"Loh? Sudah bangun? Harusnya istirahat dulu aja... semalam pulangnya malam sekali kan?" tanya Bunda Sheila saat melihat Teressa masuk ke dapur.
"Iya tante... karena harum bumbu masakan tante jadi kebangun gini,"
Bunda tertawa pelan. "Pas banget yah... tante lagi siapin kalian sarapan emang,"
Teressa memperhatikan sekelilingnya. "Ada yang bisa Teressa bantu nggak, tante?"
"Memang Teressa sudah biasa berkecimpung di dapur seperti ini?" tanya Bunda Sheila.
Teressa tersenyum pelan. "Kebetulan, saya seorang istri jadi cukup terbiasa berada di dapur,"
"Oh ya? Sheila kok nggak bilang kalau kamu sudah menikah. Kalau gitu udah profesional dong ada di dapur seperti ini. Hmm... apa yah? Ini aja deh... coba Teressa bantu tante potong kentang ini aja,"
Dengan segera Teressa menerima pisah juga telenan untuk memotong kentang. Bunda Sheila pun memperhatikan sejenak cara Teressa menggunakan pisau memotong kentang.
"Sudah berapa lama Teressa menikah?" tanya Bunda Sheila penasaran.
"Sudah setahun lebih...,"
"Terus... pergi ke sini, izin suami kan?"
Teressa tertawa pelan. "Iya, tante... Teressa nggak akan pergi kalau nggak ada izin suami,"
"Pasti suami kamu sayang sekali sama kamu," sahut Bunda Sheila yang membuat Teressa mengerutkan keningnya.
"Kok gitu? Kenapa tante bisa berpikir seperti itu?" tanya Teressa penasaran.
"Seorang suami yang mencintai istrinya, pasti akan memperlakukan istrinya dengan baik. Karena istri adalah sebuah martabat bagi seorang suami begitu juga sebaliknya. Dan lagi... kalau suami kamu tidak mencintai kamu, beliau tidak akan untuk memberikan kamu izin pergi liburan seperti ini. Beliau mengizinkan kamu pergi seperti ini pasti karena dia menaruh kepercayaan pada kamu yang dilandasi karena cinta,"
Bunda Sheila mengelus lengan Teressa pelan. Wanita paruh baya itu kemudian melanjutkan kegiatannya setelah mengucapkan petuah singkat tersebut. Membuat Teressa tercenung mencerna setiap kata yang didengarnya. Meresapi dengan hati-hati makna petuah singkat tersebut.
"Kamu ini... kebiasaan sekali bangun siang. Masa keduluan tamunya yang bangun," protes Bunda Sheila saat melihat putri sulungnya masuk ke dapur.
"Teressa kecepetan sih bangunnya," ucap Sheila membela diri.
"Duh... Teressa, sini aku aja motong kentangnya. Kamu duduk aja deh santai-santai gitu jangan malah sibuk bantuin Bunda," Sheila segera mengambil alih pisau dari tangan Teressa.
"Malah nggak enak aku kalau cuma duduk aja nggak bantuin apa-apa,"
"Yaudah... Teressa bikin teh hangat aja kalau gitu. Bisa kan?" usul Bunda Sheila.
"Bisa kok, tante...," jawab Teressa. Cewek itu segera memasak air untuk membuat teh.
"Jago yah Teressa ada di dapur gini. Tuh... Sheila, kamu contoh si Teressa... sudah biasa dia berkecimpung sama dapur. Beda sama kamu yang bisanya cuma delivery makanan,"
"Bunda... Sheila bisa juga kok masak. Masak mie rebus," sahut Sheila.
"Mie rebus nggak masuk hitungan," protes Bunda.
"Nanti juga bisa sendiri kok, tante... dulu juga Teressa nggak bisa masak apa-apa selain mie instant dan telur goreng,"
"Kamu jangan belain Sheila... makin seneng dia kalau ada yang belain," sahut Bunda Sheila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girls ! [COMPLETED]
General Fiction3 wanita dipertemukan secara tak sengaja. 3 wanita dengan cerita mereka. 3 wanita dengan masalah menyangkut satu hal yang sama : CINTA. . . BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN !! . . . kehaluan lainnya dari author . Vote and Comment sangat dipersilahkan