79. Sheila

299 79 14
                                    

Jaga hati, mata, mulut juga jari kalian ~~~
*************************************************

Kedua mata Sheila masih terpejam, namun bibir cewek itu menyunggingkan sebuah senyuman saat bau parfum maskulin yang sangat khas itu menusuk indera penciumannya. Kemudian ia bisa merasakan sebuah kecupan di kening diiringi usapan pada puncak kepalanya.

"Good day, sunshine...," sapa suara baritone yang sudah sangat dirindukannya itu. Sheila membuka kelopak matanya yang langsung disambut dengan wajah tampan Shandy.

"I miss you...," ucap Sheila langsung.

"I know," Shandy kembali mendaratkan sebuah kecupan di kening cewek itu.

"Baru datang?"

"Sekitar sepuluh menit yang lalu," Shandy membantu Sheila mengubah posisinya menjadi duduk. Dielusnya kedua pipi mulus cewek itu. Mengamati dengan saksama wajah polosnya yang cantik. Ditariknya wajah itu mendekat hingga tak ada jarak yang tersisa saat bibir Shandy mengecup bibir pink Sheila. Sebuah kecupan yang lembut dan lama, sebuah kecupan penyalur rasa rindu.

Shandy melepaskan kecupannya. Disapunya ujung bibir Sheila dengan jarinya. Pria itu menatap Sheila dengan mesra. Sekali lagi, Shandy mengecup kening cewek itu. Kemudian ia mengelus perut buncit Sheila juga mengecup perut buncit itu.

"Hai jagoannya Papa...," ucap Shandy pada perut Sheila.

"Dia dari kemarin gerak terus... kayaknya udah nggak sabar nungguin kamu," ucap Sheila memberitahu keadaan calon bayi di dalam perutnya yang terus membuat gerakan, seperti meninju juga menendang.

"Oh ya? Coba sekarang gerak kalau beneran kangen sama Papa," titah Shandy. Ia meletakkan kedua tangannya pada permukaan perut itu. Menanti dengan sabar pergerakan dari calon bayi dalam perut Sheila.

"Kerasa nggak? Dia barusan gerak nih," sahut Sheila yang baru saja merasakan sebuah gerakan menendang dari dalam perutnya.

Shandy tertawa pelan. Rasa haru sekaligus gemas menghampiri pria itu. Ia bergerak naik ke atas tempat tidur, berbaring di samping Sheila. Kedua lengannya menarik tubuh Sheila dan membiarkan kepala cewek itu berbantal pada lengannya. Shandy mengecup puncak kepala Sheila dengan kedua tangannya yang memeluk penuh sayang cewek itu. Sesekali satu tangan Shandy mengelus perut Sheila.

"The baby is growing healthily... kapan cek ke dokter lagi?"

"Lusa,"

"What should we do for today? Ah... bukankah dokter menyuruhmu untuk banyak bergerak? How about having a picnic? Kamu bisa menikmati udara segar sembari berjalan di sekitar taman kota. Oh... aku akan meminta nanny Silvia untuk menyiapkan sandwich...,"

"Shandy...," panggil Sheila pelan.

"Yes, sunshine?"

"Can we stay like this for a while? I'm still missing you... we can have picnic later or tomorrow...," pinta Sheila. Cewek itu menatap Shandy dengan sorot mata memohon.

"I see... apa kamu nggak bosan terus-terusan istirahat di dalam rumah?"

"Apa nanny Silvia mengatakan kalau yang aku lakukan hanya tidur saja? Padahal nanny Silvia yang selalu menyuruhku untuk beristirahat sampai aku bosan... tapi untuk saat ini sebuah pengecualian, aku mau malas-malasan seperti ini karena ada kamu," tutur Sheila.

Shandy mengecup wajah Sheila berkali-kali. Mulai dari kening cewek itu, kelopak mata, pipi, hidung, dagu dan terakhir bibir. Pria itu merasa gemas mendengar protes yang diutarakan Sheila.

Girls ! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang