82. Reina

614 108 20
                                    

Jaga hati, mata, mulut juga jari kalian ~~~
*************************************************

"Buongiorno mio caro vicino...,"

"Morning, doctor," sapa Reina diiringi tawa kecil begitu melihat tetangga apartemennya. Seorang dokter jantung yang masih memiliki darah Indonesia dari kakek buyut pihak sang Ibu.

"Berangkat ke rumah sakit, dokter?" tanya Reina melihat penampilan tetangganya yang sudah rapi. Pada satu tangan dokter itu tersampir jas snelli yang terlipat rapi, dan satu tangan lainnya menjinjing sebuah tas kerja. Sejak lima menit yang lalu, Reina sudah menunggu dokter tersebut keluar dari apartemennya.

"As you can see, yes...,"

Reina menyodorkan sebuah kantong kecil ke hadapan dokter itu. "Here's... aku membuat sarapan terlalu banyak, dan berniat untuk berbagi denganmu lagi. Well, aku yakin kalau dokter tidak sempat sarapan karena harus buru-buru berangkat ke rumah,"

Dokter muda itu tertawa pelan sembari menerima kantong berisi sarapan yang disodorkan oleh Reina. "Grazie... grazie, Reina... apa kau juga bisa menebak apa yang membuatku buru-buru sampai melupakan sarapan?"

Reina tampak berpikir sejenak. "One night stand,"

Jawaban asal dari cewek itu langsung membuat sang dokter tertawa. "Ah... tidak sampai one night stand... but yes, i was having a drink with some of my friends... kamu harus ikut lain kali,"

"Nope, thank you...," tolak Reina langsung.

"Anyway... terima kasih dan maaf selalu merepotkanmu, Reina...," ucap dokter muda itu.

"No problem,"

"Aku harus berangkat sekarang," ucap dokter itu.

"Silahkan,"

Dokter muda itu beranjak meninggalkan Reina. Namun, baru berapa langkah, pria itu kembali berhenti dan membalikkan badannya menghadap Reina.

"Sorry to ask you this, Reina... tapi, apakah isi kantong ini roti panggang dengan selai kacang lagi?" tanya dokter itu.

"Iya. Ada apa? Apa kamu tidak menyukai selai kacang? Aku bisa menggantinya dengan yang lain kalau mau menunggu selama lima menit saja,"

"Oh no... it's not like that... i do like it but... just not a big fan," ucap dokter itu.

Ia terdiam sesaat lantaran sedikit ragu mengutarakan pendapatnya. Mereka memang baru kenal setelah hampir dua minggu ini menjadi tetangga apartemen. Dan Reina sudah cukup baik karena suka berbagi sarapan untuknya. Kadang, mereka juga sering bertemu di sekitar taman apartemen saat sore hari ketika dirinya baru kembali lagi dari rumah sakit. Hanya saja, selam berinteraksi dengan tetangganya itu, ada satu hal yang terasa ganjil dari sikap baik cewek itu.

"Mungkin aku terdengar lantang, tapi aku merasa sedikit penasaran... kamu harus tahu kalau aku sebenarnya tidak begitu menyukai selai kacang. Hanya saja... hmm... apakah diriku mengingatkanmu pada seseorang yang begitu menyukai roti panggang selai kacang? Hingga membuatmu tanpa sadar sering membuatkanku sarapan roti panggang selai kacang...," ucap dokter itu akhirnya.

Sontak, penuturan tetangganya itu membuat Reina langsung terdiam. Lidah cewek itu mendadak kelu dan kepalanya menjadi blank. Apakah dokter muda itu mengingatkan Reina pada seseorang yang menyukai roti panggang selai kacang? Apakah Reina tanpa sadar memperlakukan tetangganya seperti ia memperlakukan orang itu? Apakah Reina menjadikan dokter muda itu pelarian untuk pikirannya yang terus memikirkan Kiano?

"Reina? Sorry... did i say something wrong?" tanya dokter muda itu yang mendadak panik melihat Reina hanya diam mematung.

***

Girls ! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang