Emily terlihat sedang merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan pandangan mengarah pada langit-langit kamar, sementara Louisa sedang duduk di atas ranjangnya sembari membekap erat kedua kaki dengan dagu yang berada di atas lutut, dan Felix sendiri sedang duduk di sofa ruang keluarga depan tungku perapian yang menyala.
Mereka bertiga tampak sedang tenggelam dalam pikiran masing-masing. Terlebih, hujan deras masih terus mengguyur seluruh wilayah Colorado tanpa terkecuali. Kilatan petir juga terkadang memperlihatkan dirinya dengan hembusan angin malam yang tidak terasa seperti biasa.
Emily masih memikirkan visualnya siang itu. Dari seluruh kejadian yang telah dia lihat di masalalu, bagaimana bisa dia mendapati potongan visual Louisa yang terlihat sedang murung sembari duduk seorang diri. Dia juga merasa heran, sudah seharusnya Dalton mengalami nasib serupa dengan ayahnya sesaat Emily melihat berita kecelakaan tersebut di layar televisi yang menyorot mobil ayahnya dalam keadaan hancur berkeping-keping.
Kecelakaan itu pun hanya menyelamatkan Dalton sementara ayahnya dinyatakan meninggal dunia. Dahi Emily mengernyit. Dia tidak merasa bahwa keselamatan Dalton adalah suatu mukjizat untuk anak itu, melainkan suatu pertanda yang memang belum dia ketahui apa maksudnya.
Sementara di kediaman rumah Felix, lelaki yang masih termenung di atas sofa ruang tamu miliknya itu, menatap ke arah tungku perapian untuk menghangatkan tubuhnya. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Emily dan Louisa. Dia merasa bahwa mereka berdua sedang berusaha menahan diri mereka masing-masing untuk tidak terlihat memiliki argumen atau perbedaan pendapat yang berlebihan saat sedang bersamanya. Felix masih tidak menyangka bahwa tatapan Emily pada Louisa seakan sedang memendam amarah yang menggebu-gebu.
Louisa sendiri terlihat menahan sesuatu di dalam dirinya. Entah mengapa akhir-akhir ini dia terlihat semakin merasa bersalah dengan semua kejadian yang menimpa mereka. Karenanya, kedua orang yang sangat Emily sayangi harus meregangkan nyawa. Andai Louisa tidak bertanya mengenai keeksistensian makhluk tidak kasat mata kepada Felix, mungkin suasana mereka saat ini akan terasa berbeda.
Perempuan itu mulai merebahkan tubuhnya menghadap jendela kamar. Dia menumpuk kedua telapak tangannya di bawah pipi sembari menatap derasnya air hujan di luar sana yang membasahi jendela kamar. Perlahan, kedua mata Louisa mulai terpejam.
🔱🔱🔱
"Ibu."
"Louisa, keputusanmu sudah salah besar, anakku. Bagaimana bisa kau berpikir untuk melakukan hal itu?"
"Aku--aku tidak tahu bahwa kejadiannya akan serumit ini, bu," Louisa menatap dengan bingung. "Aku hanya ingin Ella merasa bahagia meski hanya sementara."
"Apa kau tidak sadar bahwa hal ini dapat berimbas ke semuanya?"
Louisa menggelengkan kepala. "Aku minta maaf. Kuakui bahwa aku memang bersalah."
Anna menatap wajah Louisa yang memperlihatkan ekspresi penyesalan kepadanya.
"Aku pun tidak bisa menarik permintaanku karena pada saat itu, aku tidak memiliki pilihan lain," ucap Louisa kembali.
"Ibu benar-benar merasa kecewa kepadamu, Louisa," balasnya.
"Bu, maafkan aku," pinta Louisa memelas. "Apa yang harus aku lakukan untuk menebus semua kesalahanku?"
"Ikutlah denganku ke neraka," pinta wanita itu bersamaan dengan terdengarnya suara gebrakan pintu kamar.
Kedua bola mata Louisa membulat sempurna. Dia tertegun karena mendapati dirinya menempel pada langit-langit kamar dengan posisi yang sama seperti saat dia memejamkan kedua mata. Dia berusaha untuk bisa bergerak namun nyatanya, tubuh perempuan itu terasa sangat sulit untuk digerakkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret Stalker
Horror"Setiap part selalu dibuat penasaran." - TSS's Readers. HIGHEST RATING: #2 in HORROR-THRILLER [13/06/20] #3 in PENGUNTIT [06/07/20] [TONTON TRAILERNYA!] The Secret Series [4]: Louisa Gordon. "Hey, let's play together." ["Hey, ayo bermain bersama."]...