Teressa menatap pantulan dirinya di cermin. Ia merapikan gaun pesta yang dikenakannya sekali lagi, juga rambut panjangnya yang diikat menjadi satu membentuk messy low bun. Setelah meyakinkan diri kalau penampilannya sudah sempurna, cewek itu beranjak keluar kamar.
"Udah siap?" tanya Tristan yang sudah menunggu di ruang tengah.
Teressa memperhatikan penampilan Tristan yang sudah rapi. Tapi detik berikutnya, ia menghampiri pria itu. Tangan cewek itu terulur untuk merapikan dasi yang menggantung di leher suaminya. Membenarkan simpul berantakan yang dibuat oleh Tristan. Tanpa ada kata yang terucap di antara keduanya, Tristan memperhatikan secara saksama wajah istrinya yang berjarak 10cm di depannya itu. Teressa juga bisa merasakan napas hangat Tristan yang menerpa wajahnya, namun memilih bersikap acuh.
"Sudah," ucap Teressa sembari merapikan tuxedo suaminya sekali lagi.
"Oke. Kita berangkat sekarang, kamu pastinya nggak mau melewatkan momen sakral pemberkatan pernikahan Joy,"
Hari ini adalah hari pemberkatan sekaligus resepsi pernikahan Joy. Teressa diminta Joy untuk menjadi salah satu bridesmaid, sehingga mereka harus datang lebih awal dari undangan. Meski Tristan tidak menjadi bestman, dia tetap harus mendampingi istrinya pada acara pernikahan tersebut.
"Mas, aku tinggal sendirian... nggak apa-apa?" tanya Teressa begitu keduanya tiba di tempat acara. Cewek itu harus segera menemui Joy sebelum acara di mulai.
"It's okay... I'll wait here," ucap Tristan.
"Nanti kalau udah selesai, aku langsung ke sini," ucap Teressa. Ia memastikan sekali lagi dimana suaminya akan menunggu lalu pergi menuju ruang tunggu pengantin.
Ruang tunggu itu terletak di lantai yang berbeda dengan altar utama. Cewek itu menekan tombol lift dan menunggu beberapa saat sebelum akhirnya lift tersebut terbuka. Dengan segera ia masuk ke dalamnya. Namun, saat pintu lift akan tertutup, seseorang menahannya dari luar lalu menyelinap masuk ke dalam lift.
"Barra," ucap Teressa spontan begitu melihat pria yang berdiri di depannya. Barra pun cukup terkejut mendapati cewek itu berada di dalam satu lift yang sama dengannya.
"Hai," sahut Barra yang jelas merasa canggung. Ia memperhatikan penampilan Teressa yang nampak anggun dalam balutan dress pesta. Cewek itu terlihat semakin cantik dari biasanya.
"Are you... one of the bridesmaid?" tanya Barra basa-basi.
"Iya," sahut Teressa singkat. Ia melirik penampilan Barra. "How about you? One of the bestman?"
"As you can see... Joy memintaku menjadi salah satu bestman untuk calon suaminya,"
Teressa hanya menganggukkan kepala. Cewek itu melirik lift yang terasa berjalan lambat detik itu. Jujur, ia merasa tak nyaman berdua di dalam ruang sempit dengan Barra. Apalagi saat dirinya mengingat keberadaan Tristan yang sedang menunggu di altar.
"Apa kabar?" ucap Barra yang kembali bersuara. Teressa menatap bingung pada pria itu. Barra tersenyum tipis melihat wajah bingung Teressa.
"Aku tadi... belum nanyain kabar kamu. Gimana? Are you okay? Is everything okay?"
Teressa tersenyum tipis. Wajah cewek itu berubah sendu seketika. "Nggak ada orang yang bisa baik-baik saja saat kehilangan, kan? Apalagi... itu sesuatu yang berupa anugerah dari Tuhan,"
"I know... aku berharap... kamu cepat merasa baik. Semua ini hanya ujian Tuhan untuk hamba-Nya... apapun yang terjadi, meski terasa sulit, nantinya akan diganti dengan sebuah kebahagian yang lain," ucap Barra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girls ! [COMPLETED]
General Fiction3 wanita dipertemukan secara tak sengaja. 3 wanita dengan cerita mereka. 3 wanita dengan masalah menyangkut satu hal yang sama : CINTA. . . BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN !! . . . kehaluan lainnya dari author . Vote and Comment sangat dipersilahkan