Jaga hati, mata, mulut juga jari kalian ~~~
*************************************************Ketika sunyi terus meneriakkan rindu, namun 'gengsi' masih memenjarakan masing-masing diantara mereka. Yang satu terlalu takut untuk mengutarakan, sedang yang lain terlalu pengecut untuk mengakui. Lalu, sampai kapan mereka akan membiarkan diri dipecundangi oleh 'gengsi'?
***
Mungkin selama 26 tahun Reina hidup, ulang tahunnya yang ke-26 ini jadi yang paling suram dalam hidupnya.
Pertama, ulang tahun kali ini jauh dari mama dan papa. Lalu, saat di malam pergantian hari, mas Remi harus pergi ke Singapore karena ada tugas dinas ke sana. Memaksa Reina hanya mendapati doa dari mas Remi dan kecupan di kedua pipinya. Yang ketiga, di hari ulang tahunnya, Sheila memberikan kabar kalau dia akan pindah ke Verona lebih cepat dari rencana awal. Meski Sheila dan Teressa memberikan kejutan kecil, tapi tetap saja Reina merasa sedih dengan kabar kepindahan Sheila yang dipercepat. Dan terakhir, tentu saja perihal Kiano. Ini adalah ulang tahun pertamanya tanpa cowok itu semenjak mereka bersahabat.
Tak ada ucapan selamat. Apalagi kejutan ulang tahun seperti biasanya. Tak ada candle light dinner sambil berbagi harapan masing-masing lalu memanjatkan doa bersama. Tak ada ritual menonton film dokumenter SMA dan kuliah yang dulu mereka buat untuk kenang-kenangan masa remaja keduanya. Yang ada hanyalah, memaksakan diri untuk tersenyum juga terlihat bahagia di hari ulang tahun.
***
Begitu juga dengan Kiano. Ulang tahunnya yang ke-26 ini juga jadi yang paling suram dalam hidupnya.
Biasanya, mereka akan pergi ke suatu kota, baik di Indonesia atau di luar negeri. Lalu menikmati candle light dinner sembari melakukan ritual makan kue ulang tahun. Mendengarkan berbagai macam harapan Reina juga doa yang dipanjatkan oleh cewek itu. Menonton bersama film dokumenter yang dulu iseng mereka buat untuk kenang-kenangan. Saling mengejek satu sama lain selama film tersebut diputar. Ah, Kiano rindu sekali rasanya.
Pengecut. Kiano si Casanova, tidak memiliki keberanian sedikit pun untuk mengakui satu rasa yang terus meneriakkan nama Reina.
Cowok itu sudah berubah menjadi seorang pecundang. Yang kini lebih mensyukuri hal-hal kecil dan remeh tiap kali melihat sang gadis dari jauh, mendengar suaranya, meskipun jauh dan samar, bagi Kiano itu sudah cukup dan sangat membahagiakan untuknya.
***
Ada satu tempat yang kadang kala kosong. Tempat Kiano mengadu saat hatinya tidak lagi mau diam. Satu tempat di mana dia bisa berharap dapat menyampaikan rindunya untuk Reina.
Sebuah gedung tinggi bekas lapangan parkir yang menjadi tempat favorit mereka untuk menikmati senja di tengah kebisingan Jakarta. Menyaksikan bersama detik-detik mata dewa yang kembali pulang ke peraduannya.
***
Takdir terlalu kejam karena terus mengatur mereka untuk tidak saling bertemu. Selalu berselisih waktu. Tapi kadang kala, takdir juga suka bercanda hingga memutuskan untuk mempertemukan mereka secara tak terduga.
***
Sore itu, setelah pulang kerja, Kiano memutuskan untuk menikmati senja di tempat favorit mereka. Memperhatikan lalu lintas di bawah sana dalam keadaan diam. Membiarkan suara bising kemacetan Ibu kota yang menemani kesendiriannya sore itu.
Sedangkan jemarinya sibuk memainkan kamera. Bukan untuk mengabadikan momen, tapi melihat kembali banyak momen yang sudah diabadikan dalam kamera tersebut. Salah satunya adalah potrait Reina.
Kiano menghela napas pelan. Pandangannya beralih menatap langit sore. Lalu kedua bola matanya bergerak menatap ke ke sembarang arah. Meski tidak mau mengakui namun hatinya jelas tahu apa yang sedang ia harapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girls ! [COMPLETED]
General Fiction3 wanita dipertemukan secara tak sengaja. 3 wanita dengan cerita mereka. 3 wanita dengan masalah menyangkut satu hal yang sama : CINTA. . . BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN !! . . . kehaluan lainnya dari author . Vote and Comment sangat dipersilahkan