Saling mencari, saling menanti juga saling berharap. Untuk setiap rindu, harapan juga sakit. Ketika yang satu mulai merasa lelah dan memilih untuk mundur, maka yang lain sedang berusaha mendapatkan yang satu. Takdir memang sekejam itu. Tidak pernah memberikan izin untuk mereka bersama. Hanya membiarkan mereka merasakan sakit yang sama.
***
Reina menatap pintu kedatangan domestik itu dengan perasaan gamang. Ragu jelas menyelimuti cewek itu, namun rasa lelah karena terus menghindar, memaksakan Reina untuk kembali ke Jakarta, setelah lima minggu menetap di Semarang.
Senyum mengembang di bibir cewek itu saat melihat sosok mas Remi yang sudah menanti kedatangannya dengan setia. Cewek itu berlari dan langsung menghambur memeluk kakak kesayangannya itu. Mas Remi tertawa melihat tingkah adiknya yang semakin manja.
"Duh, manja banget adek mas satu ini," ledek Remi. Reina melepaskan pelukannya dari tubuh Remi. Cewek itu tersenyum lebar hingga menampilkan deretan giginya yang rapi.
"Langsung pulang?"
"Makan dulu dong, mas... laper nih... perjalanan jauh,"
"Cuma sejam juga naik pesawat, jauh dari mana?" Remi mencubit pipi adiknya dengan gemas.
"Yah pokoknya jauh...," keukeuh Reina. Cewek itu menggamit lengan Remi lalu menyeret tubuh cowok itu untuk segera pergi meninggalkan area kedatangan tersebut. Memaksakan langkah kakinya untuk berjalan dengan riang.
Dari tempatnya berdiri, dibalik kerumunan orang, Kiano memperhatikan Reina dengan saksama. Wajah cantik cewek itu juga senyum polosnya. Kiano merindukan semua hal tentang Reina. Namun sialnya, dia terlalu pengecut hanya untuk sekedar menyapa cewek itu. Ah bukan, Kiano takut kalau Reina akan kembali pergi. Cukup dari jarak seperti ini, Kiano bisa memperhatikan Reina setelah sekian lama. Cukup seperti ini, untuk saat ini.
***
Entah sejak kapan semuanya menjadi rumit dan tidak terjelaskan. Keadaan ini membuat keduanya sesak, juga kacau. Terbungkam, karena tidak menemukan cara untuk menghadapi keinginan hati masing-masing. Terlampau bingung mencari jawaban untuk setiap pertanyaan mengenai hati. Saling mencari, saling menanti juga saling berharap. Untuk setiap rindu, harapan juga sakit.
Reina menghembuskan napas pelan. Cewek itu sedang duduk di ayunan rotan yang ada di halaman belakang rumahnya. Satu kakinya menggoyangkan ayunan tersebut dan kaki lainnya ia gunakan untuk menopang kepalanya. Pandangannya jauh menerawang dengan titik fokus pada pot-pot bunga mawar yang tertata rapi di halaman belakang tersebut.
Mbok Mirna kembali mengecek keadaan Reina untuk kesekian kalinya. Masih dalam posisi yang sama. Duduk di ayunan rotan dan melamun. Wanita paruh baya itu menggelengkan kepalanya. Merasa prihatin mendapati anak majikannya itu jadi hobi melamun sejak kembali ke Jakarta.
"Mbok?" suara Remi menarik perhatian mbok Mirna. Pria itu baru saja pulang setelah seharian sibuk di kantor. "Reina?"
"Masih ngelamun di ayunan," lapor mbok Mirna.
"Udah makan?"
Mbok Mirna menggeleng pelan. "Cuma sarapan aja, mas... mbok paksa makan siang, jawabannya nanti aja terus-terusan... bingung mbok mau maksanya gimana... ndak tega,"
"Disiapin aja makanannya. Nanti biar Remi yang paksa," titah Remi. Kemudian ia segera menghampiri keberadaan adiknya itu. Betul saja seperti laporan mbok Mirna, Reina ditemukannya dalam keadaan melamun.
"Kalau kayak gini mending pulang lagi aja ke Semarang. Sama mama dan papa...," suara Remi menarik perhatian Reina. Cewek itu langsung memanyunkan bibirnya mendengar sindiran tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girls ! [COMPLETED]
General Fiction3 wanita dipertemukan secara tak sengaja. 3 wanita dengan cerita mereka. 3 wanita dengan masalah menyangkut satu hal yang sama : CINTA. . . BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN !! . . . kehaluan lainnya dari author . Vote and Comment sangat dipersilahkan