28. Teressa

702 128 12
                                    

Jaga hati, mata, mulut juga jari kalian ~~~
.
KONTEN DEWASA (+18) !!
Dosa ditanggung pembaca !!
*************************************************

Teressa jelas merasa gelisah dan kesulitan untuk terlelap. Meski ia memaksakan kedua matanya untuk terpejam erat pun terasa percuma, karena dirinya tak kunjung memasuki alam mimpi. Bukan tanpa alasan cewek itu merasa kesulitan untuk tidur. Pasalnya, di balik punggungnya, ada Tristan yang sudah terlelap. Mungkin kalian tidak menemukan keanehan dari hal tersebut. Tapi tidak bagi Teressa. Karena ini adalah kali pertama mereka tidur dalam satu ranjang tanpa harus melakukan sandiwara di depan keluarga mereka.

Setiap setengah jam atau satu jam sekali, kedua kelopak mata Teressa akan terbuka lebar. Membuat cewek itu menatap pada kegelapan kamar sambil melirik jam yang ada di atas nakas. Berkali-kali cewek itu menghembuskan napas pelan lantaran kesal karena merasa kalau malam terlalu panjang dan pagi tak kunjung datang.

Bahkan tangan Teressa mulai merasa kesemutan lantaran posisi tidurnya yang miring ke satu arah. Perlahan, cewek itu mengganti posisi tubuhnya meski tetap tidak menghadap ke arah suaminya.

"Do you can't sleep?"

"Astaga! Mas bikin kaget aku...," sahut Teressa yang jelas kaget mendapati suaminya terjaga. Bahkan Tristan tengah memperhatikan dirinya. Pria itu masih menunggu jawaban Teressa atas pertanyaannya barusan.

"Aku tidur. Tapi kemudian bangun. Aku pikir sudah pagi. Tapi ternyata belum... entahlah... aku merasa pagi terlalu lama datang," jawab Teressa dengan suara berbisik. Cewek itu menatap wajah Tristan dalam kegelapan kamar.

"Apa mas nggak bisa tidur?"

Tristan menggeleng pelan tanpa mengeluarkan suara. Kedua mata pria itu tak lepas dari wajah Teressa. Membuat Teressa mendadak merasa gugup.

Perlahan, satu tangan Tristan bergerak menarik
tubuh Teressa hingga istrinya itu mendekat padanya. Hal itu membuat Teressa semakin gugup dan ia bisa merasakan jantungnya berdetak dengan kencang. Terlebih saat jaraknya diantara keduanya semakin menipis.

Karena terlalu sibuk merasakan kegugupannya, Teressa tidak menyadari bagaimana Tristan tersenyum tipis dan pria itu bergerak untuk membenahi posisi sehingga dalam hitungan detik ia berada di atas Teressa.

"Do you know that... it's not because how morning comes so late. I think... it's because we should have done something to welcome the morning, but didn't do it, so ... it feels like the morning come so slowly,"

Kedua kelopak mata Teressa mengerjap berkali-kali. Suaranya tercekat di tenggorokan. Jantungnya berdebar-debar, tenggorokannya bergerak pelan menelan ludah menutupi kegugupannya. Saat ini, Teressa merasa seperti dihipnotis hingga tidak mampu melakukan apapun.

Wajah Tristan perlahan bergerak turun dan mendekati wajah istrinya. Dan dalam hitungan detik, pria itu mengecup lembut bibir merah Teressa. Kecupan lembut itu berubah menjadi kecupan yang lebih menuntut.

Entah apa yang merasuki Teressa, karena kedua tangannya sudah menggantung di leher Tristan  sementara bibirnya bergerak-gerak untuk membalas tiap kecupan yang diberikan suaminya itu. Kedua kelopak mata Teressa terpejam sementara suara decakan terdengar di seluruh kamar mereka.

Tristan melepaskan dirinya, ia membuat Teressa terengah-engah dalam sekejap. Pria itu tersenyum, menatap sang istri dalam keremangan lampu tidur. Lewat sorot matanya, pria itu seolah mengucapkan janji untuk memberikan rasa nyaman pada sang istri yang berada dalam kungkungannya. Kemudian Tristan kembali mendekati Teressa lalu kembali melahap bibir merah Teressa yang semakin merah karena perlakuannya dan mulai terlihat sedikit bengkak. Saling membuai, saling menggoda, dan saling memberikan kenyamanan. Tristan berusaha memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi Teressa hingga mereka benar-benar menyambut pagi dengan penuh perjuangan.

Girls ! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang