67. Teressa

619 119 18
                                    

Waktu Bunda mengutarakan asumsi kemungkinan Teressa hamil, cewek itu langsung mengecek kehamilannya dengan menggunakan testpack. Beruntung, pada dua batang testpack dengan brand berbeda tidak menunjukkan hasil positif untuk cewek itu. Dan Teressa bisa bernapas lega, karena asumsi Bunda hanyalah sekedar asumsi.

Tapi masalahnya, tingkah aneh Tristan masih tetap sama. Pria itu masih terus mengalami gejala ngidam. Mual kalau mencium bau darah bahkan bisa sampai muntah. Siang hari masih sering mengalami meriang namun malam hari kembali sehat seolah tidak ada yang salah dengan tubuhnya. Tristan juga semakin sering mencari cemilan manis untuk mengurangi rasa hambar di lidahnya. Dan juga, sering kali Tristan minta dibuatkan makanan secara random seperti bubur jagung manis, bubur kacang ijo, bubur sumsum dan masih banyak lainnya.

"Bener hasil testpack-nya negatif?" tanya Mama begitu Teressa selesai cerita soal testpack tersebut.

"Bener. Cuma segaris dan yang satunya simbol negatif," jawab Teressa.

"Kamu nggak salah cara pakainya kan?"

"Ya nggak dong, ma... udah sesuai instruksi kok, hasilnya beneran negatif. Teressa nggak hamil," sahut Teressa yakin.

"Terus, kenapa tingkah Tristan udah kayak suami ngidam karena istrinya hamil," ucap mama heran. Sedangkan Teressa hanya mengedikkan bahu karena tidak tahu harus menjelaskan seperti apa perihal kondisi suaminya itu.

"Tristan nggak...,"

"Ma?! Jangan bilang mama curiga kalau Tristan selingkuh dan ngehamilin orang lain makanya dia ngidam kayak gitu?" potong Teressa sebelum mama mengutarakan asumsi negatifnya.

"Yah... mau gimana lagi. Tristan bertingkah ngidam seolah istrinya hamil. Dan kamu nggak hamil. Kalau kayak gini ceritanya, mama jadi ne-think dong," jujur Mama.

Teressa memutar kedua bola matanya. Cewek itu menggeleng pelan. "Mama jangan ngaco gitu deh... aneh aneh aja,"

"Tapi kamu beneran nggak salah cara pakai testpack kan? Terus hasilnya beneran negatif?" tanya Mama untuk sekian kalinya masih belum mau percaya.

"Nggak salah pakai dan nggak salah hasilnya juga,"

Mama menghela napas pelan. "Yaudah deh kalau gitu. Semoga aja Teressa cepet dikasih kepercayaan untuk punya momongan,"

"Amin," sahut Teressa apa adanya.

***

Dokter Cenna menatap heran pada dokter Tristan yang duduk di sampingnya. Mereka berdua sedang menikmati makan siang di kantin rumah sakit. Tidak ada yang aneh sih, tapi kalau kalian perhatikan, kalian bisa melihat dokter Tristan yang sibuk memilah makanan yang ada di atas nampan.

"Sejak kapan elo jadi picky eater gitu?" tanya dokter Cenna yang sudah tidak tahan dengan rasa penasarannya.

"Hah? Oh ini... gue nggak suka sama bau masakannya. Amis gitu," jawab Tristan sembari menatap ikan goreng yang hanya di makan setengah dan juga sop yang tidak tersentuh sama sekali.

Dokter Cenna menatap heran. Dia mencium bau makannya sendiri. Menurutnya bau makanan itu biasa aja, yah bau ikan goreng dan sop pada umumnya. Tidak amis seperti yang diucapkan oleh Tristan.

"Penciuman hidung elo terlampau tajam," komentar dokter Cenna. Pria itu kembali menikmati makan siangnya, hingga sesuatu terlintas di dalam otaknya. Dokter Cenna menoleh pada Tristan lalu memperhatikannya dengan saksama.

"Ada apa?" tanya Tristan.

"Elo bilang ke gue kalau akhir-akhir ini elo sensitif dengan bau darah kan? Lalu itu terasa aneh karena elo adalah dokter bedah yang pastinya berhubungan langsung dengan darah,"

Girls ! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang