6. Sheila

723 121 10
                                    

Shandy mengecup bibir Sheila terakhir kali sebelum menemui istrinya. Kenikmatan surga dunia di Sydney itu sudah berakhir hari ini. Dan Sheila harus kembali menghadapi kenyataan yang ada. Cewek itu pun kembali menampilkan gaya profesionalnya saat kedua matanya menangkap sosok Ayunda Wicaksana. Seperti biasa Sheila menyunggingkan senyum profesionalnya saat melihat Ayunda memeluk erat tubuh suaminya itu.

"I miss you so much my husband...," ucap Ayunda melampiaskan rasa rindunya. Shandy memeluk tubuh istrinya juga mengecup puncak kepala wanita itu.

"Sekarang kan aku udah disini sayang... kamu nggak perlu kangen lagi," balas Shandy mengeluarkan kalimat manisnya.

"Oh Sheila... bagaimana Sydney? Pasti melelahkan... Shandy selalu saja menyusahkan banyak orang," ucap Ayunda. Wanita itu menatap Sheila dan Shandy bergantian. Sheila hanya menyunggingkan senyum profesionalnya. Karena sebuah senyuman adalah jawaban terbaik untuk setiap pertanyaan atau juga pernyataan yang diucapkan oleh Ayunda Wicaksana.

"Ayo kita pulang, sayang... kamu bilang merindukanku...," ucap Shandy.

"Iya... aku bakal masak makanan kesukaanmu," sahut Ayunda. "Sheila... mau pulang bareng kami?" tawar Ayunda dengan ramahnya.

Sekali lagi Sheila menyunggingkan senyumannya sembari menggeleng pelan. "Tidak usah... Sudah ada adik Sheila yang menjemput...," tolak Sheila halus.

"Ah... sayang sekali. Padahal nggak masalah kalau pulang bareng kami. Baiklah kalau gitu... Saya dan bapak pulang duluan yah...,"

"Iya... hati-hati di jalan dan selamat beristirahat," sahut Sheila dengan sopan seperti biasanya.

Shandy merangkul pinggang Ayunda dan keduanya melenggang pergi meninggalkan Sheila di depan daerah kedatangan bandara itu. Tanpa diketahui oleh Ayunda, Shandy menoleh sekilas untuk menatap Sheila yang terakhir kalinya untuk hari itu. Karena setelah tiba di rumah, Shandy akan memainkan perannya sebagai suami dari Ayunda Wicaksana.

Setelah pasangan suami-istri itu sudah tidak terlihat lagi oleh Sheila, barulah cewek itu melangkahkan kakinya menuju barisan taksi yang terparkir mengantri penumpang.

Adik? Sheila mendengus sinis. Tidak ada adik Yang menjemputnya di bandara saat ini. Sheila hidup sendirian di Jakarta. Seluruh keluarganya berdomisili di Malang. Dan selama ini cewek itu dengan keteguhan dirinya berjuang sendirian melawan kehidupan keras ibu kota.

***

"Um? Reina?" Sheila menatap tak yakin pada seorang cewek yang duduk di pojok coffee shop. Cewek mungil itu mengenakan sebuah kemeja oversized berwarna biru dengan rambut yang digulung.

"Oh? Sheila kan?"

"Sendirian?" tanya Sheila melihat ke sekeliling coffee shop. Mencari kemungkinan ada orang lain yang datang bersama cewek itu.

"Iya. Duduk sini...," ucap Reina menawarkan kursi kosong di sampingnya. Sheila pun meletakkan cangkir vanilla latte panas di meja dan duduk pada kursi kosong yang dipersilahkan Reina.

"Kita ketemu lagi ternyata... di coffee shop yang sama," komentar Sheila menyadari situasi mereka saat ini.

"Iya... sekitar seminggu yang lalu kan? Sepertinya udah takdir," sahut Reina menyetujui ucapan Sheila. "Baru pulang dari luar kota?" tanya Reina saat melihat sebuah koper kecil di samping Sheila.

"Iya. Sydney. Oh... mau coklat?" tawar Sheila. Cewek itu pun sudah sibuk mengaduk isi paperbag.

"Nggak usah," tolak Reina.

Sheila menatap cewek itu sesaat. "Ah... i see. On diet? Tentu saja... seorang model professional seperti Reina Wijaya pasti harus menjaga tubuhnya dengan baik,"

Girls ! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang