53. Reina

379 112 22
                                    

"Mas Kiano... disuruh bapak ke ruangannya sekarang," ucap sekretaris Kiano.

"Oh... Oke, gue ke sana," sahut Kiano yang langsung beranjak meninggalkan ruangannya menuju ruang kerja Pak Julius, alias Papanya.

"Papa manggil Kiano?" tanya cowok itu begitu tiba di ruang kerja papanya.

"Duduk dulu, Kiano...," ucap Papa mempersilahkan. Cowok itu pun langsung duduk di kursi yang tersedia di depan meja kerja Papa.

"Gimana projek hotel di Lombok yang kamu pegang?" tanya Papa langsung.

"Lancar kok, Pa... minggu depan acara peresmiannya," jawab Kiano.

Papa menganggukkan kepalanya. "Kiano... pengen liburan?" tanya Papa lagi.

"Nggak kok. Ada apa? Kenapa Papa tiba-tiba bahas liburan?"

Papa melepas kacamata yang menggantung di wajah. Beliau menghela napas pelan. "Papa perhatikan akhir-akhir kamu kurang fokus sama pekerjaan... sering Papa mendapati kamu lebih banyak melamun bahkan saat rapat. Ada apa Kiano? Apa pekerjaan sedang membebanimu?"

"Maafin Kiano, Pa... mungkin tingkah Kiano akhir-akhir ini sangat mengganggu. Tapi Kiano nggak apa-apa... yah, Kiano hanya sedikit lelah,"

"Kamu butuh cuti mungkin? Papa nggak masalah kalau kamu mengambil cuti sebentar untuk mengistirahatkan pikiran... cuti itu hak semua pegawai yang ada di sini," usul Papa.

Kiano menggeleng pelan. "Nggak. Kiano nggak apa-apa... mungkin lain kali akan Kiano pikirkan untuk ambil cuti,"

"Kamu yakin menolak penawaran ini? Bisa fokus pada pekerjaan?" tanya Papa.

"Iya Kiano yakin," tegas cowok itu.

Tentu saja, yang dibutuhkan Kiano saat ini bukan sekedar cuti pekerjaan, melainkan REINA. Sudah dua minggu lebih terhitung sejenak Reina pergi ke Malang sampai saat ini, Kiano masih belum berhubungan dengan cewek itu apalagi bertemu kembali. Mereka benar-benar lost contact.

***

"Harus banget pulang hari ini, mas?" tanya mama pada Remi.

"Baru juga tiga hari ini Reina kelihatan lebih normal semenjak ada kamu, nanti kalau dia balik lagi kayak kemarin gimana?"

"Remi pulang ke Jakarta sebentar aja, ma... ada kerjaan yang harus Remi urus. Kalau Reina kembali bertingkah, mama kabarin Remi nanti Remi langsung ke sini. Oke?"

"Yaudah, cepet selesaiin kerjaan kamu terus minta cuti sebentar dari kantor," ucap mama akhirnya mengizinkan Remi untuk kembali ke Jakarta. Iya, setelah tiga hari berada di Semarang, Remi harus kembali lagi ke Jakarta untuk kerja.

"Mas balik dulu yah... weekend mas ke sini lagi... kamu nikmatin aja dulu Semarang," pamit Remi pada Reina. Cewek itu sedang menikmati sarapan dengan tenang.

"Salam buat mbak Dira yah, mas... ajakin juga ke sini kalau mau," ucap Reina sembari memeluk singkat kakaknya itu.

Remi mengusap puncak kepala adiknya lalu mengecup kening Reina singkat. "Udah? Cuma titip salam ke mbak Dira aja?"

Reina menggigit bibir bawahnya. Cewek itu tampak berpikir sejenak. "Iya. Cukup mbak Dira aja,"

Remi tersenyum tipis mendengar jawaban dari Reina. "Oke kalau gitu... senyum dulu dong, mas nggak mau pulang ke Jakarta tanpa senyum kamu,"

Reina pun tertawa mendengar gombalan dari sang kakak. Cewek itu menyunggingkan senyum lebar untuk disimpan oleh Remi di dalam otaknya.

"Nah gitu dong... senyum gini yang mas suka...," puji Remi.

Girls ! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang