dari author . Vote and Comment sangat dipersilahkan