36. Reina

535 117 11
                                    

Sheila menarik lengan Reina lalu membawa cewek itu sedikit menjauh. Cewek seksi itu menatap Reina dengan saksama. Pandangannya jelas menyorotkan permintaan atas sebuah penjelasan tentang kehadiran sosok Barra dari Reina.

"Aku hanya menyarankan Teressa untuk memperjelas keadaan yang ada...," ucap Reina memahami maksud dari tatapan Sheila.

"And... that's mean, he will...,"

"Yaps... you're right," sahut Reina sebelum Sheila menyelesaikan kalimatnya.

"Aku nggak ikut-ikut...," Sheila mengangkat kedua tangannya.

"Kamu pasti paham kan? Dua orang yang pernah punya cerita, lalu cerita itu menggantung di masa lalu dan berniat memberikan ending pada cerita itu, maka mereka akan memberikan perubahan secara total pada keadaan yang ada saat ini,"

"Entah itu akan memperjelas keadaan saat ini atau justru semakin memperkeruh keadaan yang ada," Sheila menatap Reina lama. Menunggu respon dari cewek itu.

Reina menggaruk lengannya yang tak terasa gatal sama sekali. Ia memikirkan kembali ucapan Sheila.

"Nggak. Teressa nggak akan kayak gitu. Cerita mereka hanya butuh ending untuk memperjelas keadaan yang ada. They will not ruin anything...," sahut Reina yakin dengan asumsinya sendiri.

"I hope so...," timpal Sheila akhirnya. Kedua cewek itu melirik pada sosok Barra yang sedang mengobrol bersama Teressa. Iya, cowok itu menyusul mereka ke Museum Angkut.

"Let's just pretend we don't know anything," ucap Sheila.

"Kita emang nggak tahu apa-apa, Sheila... kita hanya membuat asumsi dari apa yang kita lihat. Teressa belum menceritakan semuanya,"

"Okay... you're right. Anggap aja, kehadiran Barra saat ini murni sebuah ketidak-sengajaan seperti semalam," ucap Sheila lagi. Kedua cewek itu kemudian menyusul Teressa dan Barra yang berjalan semakin menjauh di depan mereka.

***

"Jadi... nanti malam kalian akan berangkat menuju Bromo untuk menikmati sunrise besok?" tanya Barra.

"Rencananya sih gitu... Teressa yang mengusulkan ide untuk hunting sunrise," jawab Reina.

"Oh ya?" Barra menatap Teressa yang berjalan di sebelahnya. "So, you still love hunting sunrise and sunset, do you?"

"The phenomenon always gives comfort to me," respon Teressa. Barra tersenyum tipis mendengar jawaban cewek di sampingnya itu. Merasa tersanjung saat mengetahui kalau Teressa masih memiliki hobi yang sama seperti beberapa tahun yang lalu.

"Can I join again? Pergi ke Bromo... aku bisa jadi back-up driver nya Yossi...," tanya Barra. Pria itu menatap Sheila dan Reina bergantian. Membuat Reina dan Sheila saling lirik tidak tahu harus menjawab apa. Kemudian kedua cewek itu melirik Teressa.

"Uummm... as long as Teressa okay with it," jawab Sheila.

"Would you mind, Teressa?"

"Shouldn't you go back to Jakarta soon?"

"I prefer to stay here for awhile,"

"Aku nggak pernah bisa larang kemauan kamu, kan?" ucap Teressa sembari menatap Barra.

Lagi. Untuk kesekian kalinya, Reina dan Sheila hanya bisa saling lirik mendengarkan percakapan Teressa dan Barra di depan mereka tersebut. Detik itu juga, Reina dan Sheila hanya bisa berdoa dan berharap kalau setelah ini semuanya akan baik-baik saja.

Girls ! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang