63. Teressa

601 126 14
                                    

"SIALAN!"

Tristan menyugar rambutnya kasar. Pria itu sebisa mungkin mengatur napasnya yang memburu karena tersulut emosi. Bagaimana bisa Barra dengan mudahnya mengintip ke dalam rencana yang selama ini sudah disusunnya dengan sangat tapi?! Kenapa pula Tristan dengan bodohnya membiarkan celah itu terbuka hingga memberi kesempatan bagi Barra untuk menyadari keadaan sebenarnya?!

"SIALAN!" rutuk Tristan untuk kesekian kalinya. Pria itu menarik napas panjang lalu menghembuskannya kasar. Dengan segera ia keluar dari mobil lalu masuk ke dalam rumah Bunda karena seharian ini Teressa ada di sana.

"Mas?" suara Teressa menyambut Tristan yang baru tiba di ruang tengah. Cewek itu segera menghampiri Tristan lalu mencium punggung tangan suaminya. Pria itu merengkuh wajah Teressa lalu mengecup kening cewek itu.

"Mas?" Teressa bingung ketika suaminya itu memeluk tubuhnya erat. Tristan juga menopangkan kepalanya pada pundak Teressa.

"Apa ada?" tanya Teressa bingung. Pria itu mengendus bau tubuh istrinya. Menghirup wangi blackberry bercampur bunga bergamot dan cashmere.

"Lima menit," lirih Tristan pelan.

"Hah?" Teressa semakin bingung dengan tingkah suaminya itu.

"Bertahanlah seperti ini, hanya untuk lima menit saja," pinta Tristan yang semakin mengeratkan pelukannya. Teressa hanya diam tak tahu harus merespon seperti apa.

"Teressa...," panggil Tristan. "Aku ingin dipeluk,"

Napas Teressa tercekat. Tristan menghela napas berat. "Hhh... lupakan,"

Tristan mengedurkan pelukannya. Namun mengurungkan niatnya begitu merasakan Teressa melingkarkan kedua tangan pada pinggangnya. Perlahan, Teressa menepuk punggung suaminya pelan. Entah untuk alasan apapun pelukan itu, semoga saja sebuah pelukan bisa meringankan sedikit beban yang menyesakki batin.

"Eerrgghh... polusi mata banget sih!" protes Tiara yang baru memasuki rumah dan langsung disuguhi pemandangan suami-istri yang saling berpelukan seperti Teletubbies. Sontak, Teressa dan Tristan saling menjauhkan diri.

"Iri aja, jomblo," respon Tristan seperti biasa meledek adiknya.

"Get a room, bro...," sahut Tiara. Cewek itu mendorong tubuh kakaknya saat melewati Tristan lalu melenggang pergi ke kamar.

"I want a niece first," teriak Tiara sebelum dia benar-benar menghilang ke dalam kamarnya.

Tristan dan Teressa saling lirik dengan canggung. "Mau aku buatkan sesuatu? Mas terlihat sangat lelah tidak seperti biasanya," tawar Teressa mencairkan kecanggungan di antara mereka.

Tristan menggelengkan kepalanya pelan. "Aku hanya perlu istirahat... mungkin tidur sebentar,"

"Oh oke...," Teressa memperhatikan suaminya yang berlalu menuju kamar. Jelas ada yang aneh pada Tristan. Dan itu membuat Teressa cukup khawatir.

***

Setengah jam kemudian, Tristan sama sekali tidak keluar dari kamar dan Teressa memutuskan untuk mengecek keadaan suaminya. Dan benar saja, begitu Teressa masuk ke kamar, suaminya itu tengah tetidur dengan selimut menutupi hingga leher. Perlahan, cewek itu mendekati suaminya. Tangannya terulur mengecek suhu tubuh Tristan begitu melihat wajah pucat suaminya.

"Hangat," ucap Teressa saat merasakan tubuh suaminya yang sedikit lebih hangat.

"Teressa?" panggail Tristan dengan suara serak. Kelopak mata pria itu mengerjap mencari fokus.

"Mas, pusing? Badannya agak hangat,"

Tristan menggelengkan kepalanya pelan. "Rasanya lelah sekali,"

Girls ! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang