77. Reina

471 107 21
                                    

Jaga hati, mata, mulut juga jari kalian ~~~
*************************************************

Malam semakin larut, namun keduanya masih terjaga. Sama-sama kesulitan memejamkan mata, karena otak dan hati sedang sibuk saling menyalahkan.

"Lusa... gue bakal pergi," ucap Reina memecah keheningan kamar itu.

"Kalau gue larang, elo masih tetap pergi?"

"Tergantung...," jawab Reina. Cewek itu terdiam sejenak, menimang keputusannya yang semakin bulat untuk menjauh dari Kiano. Bukan sementara, tapi benar-benar menjauh dan menyudahi setiap rasa sakitnya selama ini.

"Walau gue memohon sekalipun?"

"Gue nggak punya alasan untuk tetap ada di sini, kan?" Reina balik bertanya. Cewek itu menghela napas pelan. Ia menoleh pada Kiano yang berbaring di sampingnya.

"I love you, Kiano... have always... and will always," tutur Reina.

"Tapi itu nggak cukup jadi alasan gue untuk tetap ada di sini... gue nggak mau berjalan sama angin, karena gue nggak akan pernah bisa menebak ke arah mana angin itu berhembus... gue nggak bisa nunggu lebih lama lagi saat semuanya udah terlihat jelas seperti ini,"

Kiano mengubah posisi tidurnya menjadi miring menghadap Reina. Satu tangannya terulur menyampirkan anak rambut yang menutupi wajah Reina. Kemudian beralih mengelus pipi cewek itu.

"Gue juga sayang banget sama elo, Rei... selalu sayang, dan akan terus sayang sama elo... rasa sayang gue nggak akan pernah habis buat elo," tutur Kiano.

Reina menggigit bibir bawahnya menahan tangis yang kembali muncul untuk kesekian kalinya malam itu. Cewek itu memejamkan kelopak matanya erat. Dirasakannya belaian lembut tangan Kiano pada wajahnya, lalu membiarkan otaknya untuk merekam belaian lembut tersebut –yang mungkin akan jadi belaian terakhir dari Kiano.

"Rei...," Kiano menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Batinnya bergemuruh hingga menyesakkan dadanya. Setiap kejujuran yang terucap malam ini terasa sangat menyakitkan. Satu sisi dalam dirinya terus memaksa Kiano untuk tidak melepaskan Reina, lalu sisi lainnya mengusulkan Kiano untuk membiarkan Reina bahagia tanpa dirinya.

"Kalau gue... minta elo untuk menunggu sebentar lagi, apa elo bisa mengabulkan permintaan gue itu?"

Reina tersenyum tipis. "Konsekuensinya apa? Apa yang akan gue dapet di akhir penantian gue? Harus berapa lama gue menerka kapan akhir dari penantian itu?"

Kiano diam. Masih tidak bisa memberikan jawaban untuk Reina. Cewek itu semakin sendu menatap wajah Kiano. Satu tangannya terulur untuk mengelus wajah Kiano.

"Elo cuma perlu inget satu hal... I love you, have always and will always... cukup itu aja. Dan gue juga akan inget kalau elo sayang banget sama gue," ucap Reina. Reina meraih tangan Kiano lalu saling menautkan jemari mereka. Merasakan kehangatan yang tercipta dari tangan mereka yang saling menggenggam. Keduanya saling menatap ke dalam bola mata masing-masing. Reina memajukan wajahnya, lalu mengecup kening Kiano.

"Jangan cari gue yah... please... biarin gue bahagia setelah ini," pinta Reina dengan suara berbisik. Dikecupnya pipi cowok itu, lalu ia menarik tangan Kiano dan melingkarkan tangan cowok itu pada tubuhnya.

 Dikecupnya pipi cowok itu, lalu ia menarik tangan Kiano dan melingkarkan tangan cowok itu pada tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Girls ! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang