64. Sheila

445 88 16
                                    

Jaga hati, mata, mulut juga jari kalian ~~~
*************************************************

Konsekuensi, akibat dari suatu perbuatan. Bisa berdampak baik, juga buruk. Begitu juga dalam perihal jatuh hati. Kamu tidak bisa memilih. Tapi kamu tahu konsekuensi yang ada, bahagia atau kecewa. Sialnya, kamu sudah terlalu jauh terjatuh dalam lubang itu, sehingga kecewa pun menjadi hambar tak berasa.

***

"Minggu depan, kamu berangkat ke Verona," satu kalimat perintah itu sukses membuat Sheila bungkam. Terlalu mengejutkan dan tiba-tiba.

"Kenapa? Bukankah masih tiga minggu lagi?" tanya Sheila, bingung.

"Semua urusan pindah ini, ternyata selesai lebih cepat dari perkiraan," Shandy berjalan mendekati Sheila lalu memeluk tubuh cewek itu.

"Apa... nggak bisa berangkat sesuai rencana awal?" tanya Sheila ragu.

Shandy menggeleng pelan. "Lebih cepat kamu pindah ke Verona, maka akan lebih baik perawatan untuk kamu dan calon anak kita disana,"

Pria itu memperhatikan perubahan mimik wajah Sheila. Dibaliknya tubuh Sheila hingga menghadap padanya. Direngkuhnya wajah cantik cewek itu.

"Kamu keberatan?" tanya Shandy memastikan.

Sheila menghela napas pelan. "Aku nggak punya pilihan untuk menolak, kan?"

Shandy mengecup kening cewek itu lama, lalu beralih mengecup kedua pipi Sheila dan berakhir mengecup bibir cewek itu sekilas namun mesra.

"Kamu masih punya waktu satu minggu untuk menghabiskan waktu bersama kedua sahabat kamu. Dan... Sheila, it's more about the baby...,"

Sheila tahu. Semua tindakan yang dilakukan oleh Shandy hanya untuk bayi dalam kandungannya saat ini. Cewek itu melingkarkan lengannya memeluk tubuh Shandy. Menikmati kehangatan dari tubuh pria itu juga menghirup bau khas white oak bercampur musk. Berharap mampu meredakan sedikit sesak di batinnya. Untuk sesaat, meski semu, biarkan ia menikmati sedikit cinta yang ada.

***

Dari awal, mereka sadar kalau tidak seharusnya mereka bermain dengan api, karena nantinya api itu bisa membakar dan menghancurkan banyak hal, seperti kata pepatah. Tapi lagi, kita tidak bisa memilih kepada siapa menjatuhkan hati kita. Karena perasaan itu tidak kenal waktu juga situasi yang ada. Dengan gilanya, mereka bermain api atas nama cinta.

Sheila Anindya. Lulusan terbaik salah satu universitas negeri di Malang dengan Indeks Prestasi Kumulatif mendekati angka nyaris sempurna, 3,96. Menjadikan cewek itu target dari banyak kantor akuntan publik ternama di Indonesia. Sebut saja, EY menjadi tempat pertama Sheila menginjakan kaki di dunia kerja. Empat tahun berada di bawah naungan EY, memberikan Sheila banyak pengalaman hingga mengantarkan cewek itu menjadi seorang Senior Konsultan pada salah satu perusahaan yang bekerja sama dengan EY, Wicaksana Holdings.

Tidak pernah sedikit pun terlintas dalam benak Sheila untuk mengenal lebih dekat seorang Shandy Wicaksana, eksekutif muda yang berada pada puncak tertinggi kariernya. Dari sekian banyak konsultan yang pernah bekerja untuk Wicaksana Holdings, baru kali ini Shandy merasa adanya kecocokan dengan konsultan kantornya. Cara pandang Sheila yang tajam dan dirasa membawa angin segar dalam menganalisa permasalahan yang ada juga memberikan solusi tak terduga, membuat Shandy merasa kagum pada cewek itu.

Selalu ada alasan yang diutarakan Shandy hanya untuk mendengarkan setiap ide yang terlintas di otak cewek itu, termasuk juga bertemu lalu membahaskan pekerjaan diluar kantor. Hingga tanpa mereka sadari, ada batas yang seharusnya tidak mereka lewati.

Girls ! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang