Emily sudah memperlihatkan beberapa ruangan yang berada di kedua gedung universitas tersebut dan sekarang, mereka memutuskan untuk mengakhiri perjalanan mereka ke kantin universitas. Louisa melihat Felix sedang melambaikan tangannya ke arah mereka begitu mengetahui kedatangan Emily. Dia menoleh ke arah Emily yang memberikan senyuman kepada Felix lalu menyuruh Louisa untuk beristirahat bersama. Louisa menarik salah satu kursi kantin dan duduk di sana. Memperhatikan suasana di sekitarnya yang ramai akan murid-murid di tempat tersebut.
"Jadi, apa menurutmu Emily sudah melakukan tugasnya sebagai seorang ketua penanggungjawab dengan baik?" tanya Felix pada Louisa.
Louisa mengangguk.
"Apa yang membuatmu memutuskan untuk pindah ke universitas ini?" tanyanya kembali.
"Universitas ini adalah universitas impianku. Disamping itu karena keluarga kami baru saja pindah lokasi tempat tinggal," jawab Louisa.
"Oh ya?" Felix terlihat antusias. "Apa kau memiliki seorang saudara?"
"Sepertinya aku harus pergi meninggalkan kalian," saut Emily yang bangkit dari kursi.
Felix menggenggam tangan Emily dengan cepat, "Kau tetap di sini bersamaku."
"Kenapa?" tanyanya mengernyit.
Felix tidak memberikan jawaban. Mimik wajahnya mampu menjawab bahwa dia tidak ingin Emily pergi meninggalkannya. Emily kembali duduk dengan menatap Louisa dan Felix secara bergantian. Louisa sendiri hanya bisa terdiam dengan sedikit deheman kecil untuk mengurangi rasa canggungnya terhadap mereka.
"Sampai di mana pembicaraan kita tadi?" tanya Felix tersenyum.
"Kau menanyakan apakah aku memiliki saudara kandung." Louisa menjawab datar. "Yah, aku memiliki satu orang saudara kandung dan satu saudara tiri."
"Bagaimana rasanya memiliki saudara tiri?" saut Emily.
"Entahlah. Aku tidak memiliki rasa apapun. Aku juga tidak pernah menganggapnya ada," jawab Louisa.
"Kenapa?" balas Felix.
"Karena aku tidak suka akan kehadirannya di hidupku," ucapnya.
"Aku juga pernah merasakan hal yang sama sepertimu." Kedua bola mata Emily menatap Louisa.
Louisa terdiam menatapnya.
"Emily memiliki saudara tiri laki-laki dari istri kedua papanya," saut Felix.
"Apa ibumu sudah meninggal?" tanya Louisa.
"Tidak. Tapi istri kedua papaku," jawabnya. "Dia meninggal karena pembunuhan. Pernikahan dia dengan papaku dikaruniai satu orang anak laki-laki yang sekarang tinggal di atap yang sama dengan mama, papa, dan aku."
"Kedua orangtua Emily bercerai saat dia berusia 5 tahun. Selepas itu papanya menikah dengan teman wanitanya dan memiliki seorang anak laki-laki bernama Dalton," saut Felix. [TSS 2: Mia Scarlett and The Secret of Convalescence. Part IV dan TSS 3: Emily Dawson and Her Secret Friends. Part: VIII]
"Ah." Louisa menegangkan punggungnya. "Aku paham. Apa kedua orangtuamu bersatu kembali?"
Emily tersenyum kecil, "Tidak. Mamaku hanya merasa iba melihat anak laki-laki itu dan memutuskan untuk menampung mantan suami dan anak tirinya di rumah kami."
"Mulia sekali hati ibumu," balas Louisa.
"Bagaimana denganmu? Kenapa kau bisa tidak menyukai kehadiran saudara tirimu?" tanya Emily.
"Ibuku meninggal karena kecelakaan mobil. 6 bulan kemudian, papaku menikah dengan seorang wanita yang kami temui di gereja," jawab Louisa.
"Aku turut berduka cita," saut Felix.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret Stalker
Horror"Setiap part selalu dibuat penasaran." - TSS's Readers. HIGHEST RATING: #2 in HORROR-THRILLER [13/06/20] #3 in PENGUNTIT [06/07/20] [TONTON TRAILERNYA!] The Secret Series [4]: Louisa Gordon. "Hey, let's play together." ["Hey, ayo bermain bersama."]...