93. Teressa

981 114 16
                                    

Teressa menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Memastikan berulang kali, kalau ia bisa melakukan hal tersebut. Setelah sepuluh menit hanya berdiam di dalam mobil, cewek itu akhirnya memutuskan untuk segera turun dan menemui Bunda. Dengan ragu, Teressa menekan bel rumah tersebut.

"Mbak Teressa...," sapa mbok Susi yang membukakan pintu rumah tersebut.

"Halo mbok... apa kabar?" Teressa menyapa balik sembari memeluk sebentar mbok Susi.

"Baik mbak... kok nggak ngabarin kalau mau ke sini,"

"Iya... memang dadakan... bunda ada, mbok?"

"Ada. Di dalam kamar, lagi nonton TV kayaknya. Ayo masuk mbak...," ucap mbok Susi mempersilahkan cewek itu masuk ke dalam rumah.

Dengan langkah ragu, Teressa berjalan menuju ruang keluarga mengikuti mbok Susi. Meski sudah terlalu sering datang ke rumah itu, tapi untuk kali ini Teressa menjadi sangat canggung seolah ini adalah kali pertamanya ia menginjakkan kaki di kediaman keluarga Haryadi.

"Duduk dulu, mbak... biar mbok panggil Bunda Sekalian buat minum untuk mbak Teressa,"

"Nggak usah repot-repot, mbok...," ucap Teressa.

"Nggak repot kok... sebentar yah, mbak Teressa... mbok panggil Bunda dulu," sahut mbok Susi.

"Oh Iya, mbok... ini buat Bunda...," ucap Teressa menghentikan langkah mbok Susi sebelum berlalu pergi. Cewek itu menyerahkan sekeranjang buah-buahan pada pengantin rumah tangga tersebut.

"Waduh... kok malah mbak Teressa yang repot gini,"

"Nggak repot kok, mbok...,"

"Makasih loh mbak Teressa... mbok taruh ini dulu yah, terus mbok panggil Bunda," sahut mbok Susi yang langsung berlalu meninggalkan Teressa.

Sepeninggal mbok Susi, Teressa mengarahkan perhatian pada sekelilingnya. Mengamati ruang keluarga yang masih terlihat sama seperti tiga bulan yang lalu. Jemari cewek itu memainkan sisi dress sekedar untuk meredakan gelisah yang menyelimuti dirinya.

"Teressa...," suara lembut Bunda seketika menarik perhatian Teressa. Sontak, cewek itu segera Bangkok dari duduknya dan menghampiri Bunda. Refleks, Teressa merengkuh erat tubuh Bunda.

Mendapati reaksi Teressa, Bunda pun membalas pelukan mantan menantunya itu. Dielusnya dengan sayang punggung Teressa.

"Kangen yah sama Bunda?" tanya Bunda begitu Teressa melepaskan pelukannya.

"Teressa nggak akan bisa bohong buat hal ini," jawab Teressa.

"Bunda juga kangen sama kamu," sahut Bunda sembari mengelus wajah Teressa. Merasakan pipi tirus pertanda Teressa kehilangan bobot tubuhnya.

"Ayo duduk...," ajak Bunda sembari menarik tubuh Teressa untuk duduk di sofa.

"Jadi... kamu ke sini karena apa? Cari Tristan?"

"Nggak, Bunda!" sahut Teressa langsung. Cewek itu menggelengkan kepalanya dengan cepat. Melihat reaksi spontan Teressa, sontak Bunda tertawa geli.

"Katanya Bunda sakit... Makanya Teressa nengok ke sini," tutur Teressa mengutarakan alasannya berkunjung.

"Cuma kecapekan... biasa lah, terlalu semangat ikut banyak kegiatan," sahut Bunda santai.

Teressa tersenyum tipis. Cewek itu jelas tahu dengan kebiasaan Bunda. Ia masih ingat seberapa banyak kegiatan sosial yang rutin dihadiri oleh Bunda.

"Maaf, Bunda... baru bisa nengokin sekarang," tutur Teressa pelan.

"Nggak apa-apa, kok... Yang penting kan sekarang kamu nengokin, Bunda...," Bunda mengelus lengan Teressa.

Girls ! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang