88. Reina

546 102 20
                                    

Mata Reina sembab. Iya, cewek itu menangis karena terharu memperhatikan sosok mungil di dalam box inkubator. Ia sama sekali tidak bisa menahan air matanya melihat bayi mungil yang sesekali menangis dalam tidurnya. Reina jatuh cinta pada bayi polos itu. Dia betah berdiri di luar ruang bayi dan cukup merasa puas hanya memperhatikan dari balik kaca pembatas.

"Lama-lama kamu bisa menembus kaca dengan terus menempel seperti itu," suara William mengusik perhatian Reina. Pria itu berdiri di samping Reina dan ikut memperhatikan bayi yang berada di dalam ruang bayi tersebut.

"Aku jatuh cinta sama bayi itu. Dia... bawa kebahagian baru untuk semua orang. Coba kamu perhatikan wajah polosnya...," ucap Reina diiringi senyum haru di wajahnya.

"I see... dia sudah berjuang hanya untuk hadir ke dunia ini," sahut William. Sebuah senyum tipis tersungging di wajah pria itu. Ia memperhatikan wajah polos Reina dan bayi yang ada di dalam inkubator itu bergantian.

"Have you decided it, Reina?" tanya William mengalihkan perhatian Reina padanya. Dilihatnya Reina yang hanya tersenyum tipis.

"What do you think, William?" Reina balik bertanya tanpa menjawab lebih dulu.

"I hope you aren't regret any choice, Reina... you deserve to be happy," tutur William pelan.

"I know... I hope too...," timpal Reina. Cewek itu kembali menaruh perhatiannya pada Arkharega yang tampak mengerjapkan kelopak matanya. Tingkah menggemaskan bayi itu membuat Reina kembali tersenyum.

***

A guy and a girl can be just friends, but at one point or another, they will fall for each other...Maybe temporarily, maybe at the wrong time, maybe too late, or maybe forever - Dave Matthews Band

***
Kiano menggulung lengan kemejanya hingga ke siku. Ia juga melepas bow tie yang melingkar di lehernya juga dua kancing teratas kemejanya. Meski waistcoat masih setia membungkus tubuh atletisnya. Pria itu menghembuskan napas yang terasa berat melalui celah bibir. Pandangan matanya lurus menatap ke langit cerah Jakarta. Cukup cerah untuk ikut merayakan hari pernikahan Remi dan Dyra. Sialnya, tidak secerah suasana hati Kiano, yang lagi-lagi harus merasakan kecewa.

Orang yang kehadirannya sangat dinantikan oleh Kiano, nyatanya tidak hadir walau sebentar saja. Dari yang ia dengar, Reina membatalkan penerbangan ke Jakarta karena ada urusan genting yang harus diselesaikannya. Terlalu genting hingga ia rela tidak menghadiri pernikahan Remi, kakak kesayangannya. Seolah cewek itu dengan sengaja menghindari Kiano juga.

"Rei, apa elo nggak kangen sama gue?" monolog Kiano. Ia mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya. Pada layar ponsel itu terpampang wajah Reina yang sengaja ia jadikan wallpaper ponsel.

"Gue harus gimana biar kita bisa balik lagi kayak dulu?"

"Apa harus berubah kayak gini?"

"Gue ke elo jahat banget yah, Rei?" ucap Kiano yang diiringi helaan napas berat kesekian kalinya. Ia mengusap wajahnya yang nampak lelah.

"Kak Kiano," suara Krystal menarik perhatian Kiano. Cowok itu tersenyum tipis mendapati kehadiran adiknya. Ia memberikan isyarat agar Krystal duduk di sampingnya.

"Kok sendirian di sini, kak?" tanya Krystal langsung begitu duduk di samping kakaknya itu.

"Cari angin. Di dalem agak sumpek," jawab Kiano asal.

Krystal menganggukkan kepalany singkat. Cewek itu paham kalau alasan Kiano meninggalkan ballroom bukan karena merasa pengap di tengah keramaian, melainkan karena Reina. Karena tidak berhasil mendapati sosok Reina di dalam sana lah yang menjadikan alasan Kiano memilih untuk menjauh dari keramaian dan menyendiri seperti ini.

Girls ! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang