54. Teressa

674 130 26
                                    

Ada yang berubah. Dan sangat jelas terlihat. Satu hal itu tumbuh di antara mereka. Namun saat menyadarinya, justru membuat Teressa jadi takut.

"Aku bantuin," ucap Tristan tepat di telinga Teressa. Pria itu mengangkut sekotak mainan dan membawanya masuk ke dalam panti asuhan.

Iya, hari ini tidak seperti biasanya, Tristan ikut pergi bersama Teressa menemani Bunda yang melakukan bakti sosial.

Bukan hanya itu saja yang dirasa aneh dan cukup mengherankan dari suaminya tersebut. Pria itu jadi semakin sering melakukan kontak fisik dengannya. Seperti kewajiban, Tristan akan mengecup kening Teressa setiap akan berangkat kerja. Satu kebiasaan baru yang akhir-akhir ini dilakukannya. Padahal saat itu hanya ada mereka berdua dan tidak ada orang lain yang akan menyaksikan sandiwara tersebut.

Selain itu, sering kali ada kejutan yang dilakukan oleh Tristan. Kadang saat Teressa sedang pergi menemani Bunda ke salah satu acara bakti sosial, dimana pun itu, selalu saja ada orang yang mengantarkan buket bunga dan mengatakan kalau itu kiriman dari Tristan.

Bukan hanya buket bunga, ada juga penjual balon yang akan mengantarkan 11 balon helium yang terikat rapi dan siap diterbangkan ke langit kapan saja.

Bahkan, terkadang ada sekotak coklat yang Tristan letakkan di atas meja dengan secarik kertas berisi pesan singkat menempel pada bungkusnya.

Hope a box of sweetness fill your day  -T

Kejutan yang diberikan Tristan bukan dalam bentuk hal mewah. Justru hal-hal sederhana seperti itu yang mampu membuat jantung Teressa jungkir balik karena tersanjung mendapatkan setiap perlakuan manis tersebut.

Tapi, untuk sekian kalinya, sinyal di dalam kepala Teressa terus berdering nyaring memberikan satu peringatan. Semua ini hanya SANDIWARA. Dan setiap sandiwara selalu memiliki akhir. Begitu juga dengan semua kejutan manis itu. Semua ini akan berakhir saat usia pernikahan mereka menginjak tahun ketiga.

Teressa memperhatikan Tristan yang sejak tadi begitu akrab dengan anak-anak yang ada di panti asuhan itu. Pria itu menyuruh anak-anak tersebut untuk berbaris dengan tertib lalu membagikan satu per satu mainan yang mereka bawa tadi.

"Terpesona dengan suamimu sendiri, Teressa?" suara Bunda membuyarkan lamunan Teressa.

"Bunda," respon cewek itu tampak salah tingkah.

"Bukankah cukup mengejutkan melihat Tristan yang bermain dengan anak-anak itu? Setahu Bunda, pria itu sangat kaku kalau bertemu dengan orang lain diluar rumah sakit tanpa jas snelli kebanggannya itu. Tapi coba lihat dia sekarang, semakin hari rasanya dia semakin lebih manusiawi...,"

Teressa hanya tersenyum mendengarkan ucapan Bunda. Ternyata bukan hanya Teressa yang merasakan adanya perubahan dalam diri Tristan. Lagi, Teressa kembali sadar dari lamunannya saat salah satu anak panti asuhan yang berumur lima tahun datang memeluk kedua kakinya.

"Hai sayang, ada apa?" tanya Teressa langsung sembari merunduk menyamai tinggi anak itu.

"Bunda... Ayo ikut bermain dengan kami semua bersama ayah," ajak anak itu.

"Ayah?" ucap Teressa bingung.

Anak kecil itu mengangguk mantap. "Iya... ayah Tristan. Ayah menyuruhku untuk membawa Bunda bermain bersama kami,"

Begitu nama Tristan disebut, Teressa langsung mencari sosok suaminya itu. Dan tepat saja, keduanya saling bertatapan. Entah berapa detik terlewat sampai akhirnya Tristan menyunggingkan sebuah senyum dan tatapan matanya mengisyaratkan Teressa untuk segera menghampiri dirinya.

"Ayo Bunda," ajak anak kecil itu yang sudah menarik tangan Teressa dan memaksanya berjalan. Dengan langkah gamang, Teressa berjalan mendekati suaminya.

Girls ! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang