Reina demam. Tidak mengherankan kalau cewek itu dilanda demam saat ini mengingat bagaimana padatnya kegiatan yang dijalani oleh Reina. Baru pulang dari Hongkong langsung melanjutkan liburan ke Malang. Benar-benar liburan dengan mendatangi banyak tempat wisata yang cukup menguras tenaga.
Lalu masalah hati juga Kiano. Setelah seharian menangisi rindunya untuk Kiano, rasa lelah pun mulai menyerang tubuh cewek itu. Dan sialnya, secara bersamaan menstruasi mendatangi dirinya saat ini juga. Lengkap sudah rasanya penderitaan yang harus dirasakan oleh Reina hari itu.
Ia harus berterima kasih nanti kepada Bundanya Sheila, Sheila juga Teressa yang dengan baik hatinya merawat cewek itu. Bahkan Teressa rutin mengganti kain basah untuk mengompres keningnya. Cewek itu juga dengan telaten memaksa Reina untuk makan bubur juga minum obat.
Entah sudah jam berapa yang jelas Reina yakin kalau hari sudah menjelang sore. Tangan Reina bergerak pelan mengangkat kain kompres dari keningnya. Perlahan, ia memaksakan tubuhnya untuk bangun dan duduk bersandar di tempat tidur.
Reina menghela napas panjang yang masih terasa berat. Ia meraih ponselnya. Ada 5 missed calls dari sang Mama. Dengan segera ia langsung menghubungi Mama karena tak ingin membuat beliau khawatir.
"Reina?" suara Mama terdengar lembut dan sangat menenangkan. "Kok dari tadi mama coba telepon nggak dijawab sayang. Kenapa?"
"Reina tidur seharian ini. Makanya nggak jawab telepon mama,"
"Loh kenapa nggak jalan-jalan sayang? Katanya mau jalan ke Surabaya,"
"Reina mendadak demam. Tapi udah sembuh kok. Di kasih obat sama bunda-nya Sheila,"
"Ya ampun Reina... pasti kecapekan itu... rencana pulang ke Jakarta kapan sayang?"
"Rencana sih lusa,"
"Yaudah, nanti kalau kamu udah di Jakarta, mama pulang juga nengokin kamu," ucap Mama.
"Atau... kamu mau ke Semarang aja sayang? Istirahat di sini... biar mama bisa urusin kamu. Gimana?" usul Mama. Reina terdiam menimang usul dari Mama. Sudah lama juga dia tidak bermanja pada sang ibu. Dan ini merupakan alasan yang bagus untuk Reina gunakan menghindari Kiano.
"Iya. Reina aja yang ke Semarang. Dari sini Reina langsung terbang ke Semarang,"
"Yaudah kalau gitu. Kabarin Mama penerbangan kamu kapan biar mama sama papa jemput ke bandara. Kamu istirahat dulu yah di sana sayang... cepet sembuh bungsunya mama,"
"Iya. Reina sayang mama sama papa," ucap Reina terakhir kalinya sebelum memutus panggilan tersebut.
Pandangan Reina beralih menatap ke sekeliling kamar. Ah, kabur lagi. Lagi-lagi kabur menjadi pilihan yang selalu dipilih oleh Reina. Menghindari masalah daripada menyelesaikannya.
Suara ponselnya yang berdering menarik perhatian Reina. Mas Remi is calling. Dengan segera Reina menekan tombol hijau.
"Halo sayang...," suara riang mas Remi menyambut Reina begitu panggilan tersambung.
"Mama bilang kamu demam. Kenapa sayang? Kecapekan yah? Ulululu... bayik gedenya mas Remi...," ucap Remi dengan suara yang dibuat-buat agar terdengar imut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girls ! [COMPLETED]
General Fiction3 wanita dipertemukan secara tak sengaja. 3 wanita dengan cerita mereka. 3 wanita dengan masalah menyangkut satu hal yang sama : CINTA. . . BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN !! . . . kehaluan lainnya dari author . Vote and Comment sangat dipersilahkan