68. Reina

511 123 17
                                    

"Mbak, ada tamu," suara mbok Mirna mengusik perhatian Reina.

"Siapa?"

"Temennya mbak Reina,"

"Iya tahu. Tapi siapa?" tanya Reina 'gemas' dengan tingkah mbok Mirna.

"Dia nggak mau bilang. Mbak Reina disuruh lihat sendiri,"

"Dih! Kok aneh banget?! Bertamu ke rumah orang kok sok misterius gini. Usir aja! Suruh pulang. Aku nggak mau ketemu orang yang nggak jelas," sahut Reina sewot.

"Tapi... tapi...,"

"Tapi apa, mbok?" tanya Reina langsung melihat gelagat mencurigakan mbok Mirna. "Mbok kenapa sih?"

"Mas Kiano," jujur mbok Mirna akhirnya.

"Hah? Maksud mbok?"

Belum sempat mbok Mirna menjelaskan kepada Reina, satu suara berhasil membuat Reina bungkam.

"Hai, Rei...," Kiano berdiri tak jauh dari mereka.

"Ini tamunya mbak Reina," ucap mbok Mirna menjelaskan. Tanpa mengucapkan apapun, mbok Mirna segera pamit dari hadapan Reina dan Kiano. Meninggalkan keduanya dalam keadaan canggung.

"Gue tahu, nggak seharusnya gue ke sini tanpa bilang dulu ke elo. Tapi gue butuh ngomong sama elo. Ada banyak hal yang mau gue omongin. Ada banyak hal yang harus diperjelas di antara kita,"

"Kalau elo masih mau tanya apa gue serius soal yang gue omongin waktu itu, jawaban gue masih sama," ucap Reina. Cewek itu tak berniat menghampiri Kiano sedikit pun atau memberikan izin pada cowok itu untuk mendekatinya. Membiarkan jarak tercipta di antara mereka.

"Rei... gue nggak tahu harus kayak gimana. I can't let you go like this," lirih Kiano.

"And you cannot always hold me like this," sahut Reina dengan suara lirih.

"Gue nggak bisa kehilangan elo, Rei...,"

Reina meneguk ludahnya. Nggak! Cewek itu harus tetap teguh pada pendiriannya. Melepaskan Kiano juga memutus persahabatan di antara mereka.

"Gue juga nggak bisa," ucap Reina. Cewek itu menjeda kalimatnya sesaat. Dihembuskannya napas pelan.

"Udah nggak bisa ketemu elo lagi kayak ini. Gue nggak mau sepuluh atau dua puluh tahun nanti, tiap gue ketemu elo, gue ngerasain sakit sendiri terus kayak gini! Gue nggak bisa," tutur Reina.

"Tapi, Rei... gue...,"

"Stop! Berhenti! Jangan hapus jarak yang ada," titah Reina menghentikan Kiano yang melangkah mendekati dirinya.

"Rei... Please... ," pinta Kiano memohon.

"Mbak Reina... maaf ganggu," suara mbok Mirna mengiterupsi. "Ada temennya lagi. Teressa namanya,"

Tepat saat itu terlihat sosok Teressa yang berdiri di belakang mbok Mirna. Cewek itu menatap bingung pada Reina dan Kiano bergantian.

"Apa aku mengganggu?" tanya Teressa tak enak hati. Karena ia bisa merasakn suasana canggung di antara dua orang tersebut.

"No, it's okay. Kiano udah mau pulang kok," ucap Reina sembari menatap Kiano, secara tak langsung mengusir Kiano melalui tatapannya. Kiano berdecak pelan. Meski tak suka dengan pengusiran tersebut, tapi cowok itu tetap berlalu dari hadapan Reina.

"Kamu beneran yakin kalau aku nggak mengganggu kalian?" tanya Teressa langsung begitu Kiano sudah pergi.

Reina hanya tersenyum tipis. "Kehadiran kamu malah nyelamatin aku buat nggak berdebat sama dia,"

Girls ! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang