"Pagi, Dok...,"
"Selamat pagi, dokter...,"
"Selamat pagi, dokter Tristan...,"
Berbagai sapaan itu menyambut Tristan dan Teressa begitu keduanya tiba di salah satu rumah sakit khusus anak, tempat acara Tiara diadakan. Dengan profesionalnya, Tristan membalas sapaan itu dengan ramah. Tidak lupa juga, ia menunjukkan kepada semua orang bagaimana pria itu dengan mesranya menggandeng tangan Teressa. Yaps, Tristan benar-benar membuktikan ucapannya untuk datang ke acara Tiara menemani Teressa.
"Mbak Teressa...," suara nyaring khas Tiara menyambut keduanya begitu pasangan suami-istri itu tiba di salah satu bangsal anak. Tiara segera menghampiri kakak dan mbak iparnya itu. Cewek itu memeluk Teressa erat.
"Nggak telat kan?" tanya Teressa.
"Nggak. Santai kok... ini juga baru pada ngumpul pasiennya di dalem...," jawab Tiara. Cewek itu kemudian melirik kakaknya yang berdiri di samping Teressa.
"Yuk mbak... aku kenalin sama temen-temenku dulu...," ucap Tiara yang tak peduli untuk mengucapkan salam menyapa Tristan. Lalu tanpa meminta izin lebih dulu, Tiara menarik lengan Teressa dan membawa mbak iparnya itu melenggang pergi meninggalkan Tristan.
"Nih... mbak Teressa yang kalian idolakan...," ucap Tiara dengan riang di hadapan teman-teman kelompoknya. Seketika seluruh teman-teman Tiara langsung rebutan memperkenalkan diri serta menjabat tangan Teressa. Hingga saat sekumpulan cowok yang tadinya mengantri untuk berkenalan dengan Teressa mendadak bubar dan mengurungkan niat mereka.
"Ehem...," Tristan berdeham pelan menarik perhatian semua orang. Pria itu sudah berdiri di samping Teressa. Bahkan tangan kananya pun juga sudah menggantung dengan sempurna pada pinggang istrinya tersebut.
"Eh... pagi dokter Tristan...," sapa semua orang secara kompak.
"Pagi semuanya...," balas Tristan sembari menyunggingkan senyum terbaiknya. Sebuah senyum yang mampu membuat siapa pun melihatnya langsung terpesona. Pria itu kemudian menatap pada adik bungsunya. "Kapan acara ini dimulai?"
Tiara melengos pelan. Ia benci dengan tingkah penuh pencitraan dari kakaknya itu. "Sekarang," ketus Tiara. Cewek itu kemudian segera memberikan perintah kepada seluruh anggota kelompoknya untuk segera memulai acara.
***
"Gila sih ini... idaman banget! This is what you called relationship-goals...,"
"Yang istri megangin pasien, yang suami meriksa pasiennya...,"
"Eh cyin... gue boleh nggak sih minta adopsi jadi anak mereka aja?"
Suara-suara itu mengusik telinga Tiara. Tentu saja itu semua adalah komentar dari teman-temannya yang sedang mengagumi 'kekompakan' Tristan-Teressa. Terlihat jelas bagaimana saat ini Teressa sedang memangku seorang pasien anak berusia 3 tahun, lalu Tristan melakukan pemeriksaan pada pasien tersebut. Kalau dilihat seperti ini, pasangan suami-istri itu memang tampak sangat sempurna di mata orang awam. Tapi tidak di mata Tiara. Cewek itu jelas tahu bagaimana kakaknya sedang melakukan pencitraan di depan semua orang saat ini. He's showing everyone how perfect is Doctor Tristan Haryadi.
"Coba lihat gimana dokter Tristan ngelus kepala tuh bocah... terus kak Teressa meluk pasien itu... ini sih bener-bener bikin melting lihatnya... gemes sendiri tahu nggak,"
Tiara memutar kedua bola matanya dengan bosan. "Please deh... nggak usah berlebihan... he's being professional... aslinya juga nggak kayak gitu kok,"
"Cie... Tiara envy terus sama dokter Tristan... bodoamat lah dia mau kayak mana aslinya... Pokoknya sekarang mereka berdua itu perfect banget!" sahut salah satu temen Tiara yang membuat cewek itu semakin keki melihat kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girls ! [COMPLETED]
General Fiction3 wanita dipertemukan secara tak sengaja. 3 wanita dengan cerita mereka. 3 wanita dengan masalah menyangkut satu hal yang sama : CINTA. . . BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN !! . . . kehaluan lainnya dari author . Vote and Comment sangat dipersilahkan