23. Teressa

734 123 16
                                    

Teressa tersentak saat melihat mobil Tristan yang sudah terparkir sempurna di carport. Cewek itu melirik sekilas jam tangannya. Suaminya jelas pulang lebih cepat dari jadwal seharusnya.

"Suaminya udah pulang kok kamu malah belum...," ucap Mama yang menyambut Teressa di teras rumah.

"Keasikan makan es kirim sama Haidar," bohong Teressa. Karena sudah jelas kalau Tristan pulang lebih cepat.

"Untung ada Talita jadi ada temen ngobrol kan...," ucap Mama mengikuti Teressa masuk ke dalam rumah.

"Uncle Tristan...," teriak Haidar langsung berlari mendekati Tristan.

"Halo Haidar...," sapa Tristan mengangkat tubuh bocah itu dan mendudukkannya di paha. Keduanya melakukan fist-bump.

"Salim dong... kok cuma tos aja," ucap Talita pada anaknya. Haidar tertawa lucu. Lalu dengan cepat ia menarik tangan Tristan dan mencium punggung tangan Om-nya itu.

"Darimana? Kok Uncle pulang nggak ada di rumah?" tanya Tristan. Satu tangan cowok itu mengelus puncak kepala Haidar.

"Makan es krim sama Mamisa...," jawab Haidar dengan riang. Jari telunjuk bocah itu menunjuk pada Teressa yang berdiri tak jauh dari mereka. Hal tersebut pun membuat Tristan menoleh mencari istrinya.

"Kok udah pulang mas?" tanya Teressa basa-basi. Cewek itu mendekati suaminya lalu mencium punggung tangan kanan Tristan.

"Kebetulan udah nggak ada jadwal operasi lagi... Makanya mas izin pulang cepet tadi," jawab Tristan dengan senyum manis yang tercetak di wajah tampannya.

"Aku buatin teh dulu yah...," ucap Teressa segera berjalan menuju dapur. Dengan cekatan, Teressa menyeduh teh untuk suaminya. Sesekali ia melirik ke arah ruang keluarga, memperhatikan Tristan yang sedang bercanda dengan Haidar. Senyum lebar tak pernah pudar dari wajah suaminya itu. Bahkan sesekali juga terdengar suara tawa ringan dari Tristan.

"Jangan ngelamun...," tegur Mama yang mendapati Teressa melamun. "Suka sekali melamun kamu ini...,"

Teressa hanya diam tak merespon. Cewek itu berniat mengantarkan teh tersebut, namun Mama menahan lengannya. Teressa memberikan tatapan bertanya pada Mama. "Tristan... terlihat senang sekali bercanda dengan Haidar... pasti akan jauh lebih senang kalau bercanda dengan anaknya sendiri. Iya kan?"

"Ma...," Teressa menjeda kalimatnya. Bukan karena Haidar suaminya itu tampak senang. Cewek itu menyunggingkan sebuah senyum tipis. "Doakan saja kami mendapatkan kepercayaan untuk cepat memiliki momongan...,"

"Iya... mama selalu mendoakan untuk Teressa juga untuk Talita...,"

"Dek," panggil Talita yang muncul di dapur. "Capek nggak? Bantuin mbak masak makan malam yuk?"

"Nggak sih... tapi kayaknya mbak deh yang harus istirahat. Aku aja yang masak sama mbok Narti nanti...,"

"Eh... nggak... kalau cuma masak doang mah mbak masih kuat kali dek...," sahut Talita. "Lagian... kangen kali mbak masak bareng kamu... udah tiga bulan kan kita nggak ketemu. Iya nggak sih?"

"Yaudah... Teressa anter teh ini buat mas Tristan dulu yah...," ucap Teressa kemudian berlalu dari dapur menuju ruang keluarga. Setibanya, Teressa segera meletakkan secangkir teh untuk Tristan. Tristan memperhatikan istrinya dengan saksama.

"Kalau mas butuh apa-apa, aku di dapur bantuin mama sama mbak Talita masak makan malam...," ucap Teressa. Cewek itu hendak kembali ke dapur namun tangan Tristan menahannya. Teressa memberikan pandangan bertanya untuk suaminya itu. Entah berapa menit terlewat, Tristan tak mengucapkan apapun dan hingga kemudian melepaskan tangannya dari lengan Teressa. Menbiarkan istrinya pergi ke dapur dengan penuh tanya.

Girls ! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang